BAB
I
PEBAHASAN
Pesatnya
kemajuan media informasi dewasa ini cukup memberikan kemajuan yang signifikan.
Media cetak maupun elektronik pun saling bersaing kecepatan sehingga tidak ayal
bila si pemburu berita dituntut kreativitasnya dalam penyampaian informasi.
Penguasaan dasar-dasar pengetahuan jurnalistik merupakan modal yang amat
penting manakala kita terjun di dunia ini. Keberadaan media tidak lagi sebatas
penyampai informasi yang aktual kepada masyarakat, tapi media juga mempunyai
tanggung jawab yang berat dalam menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak
objektif dalam setiap pemberitaannya.
Menurut
Kris Budiman, jurnalistik (journalistiek, Belanda) bisa dibatasi secara singkat
sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita
kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan
dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya,
jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak.
Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti
surat kabar, majalah, dsb., namun meluas menjadi media elektronik seperti radio
atau televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak
(print journalism), elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga
telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism)
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ketika reformasi tahun
1998 digulirkan di Indonesia, pers nasional bangkitdari keterpurukannya dan
kran kebebasan pers dibuka lagi yang ditandai denganberlakunya UU No.40 Tahun
1999. berbagai kendala yang membuat pers nasional"terpasung",
dilepaskan. SIUUP (surat izin usaha penerbitan pers) yang berlaku diera Orde
baru tidak diperlukan lagi, siapa pun dan kapan pun dapat menerbitkanpenerbitan
pers tanpa persyaratan yang rumit.
Dan euforia reformasi pun
hampir masuk, baik birokrasi pemerintahanmaupun masyarakat mengedepankan nuansa
demokratisasi. Namun, denganmaksud menjungjung asa demokrasi, sering terjadi
"ide-ide" yangpermunculannya acap kali melahirkan dampak yang merusak
norma-norma danetika. Bahkan cenderung mengabaikan kaidah profesionalisme, termasuk
bidangprofesi kewartawanan dan pers pada umumnya.
Malah kalangan instansi
pemerintahan swasta dan masyarakat ada yangberpandangan sinis terhadap
aktivitas jurnalistik yang dicap tidak lagimenghormati hak-hak
narasumber. Penampilan pers nasional/daerah pun banyakmenuai kritik dan
dituding oleh masyarakat. Sementara disisi alin banyak contohkasus dan kejadian
yang menimpa media massa, dan maraknya initmidasi setakekerasan terhadap
wartawan
Pada tahun 2003-2004,
perkara yang menarik perhatian public yaitu menimpadua mass media nasional
Harian "Kompas" dan grup MBM "Tempo" digugat grupPT Texmaco
ke PN Jakarta Selatan. Kedua perkara tersebut kemudian dicabutketika proses
perkaranya sedang berjalan dipersidangan. Dalam kasus "RakyatMerdeka",
majelis hakim memutuskan bahwa pemred Rakyat merdeka dihukumkarena terbukti
turut membantu penyebaran.
.Peningkatan kuantitas penerbitan pers
yang tajam (booming), tidak disertai
dengan pernyataan kualitas
jurnalismenya. Sehingga banyak tudingan "miring"yang dialamatkan pada
pers nasional. Ada juga media massa yang dituduhmelakukan sensionalisme bahasa
melalui pembuatan judul (headlines) yangbombasis, menampilkan
"vulgarisasi:
2.1. proses teknik penulisan berita
Nilai Berita
Sebuah berita jika disajikan haruslah memuat
nilai berita di dalamnya. Nilai berita itu mencakup beberapa hal, seperti
berikut.
1. Objektif: berdasarkan fakta, tidak
memihak.
2. Aktual: terbaru, belum
"basi".
3. Luar biasa: besar, aneh, janggal,
tidak umum.
4. Penting: pengaruh atau dampaknya bagi
orang banyak; menyangkut orang penting/terkenal.
5. Jarak: familiaritas, kedekatan
(geografis, kultural, psikologis).
Lima nilai berita di atas menurut Kris
Budiman sudah dianggap cukup dalam menyusun berita. Namun, Masri Sareb Putra
dalam bukunya "Teknik Menulis Berita dan Feature", malah memberikan
dua belas nilai berita dalam menulis berita (2006: 33). Dua belas hal tersebut
di antaranya adalah:
1. sesuatu yang unik,
2. sesuatu yang luar biasa,
3. sesuatu yang langka,
4. sesuatu yang dialami/dilakukan/menimpa
orang (tokoh) penting,
5. menyangkut keinginan publik,
6. yang tersembunyi,
7. sesuatu yang sulit untuk dimasuki,
8. sesuatu yang belum banyak/umum
diketahui,
9. pemikiran dari tokoh penting,
10. komentar/ucapan dari tokoh penting,
11. kelakuan/kehidupan tokoh penting, dan
12. hal lain yang luar biasa.
Dalam kenyataannya, tidak semua nilai itu
akan kita pakai dalam sebuah penulisan berita. Hal terpenting adalah adanya
aktualitas dan pengedepanan objektivitas yang terlihat dalam isi tersebut.
3.1 Anatomi Berita dan
Unsur-Unsur
Seperti tubuh kita, berita juga mempunyai
bagian-bagian, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Judul atau kepala berita (headline).
2. Baris tanggal (dateline).
3. Teras berita (lead atau intro).
4. Tubuh berita (body).
Bagian-bagian di atas tersusun secara terpadu
dalam sebuah berita. Susunan yang paling sering didengar ialah susunan piramida
terbalik. Metode ini lebih menonjolkan inti berita saja. Atau dengan kata lain,
lebih menekankan hal-hal yang umum dahulu baru ke hal yang khusus. Tujuannya
adalah untuk memudahkan atau mempercepat pembaca dalam mengetahui apa yang
diberitakan; juga untuk memudahkan para redaktur memotong bagian tidak/kurang
penting yang terletak di bagian paling bawah dari tubuh berita (Budiman 2005) .
Dengan selalu mengedepankan unsur-unsur yang berupa fakta di tiap bagiannya,
terutama pada tubuh berita. Dengan senantiasa meminimalkan aspek nonfaktual
yang pada kecenderuangan akan menjadi sebuah opini.
Untuk itu, sebuah berita harus memuat
"fakta" yang di dalamnya terkandung unsur-unsur 5W + 1H. Hal ini
senada dengan apa yang dimaksudkan oleh Lasswell, salah seorang pakar
komunikasi (Masri Sareb 2006: 38).
1. Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
2. What - apa yang terjadi di dalam suatu
peristiwa?
3. Where - di mana terjadinya peristiwa
itu?
4. Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
5. When - kapan terjadinya?
6. How - bagaimana terjadinya?
Contoh:
Dua orang pria, Sudin (43) tahun dari
Sidoarjo dan
Simin (18) tahun dari Solo meninggal
pagi ini jam
04.30 di perempatan Jalan Nusantara
dan
Hayam Wuruk akibat ditabrak bus
Merantama
yang berlari kencang dan tidak lagi
dapat
dikendalikan
Ket: 5W dan 1H semuanya terdapat dalam
contoh
teras berita tersebut.
Macam Gaya Penulisan Teras Berita Berdasarkan
Unsur 5W dan 1H
- Teras Berita Apa (What)
Penataran wartawan agama seluruh Indonesia telah
dibuka dengan resmi kemarin pagi oleh Menteri
Agama Petruk Gareng Bagong, S.Ag., M.Ag. di
Pondok Pesantren Pabelan.
.
Teras Berita Siapa (Who)
Menteri Agama Petruk Gareng Bagong kemarin pagi
dengan bertempat di Pondok
Pesantren Pabelan
telah membuka penataran wartawan agama seluruh
Indonesia.
.
Teras Berita Di mana (Where)
Di pondok pesantren Pabelan Yogjakarta, kemarin
pagi telah dibuka dengan resmi oleh Menteri Agama
Petruk Gareng Bagong penataran wartawan agama
Teras Berita Kapan (When)
Kemarin pagi dengan bertempat di Pondok Pesantren
Pabelan oleh Menteri Agama telah dibuka penataran
wartawan agama tingkat nasional ke-2.
Teras Berita Mengapa atau
Bagaimana (Why)
Untuk meningkatkan mutu wartawan agama dan
meningkatkan kerukunan agama kemarin pagi
oleh menteri agama Petruk Gareng Bagong telah
dibuka penataran wartawan agama tingkat nasional
Tidak hanya sebatas berita, bentuk
jurnalistik lain, khususnya dalam media cetak, adalah berupa opini. Bentuk
opini ini dapat berupa tajuk rencana (editorial), artikel opini atau kolom
(column), pojok dan surat pembaca..
1. Observasi langsung dan tidak langsung
dari situasi berita.
2. Proses wawancara.
3. Pencarian atau penelitian bahan-bahan
melalui dokumen publik.
4. Partisipasi dalam peristiwa.
Sifat Berita
- Mengarahkan (Directive), karena berita ini dapat mempengaruhi khalayak, baik disengaja atau tidak. Maka berita ini sifatnya mengarahkan
- Menbangkitkan Perasaan (effectife), melalui berita ini dapat membangkitkan perasaan public
- Memberi Informasi (Informatife), berita in harus memberi informasi tentang keadaan yang terjadi sehingga memberi gambaran jelas dan menjadi pengetahuan public.
4.1 Kaidah-kaidah Penulisan Berita
Dalam penulisan berita, dalam hal ini
menkonstruk peristiwa (fakta) tidaklah semena-mena. Penulisan berita didasarkan
pada kaidah-kaidah jurnalistik. Kaidah-kaidah tersebut biasa dikenal dengan
konsep ABC (Accuracy, Balance, Clarity).
Accuracy (akurasi)
- Dapatkan berita yang benar
- Lakukan re-cek terhadap data yang diperoleh
- Jangan mudah berspekulasi denga isu atau desas-desus
- Pastikan semua informasi dan data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kewenangan dan keabsahannya.
BAB
III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian
di atas dapat disimpulkan:
1. Bahasa Indonesia
Jurnalistik adalah bahasa Indonesia yang digunakan oleh kalangan Jurnalis.
Bahasa yang digunakan sesuai kaidah bahasa Indonesia sebagaimana diatur dalam
EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), namun penggunaannya telah disesuaikan dengan
karakteristik media massa: ditujukan untuk umum, memiliki ruang/waktu terbatas,
serta berusaha memenangkan persaingan.
2.Syarat bahasa
Indonesia Jurnalistik adalah: 1) akurat dan mudah dipahami, 2) singkat dan padat,
dan 3) menarik.
3. Akurat artinya
penulisannya tepat, yaitu pemilihan kata dan atau kalimat mampu menggambarkan
keadaan/persoalan yang hendak disampaikan secara tepat. Sedangkan mudah
dipahami artinya tiap kata/kalimat yang digunakan harus dipahami semua
khalayak.
4. Singkat dan
padat artinya mampu menggambarkan keadaan atau persoalan secara tepat dan mudah
dipahami dengan menggunakan kata sedikit mungkin sesuai jatah ruang/waktu.
5. Menarik artinya
harus mampu memilih kata dan kalimat yang dapat menarik khalayak untuk
membaca/mengikuti seluruh isi tulisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar