BAB I
PEMBAHASAN
A. Mobilitas Sosial
Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis
yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat
yang lain.Kata sosial yang ada pada istilah mobilitas sosial untuk menekankan
bahwa istilah tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau
sekelompok warga dalam kelompok sosial jadi. Mobilitas Sosial adalah
perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke
lapisan yang lain.[1]
Menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah
suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau
gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya. Sementara menurut
Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam
struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok
sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok
dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Dalam dunia modern, banyak orang berupaya
melakukan mobilitas sosial. Mereka yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang
menjadi lebih bahagia dan memungkinkan mereka melakukan jenis pekerjaan yang
peling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun
latar belakang sosial berbeda. Mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang
sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas
sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan terkukung dalam status nenek
moyang mereka. Mereka hidup dalam kelas sosial tertutup.
Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada
masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah strata.
Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah
strata lebih sulit.[2] Contohnya, masyarakat feodal atau pada
masyarakat yang menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem
kasta, bila seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia
tetap berada pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta
yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang
menjadi kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi
gerak sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.
[1] Diana
Hestings, 1986. Sosiologi, Jakarta: Balai Pustaka.hlm
15.
[2] Sunarjo,
1996. Persefekif Sosiologi, Yogyakarta: Friska
Putra. hlm 35.
Cara untuk melakukan mobilitas sosial
Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas adalah sebagai berikut :
Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas adalah sebagai berikut :
• Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi peningkatan status.
Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Menejer, sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.
Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi peningkatan status.
Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Menejer, sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.
• Perkawinan
Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan melalui perkawinan.
Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan terpandang di masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikan status si wanita tersebut.
Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan melalui perkawinan.
Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan terpandang di masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikan status si wanita tersebut.
• Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.
Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.
• Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha menaikkan status sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut untuk mengkaitkan diri dengan kelas yang diinginkannya.
Contoh: agar penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai orang dari golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang bagus-bagus. Jika bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara dengan menyelipkan istilah-istilah asing.
Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha menaikkan status sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut untuk mengkaitkan diri dengan kelas yang diinginkannya.
Contoh: agar penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai orang dari golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang bagus-bagus. Jika bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara dengan menyelipkan istilah-istilah asing.
• Perubahan nama
Dalam suatu masyarakat, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi sosial tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.
Contoh: Di kalangan masyarakat feodal Jawa, seseorang yang memiliki status sebagai orang kebanyakan mendapat sebutan "kang" di depan nama aslinya. Setelah diangkat sebagai pengawas pamong praja sebutan dan namanya berubah sesau dengan kedudukannya yang baru seperti "Raden"
Dalam suatu masyarakat, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi sosial tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.
Contoh: Di kalangan masyarakat feodal Jawa, seseorang yang memiliki status sebagai orang kebanyakan mendapat sebutan "kang" di depan nama aslinya. Setelah diangkat sebagai pengawas pamong praja sebutan dan namanya berubah sesau dengan kedudukannya yang baru seperti "Raden"
Konsep Dan
Ruang Lingkup Mobilitas Sosial
Mobilitas
mempunyai arti yang bermacam-macam, pertama, mobilitas fisik (mobilitas geografis) yaitu perpindahan tempat
tinggal (menetap/sementara) dari suatu tempat ke tempat yang lain. Kedua, mobilitas sosial yaitu suatu gerak perpindahan dari
suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Mobilitas sosial ini terdiri dari
dua tipe, yaitu mobilitas sosial horisontal dan vertikal. Mobilitas sosial
horisontal diartikan sebagai gerak perpindahan dari suatu status lain tanpa
perubahan kedudukan. Jadi dalam mobilitas sosial horisontal ini, tidak terjadi
perubahan dalam derajat kedudukan seseorang. Sedangkan mobilitas sosial
vertikat yaitu suatu gerak perpindahan dari suatu status sosial ke status
sosial lainnya, yang tidak sederajat. Mobilitas sosial vertikai ini jika
dilihat dari arahnya, maka dapat dirinci atas dua jenis, yaitu gerak
perpindahan status sosial yang naik (social dimbing) dan gerak perpindahan
status yang menurun (social sinking).
Pengertian
mobilitas sosial ini mencakup baik mobilitas kelompok maupun individu. Misalnya
keberhasiian keluarga Pak A merupakan bukti dari mobilitas individu; sedang
arus perpindahan penduduk secara bersama-sama (bedo desa) dari daerah kantong-kantong
kemiskinan di P. Jawa ke daerah yang lebih subur sehingga tingkat kesejahteraan
mereka relatif lebih baik dibanding di daerah asal, merupakan contoh mobilitas
kelompok. Ketiga, Mobilitas psikis, yaitu merupakan aspek-aspek sosial-psikologis
sebagai akibat dari perubahan sosial. Datam hal ini adalah mereka yang
bersangkutan mengalami perubahan sikap yang disertai tentunya dengan goncangan
jiwa.
Konsep
mobilitas tersebut dalam prakteknya akan saling berkaitan satu sama lain, dan
sulit untuk menentukan mana sebagai akibat dan penyebabnya. Sebagai contoh
untuk terjadinya perubahan status sosial, seseorang terpaksa meninggalkan
tempat tinggalnya karena ketiadaan lapangan kerja, atau sebaliknya mobilitas
sosial seringkali mengakibatkan adanya mobilitas geografi yang disertai dengan
segala kerugian yang menyakitkan, yakni lenyapnya ikatan sosial yang sudah
demikian lama terjalin. Demikian halnya mobilitas geografis akan mempengaruhi
terhadap mobilitas sosial yang dimbing maupun sinking, bahkan sekaligus
mempengaruhi mobilitas mental atau psikis dari individu maupun masyarakat.
Sifat Dasar
Mobilitas Sosial
Dalam
dunia modern, banyak negara berupaya untuk meningkatkan mobilitas sosial,
dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat mobilitas sosial akan menjadikan
setiap individu dalam masyarakat semakin bahagia dan bergairah. Tentunya asumsi
ini didasarkan atas adanya kebebasan yang ada pada setiap individu dari latar
belakang sosial manapun dalam menentukan kehidupannya. Tidak adanya
diskriminasi pekerjaan baik atas dasar sex, ras, etnis dan jabatan, akan
mendorong setiap individu memilih pekerjaan yang paling sesuai bagi sendirinya.
Bila
tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial setiap individu
berbeda, dan tidak ada diskriminasi pekerjaan, maka mereka akan tetap merasa
mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi.
Apabila tingkat mobilitas sosial rendah, maka hal ini akan menyebabkan banyak
orang terkungkung dalam status sosial para nenek moyang mereka.
Tinggi rendahnya mobilitas
sosial individu dalam suatu masyarakat sangat ditentukan oleh terbuka tidaknya
kelas sosial yang ada pada masyarakat. Pada masyarakat yang berkelas sosial
terbuka maka masyarakatnya memiliki tingkat mobilitas tinggi, sedang pada
masyarakat dengan kelas sosial tertutup, maka masyarakat tersebut memiliki
tingkat mobilitas sosial
B. Bentuk Mobilitas Sosial
1.Mobilitas Vertikal
Mobilitas
vertical adalah pepindahan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok
warga pada lapisan sosial yang berbeda. Mobilitas Vertikal naik memiliki dua
bentuk ,yaitu sebagai berikut:[3]
a) Naiknya orang-orang berstatus
sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi, dimana status itu telah
tersedia. Misalnya:seorang camat diangkat menjadi bupati.
b) Terbentuknya suatu kelompok baru
yang lebih tinggi dari pada lapisan sosial yang sudah ada.
Mobilitas Vertikal turun juga mempunyai dua
bentuk sebagai berikut.
a) Turunnya kedudukan seseorang
kedudukan lebih rendah ,Misalnya, seseorang prajurit yang dipecat karena
melakukan desersi.
b) Tidak dihargai lagi suatu kedudukan
sebagai lapisan sosial atas,misalnya , seorang yang menjabat direktur
bank,karena bank yang dipimpinya bermasalah maka ia diturunkan menjadi staf
direksi.
Beberapa prinsip umum dalam mobilitas sosial
vertical adalah sebagai berikut.[4]
a) Tidak ada suatu pun masyarakat
yang mutlak tertutup terhadap mobilitas sosial yang vertical.
b) Seterbuka apapun suatu masyarakat
terhadap mobilitas sosial .
c) Setiap masyarakat pasti memiliki
tipe mobilitas sosial vertical sendiri.
d) Laju mobilitas sosial disebabkan
oleh faktor ekonomi,politik,dan pekerjaan yang berbeda-beda.
e) Mobilitas sosial yang disebabkan
oleh faktor ekonomi,politik,dan pekerjaan, tidak menunjukkan adanya
kecenderungan yang kontinu tentang bertambah .
[3] Dian Casmito, 1999. Sosiologi SMA X, Jakarta: Balai Pustaka.hlm 23.
[4] Susanto, 2000. Ilmu Sosiologi. Yogyakarta: Sinar Grafika. hlm.17.
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan
individu atau objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan
sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas sosial
vertikal dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertikal ke atas (social climbing)
dan mobilitas sosial vertikal ke bawah (social sinking). Mobilitas vertikal ke
atas (Social climbing) Mobilitas vertikal ke atas atau social climbing
mempunyai dua bentuk yang utama yaitu:
• Masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi.
Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan
yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah ada sebelumnya.
Contoh: A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah.
Contoh: A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah.
• Membentuk kelompok baru. Pembentukan suatu
kelompok baru memungkinkan individu untuk meningkatkan status sosialnya,
misalnya dengan mengangkat diri menjadi ketua organisasi.
Contoh: Pembentukan organisasi baru memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status sosialnya naik.Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)Mobilitas vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama.
Contoh: Pembentukan organisasi baru memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status sosialnya naik.Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)Mobilitas vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama.
• Turunnya kedudukan. Kedudukan individu turun
ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah.
Contoh: seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.
Contoh: seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.
• Turunnya derajat kelompok. Derajat sekelompok
individu menjadi turun yang berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.
Contoh: Juventus terdegradasi ke seri B. akibatnya, status sosial tim pun turun.
Contoh: Juventus terdegradasi ke seri B. akibatnya, status sosial tim pun turun.
2 .Mobilitas Horizontal
Mobilitas Horizontal adalah perpindahan status
sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan. Ciri utama mobilitas
horizontal adalah lapisan sosial yang ditempati tidak mengalami perubahan
.Contohnya,tindakan mengevakuasi penduduk yang tertimpa bencana alam ke daerah
lain.
Mobilitas horizontal merupakan peralihan
individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok
sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan
seseorang dalam mobilitas sosialnya. Contoh: Pak Amir seorang warga negara
Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan,Indonesia
dalam hal ini mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial
horizontal karena gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak merubah
status sosial.[5]
[1] Dian
Casmito, 1999. Sosiologi SMA
X, Jakarta: Balai Pustaka.hlm 76.
3 .Mobilitas Antargenerasi
Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas
dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi
cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup,
baik naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan
keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi
ke generasi lainnyaContoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya
menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik
anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi
mobilitas vertikal antargenerasi
Mobilitas
Antargenerasi adalah perpindahan antara dua generasi atau lebih, Mobilitas
Antargenerasi dapat dibedakan menjadi dua ,yaitu sebagai berikut
a) Mobilitas
Intergenerasi
adalah perpindahan status sosial yang terjadi
di antara beberapa generasi.
c) Setiap masyarakat pasti memiliki
tipe mobilitas sosial vertical sendiri.
b) Mobilitas
Intragenerasi
Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang terjadi di dalam satu kelompok generasi yang sama.
Contoh: Pak Darjo adalah seorang buruh. Ia memiliki anak yang bernama Endra yang menjadi tukang becak. Kemudian istrinya melahirkan anak ke-2 yang diberi nama Ricky yang awalnya menjadi tukang becak juga. tetapi Ricky lebih beruntung sehingga ia bisa mengubah statusnya menjadi seorang pengusaha sementara Endra tetap menjadi tukang becak. Perbedaan status sosial antara Endra dengan adiknya di sebut Mobilitas Antargenerasi.
Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang terjadi di dalam satu kelompok generasi yang sama.
Contoh: Pak Darjo adalah seorang buruh. Ia memiliki anak yang bernama Endra yang menjadi tukang becak. Kemudian istrinya melahirkan anak ke-2 yang diberi nama Ricky yang awalnya menjadi tukang becak juga. tetapi Ricky lebih beruntung sehingga ia bisa mengubah statusnya menjadi seorang pengusaha sementara Endra tetap menjadi tukang becak. Perbedaan status sosial antara Endra dengan adiknya di sebut Mobilitas Antargenerasi.
C . Faktor Pendorong Mobilitas Sosial
1. Faktor Struktural
Faktor Struktural adalah jumlah relative dari
kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya.
Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor structural adalah sebagai berikut.
a) Struktur
Pekerjaan
b) Perbedaan
Fertilitas
c) Ekonomi Ganda
d) Penunjang dan
Penghambat Mobilitas
2 .Faktor Individu
Faktor individu adalah kualitas orang perorang
baik ditinjau dari segi tingkat pendidikan ,penampilan ,maupun keterampilan
pribadi.Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor individu adalah sebagai
berikut.
a) Perbedaan
Kemampuan
b) Orientasi
Sikap terhadap Mobilitas
c) Faktor
Kemujuran
3 .Setiap Status Sosial
Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial
yang dimilik oleh orang tuanya.
4 .Faktor Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong
terjadiny mobilitas manusia.
5 .Faktor Situasi Politik
6 .Faktor Kependudukan {demografi}
7 .Faktor Keinginan Melihat Daerah Lain
Menurut Dian octafia Mobilitas sosial dipengaruhi
oleh faktor-faktor berikut.
• Perubahan kondisi sosial
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.
• Ekspansi teritorial dan gerak populasi
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.
• Komunikasi yang bebas
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
• Pembagian kerja
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.
Mobilitas
sosial, umumnya dalam benak kita mempersepsikan tentang terjadinya perpindahan status
dari suatu tingkat yang rendah ke suatu tingkat status yang lebih tinggi; pada
hal mobilitas dapat berlangsung dalam dua arah. Bila kita amati perjalanan
hidup sekelompok individu, maka sebagian ada yang berhasii mencapai status yang
lebih tinggi, beberapa orang mengalami kegagalan (status lebih rendah), dan
selebihnya tetap pada tingkat status yang dimiliki oleh orang tua mereka.
Manfaat
|
Kerugian
|
Terbukanya
kesempatan bagi individu/ masyarakat untuk mengembangkan kepribadiaanya.
|
Menimbulkan
kecemasan dan ketegangan yang disebabkan karena mobilitas menurun
|
Status
seseorang tidak ditentukan oleh diri sendiri yang didasarkan atas pres tasi,
kemampuan dan keuletan.
|
Munculnya
kecemasan dan ketegangan sebagai akibat peran baru dari status jabatan yang
ditingkatkan.
|
Terbukanya
kesempatan untuk meraih kehidupan yang lebih baik.
|
Terjadinya
keretakan hubungan antar anggota primer, yang disebabkan karena perpindahan
status yang lebih tinggi atau status yang lebih rendah.
Munculnya
konflik status dan peran, konftik antar kelas sosial, antar kelompok sosial
dan antar generasi
|
Dalam berbagai
kasus menunjukkan bahwa pada umumnya mobilitas mengambil bentuk dalam dua arah.
Tingkat mobilitas individu maupun kelompok yang menurun maupun naik
(meningkat), merupakan salah satu tolak ukur dari masyarakat yang bersistem
sosial terbuka, dan unsur positif maupun negatif dari sistem pewarisan tidak
cukup kuat menyaingi faktor prestasi sebagai faktor penentu utama dari
kedudukan sosial. Namun demikian apabila dalam kenyataan semua orang tetap
berada pada jenjang kelas sosial orang tua mereka (antar generasi), ini
merupakan tolak ukur dari masyarakat yang bersistem sosial tertutup, dimana
pewarisan status (berkaitan dengan generasi sebelumnya) lebih menonjol daripada
prestasi.
Mobilitas sosial
merupakan suatu fenomenal proses sosial yang wajar dalam masyarakat yang
menjunjung demokrasi. Pada masyarakat ini mobilitas merupakan suatu hal yang
baik, di mana pengakuan terhadap individu untuk berkembang sesuai dengan
potensi yang dimiliki sangat terbuka lebar, sehingga tidak ada lagi suatu jerat
yang membatasi seseorang untuk menduduki status yang berbeda dengan generasi
sebelumnya. Pada masyarakat yang mobil, disamping bersifat menguntungkan karena
manfaat yang diperoleh dari mobilitas tersebut, namun demikian juga tetap memiliki
konsekuensi negatif (kerugian). Apa manfaat dan kerugian dari mobilitas sosial?
D.Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
1. Faktor
Kemiskinan
2. Faktor
Diskriminasi Kelas
3. Faktor
Perbedaan Ras dan Agama
4. Faktor
Perbedaan Jenis Kelamin {Gender}
5. Faktor
Pengaruh Sosialisasi yang Sangat Kuat
Ada pula sumber lain yang mengatakan bahwa ada
beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor
penghambat itu antara lain sebagai berikut :
- Perbedaan kelas rasial, seperti yang
terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih
berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam
untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem
ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela,
seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden
Afrika Selatan
- Agama, seperti yang terjadi di India yang
menggunakan sistem kasta.
- Diskriminasi Kelas dalam sistem kelas
terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas. Hal ini terbukti dengan
adanya pembatasan suatu organisasi tertentu dengan berbagai syarat dan
ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu mendapatkannya.
Contoh: jumlah anggota DPR yag dibatasi hanya 500 orang, sehingga hanya
500 orang yang mendapat kesempatan untuk menaikan status sosialnya menjadi
anggota DPR.
- Kemiskinan dapat membatasi kesempatan bagi
seseorang untuk berkembang dan mencapai suatu sosial tertentu.
Contoh: "A" memutuskan untuk tidak
melanjutkan sekolahnya karena kedua orangtuanya tidak bisa membiayai, sehingga
ia tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan status sosialnya.
- Perbedaan jenis kelamin dalam masyarakat
juga berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial, dan
kesempatan-kesenmpatan untuk meningkatkan status sosialya.
Penunjang
dan Penghambat Mobilitas [897]
Anak-anak
yang berasal dan kelas sosial menengah pada umumnya memiliki pengalaman belajar
yang lebih menunjang mobilitas naik daripada pengalaman anak-anak kelas sosial
rendah. Para sarjana teori konflik berpandangan bahwa ijazah, tes, rekomendasi,
“jaringan hubungan antar teman (merupakanjaringan hubungan
antara teman-temandekat dalam suatu jenis profesi atau dunia
usaha. Mereka saling tukar-menukar informasi dan rekomendasi menyangkut
kesempatan kerja, sehingga menyulitkan bagi orangorang luar” untuk dapat menerobosnya), dan diskriminasi terang-terangan terhadap kelompok
ras maupun kelompok etnik minoritas, serta orang-orang dari kelas sosial
rendah. untuk melakukan mobilitas-naik; di lain pihak, faktor penghambat
tersebut juga menutup kemungkinan terjadinya mobilitas-menurun bagi kelompok
orang dari kelas sosial atas. Di samping faktor penghambat, terdapat pula
faktor penunjang mobilitas yang bersifat struktural, sebagai misal adalah
adanya undang-undang anti diskrimiasi, munculnya lembaga-lembaga latihan kerja
baik yang dibiayai oleh pemerintah atau LSM-LSM, merupakan faktor penunjang
penting untuk terjadinya mobilitas-naik bagi banyak orang dari status sosial
rendah.
Perbedaan
Perilaku yang Menunjang Mobilitas
Yang
dimaksudkan dengan perilaku penunjang mobilitas adalah suatu pandangan atau orientasi
sikap individu terhadap mobilitas. Perbedaan orientasi sikap individu terhadap
mobilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pendidikan, kesenjangan nilai,
kebiasaan kerja, pola penundaan kesenangan,
kemampuan “cara bermain”; dan pola
kesenjangan nilai.
(a) Pendidikan
Pendidikan merupakan tangga
mobilitas yang utama. Walaupun kadar penting-tidaknya pendidikan pada semua
jenjang pekerjaan tidaklah sama. Untuk jabatan-jabatan karir seperti dokter,
guru, ahli hukum, dan sebagainya, peran pendidikan sangatlah menunjang. Tetapi
latar belakang pendidikan seseorang mungkin tidak diperlukan untuk kadar-karir
sebagai olahragawan, seniman penghibur, dll. Namun yang pasti peran pendidikan
disini lebih menenkankan pada upaya untuk mengembangkan kemampuan seseorang
untuk menyalurkan dan memanfaatkan informasi sebagaimana yang diperlukan.
(b) Kebiasaan Kerja
Kebiasan kerja seseorang
merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan dan masa depan
seseorang. Meskipun kerja keras tidaklah menjamin terjadinya mobilitas-naik,
namun tidaklah banyak orang yang dapat mengalami mobilitasnaik tanpa kerja
keras.
(c) Pola Penundaan Kesenangan
Berakit-rakit kehulu, berenang-renang ketepian
– bersakit-sakit dahulu. bersenang-senang kemudian”. Ini merupakan
suatu pepatah yang menggambarkan pola penundaan kesenangan (PPK). Sebagai
contoh: orang yang lebih senang menyimpan uangnya untuk ditabung dari pada
untuk kesenangan jangka pendek; para siswa, yang lebih tekun membaca buku dan
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, dari pada bermain kartu atau membuang-buang
waktu. ini adalah contoh penerapan pola penundaan kesenangan. Kunci dari pada
PPK adalah adanya perencanaan untuk masa depan dan adanya keinginan yang kuat
untuk merealisasikan rencana tersebut.
(d) Kemampuan “Cara Bermain”
“Cara bermain” dan atau seni
“penampilan diri” mempunyai peran penting dalam mobilitas-naik. Bagaimana
menjadi orang yang sangat disenangi dan dapat diterima oleh lingkungannya;
bagaimana menjadi orang yang dapat bekerjasama dengan orang lain. Ini semua
mungkin merupakan faktor penting yang mempengaruhi kebehasilan penampilan diri
secara positif bukanlah berarti meremehkan kemampuan, namun justru melalui
penampilan diri merupakan sarana/media yang dapat dimanfaatkan untuk
menunjukkan kemampuan.
(e) Pola Kesenjangan Nilai
Pola kesenjangan nilai
merupakan suatu perilaku dimana seseorang mempercayai segenap nilai yang
diakui, tetapi tidak melakukan upaya untuk mencapai sasarannya atau mengakui
kesalahan pribadi sebagai penyebab kegagalannya dalam mencapai sasaran. Qrang
semacam ini bukanlah hipokrit, tetapi mereka hanya tidak menyadari bahwa pola
perilakunya tidak searah dengan tujuannya. Sebagai contoh: hampir semua orang
tua menginginkan anak-anaknya mempunyai prestasi yang baik di sekolah, tetapi
mereka mengabaikan nasihat-nasihat guru dan tidak menekankan agar anak-anaknya
belajar dengan baik di rumah.
(f) Faktor Keberuntungan/ Kemujuran
Banyak orang yang benar-benar
bekerja keras dan memenuhi semua persyaratan untuk menjadi orang yang berhasil,
namun tetap mengalami kegagalan; sebaliknya, keberhasilan kadangkala justru
“jatuh” pada orang lain yang jauh persyaratan. Faktor kemujuran/keberuntungan
ini jelas tidak mungkin dapat diukur dan merupakan alasan umum bagi suatu
kegagalan, namun faktor ini tetap tidak dapat dipungkiri sebagai salah satu
faktor dalam mobilitas.
Faktor Penentu
Mobilitas Sosial
Faktor-faktor
apakah yang mempengaruhi terhadap tingkat mobilitas sosial? Untuk menjawab hal
ini tentulah tidak mudah, karena begitu banyaknya variabel yang menentukan
tingkat mobilitas sosial. Dalam tulisan ini faktor penentu mobilitas sosial
dibedakan dalam dua hal, pertama faktor struktur, yaitu faktor yang menentukan
jumlah refatif dari kedudukan tinggi yang harus diisi dan kemudahan untuk
memperolehnya. Faktor struktur ini meliputi; struktur pekerjaan, ekonomi ganda
(dualistic economics), dan faktor penunjang dan penghambat mobilitas itu
sendiri. Kedua,faktor individu, dalam hal ini termasuk didalamnya
adalah perbedaan kemampuan, orientasi sikap terhadap mobilitas, dan faktor
kemujuran.
Struktur
Pekerjaan
Secara kasar aktivitas ekonomi
dibedakan dalam dua sektor, yaitu sektor formal dan sektor informal. Kedua
sektor tersebut tentunya memiliki karekteristik yang berbeda, dimana sektor
formal memiliki sejumlah kedudukan mulai dari rendah sampai kedudukan yang
tinggi; sedang sektor informal lebih banyak memiliki kedudukkan yang rendah dan
sedikit berstatus tinggi. Perbedaan aktivitas ekonomi ini jelas akan
mempengaruhi tingkat mobilitas masyarakat yang terlibat di dalamnya. Demikian
halnya pada masyarakat yang aktivitas ekonominya didominasi oleh sektor
pertanian dan penghasilan bahanbahan baku (pertambangan, kehutanan) lebih
banyak memiliki status kedudukan rendah, dan sedikit kedudukan yang berstatus
tinggi, sehingga tingkat mobilitasnya rendah. Tingkat mobilitas pada
negara-negara maju, mengalami peningkatan seiring dengan semakin berkembangnya
industrialisasi.
Ekonomi
Ganda
Dilihat dari sudut ekonomi,
suatu masyarakat dapat ditandai atas dasar jiwa sosial (social spirit),
bentuk-bentuk organisasi dan teknik-teknik yang mendukungnya. Ketiga unsur itu
saling berkaitan dan menentukan ciri khas dari masyarakat yang bersangkutan,
maksudnya adalah bahwa jiwa sosial, bentuk organisasi dan teknik yang unggul
akan menentukan gaya dan wajah masyarakat bersangkutan. Oleh karena itu ketiga
unsur ini, dalam kaitan suatu dengan yang lainya dapat disebut sebagai sistem
sosial, gaya sosial, atau iklim sosial masyarakat yang bersangkutan.
Di negara-negara berkembang
ternyata perkembangan ekonomi menimbulkan beberapa jenis dualisme, yaitu
kegiatan-kegiatan ekonomi dari keadaan-keadaan ekonomi serta keadaan lainnya
daiam suatu sektor tidak mempunyai sifat-sifat seragam, dan sebaliknya dapat
dengan tegas dibedakan dalam dua golongan. Pertama adalah kegiatan-kegiatan atau keadaan ekonomi yang
masih dikuasai oleh unsur-unsur yang bersifat tradisional, dan yang kedua adalah berbagai kegiatan-kegiatan atau
keadaan-keadaan ekonomi yang masih dikuasai oleh unsur-unsur modern. Dualisme
ekonomi itu dapat kita lihat antara sektor pertanian tradisional, yang
dicirikan oleh tingkat produktifitas yang rendah dan menyebabkan tingkat
pendapatan masyarakat berada pada tingkat yang lazim disebut dengan istilah
tingkat pendapatan subsiten.
Sedangkan pada sektor ekonomi
modern, dicirikan dengan tipe ekonomi pasar, dimana kegiatan masyarakat dalam
meproduksi sebagian besar ditujukan untuk pasar. Adanya dualisme ekonomi ini,
tentunya akan mempengaruhi terhadap cepat tidaknya mobilitas itu berlangsung
dan besar-kecilnya kesempatan untuk melakukan mobilitas.
E. Saluran-Saluran Mobilitas Sosial
Menurut Pitirim A.Sorokin,mobilitas
sosial dapat dilakukan melalui beberapa saluran berikut.
1. Angkatan
Senjata
2. Lembaga
Pendidikan
3. Organisasi
Politik
4. Lembaga
Keagamaan
5. Organisasi
Ekonomi
6. Organisasi
Profesi
7. Perkawinan
8. Organisasi
Keolahragaan
Secara umum ,cara yang digunakan untuk
memperoleh status sosial dapat melalui
dua cara berikut.
1) Akripsi
Adalah cara untuk memperoleh kedudukan melalui keturunan
2) Prestasi
Adalah cara untuk memperoleh kedudukan pada
lapisan tertentu dengan usaha sendiri.
Secara khusus,cara-cara yang digunakan untuk
menaikan status sosial adalah sebagai berikut.
1) Perubahan
Standar Hidup
2) Perubahan Nama
3) Perubahan
Tempat Tinggal
4) Perkawinan
5) Perubahan
Tingkah Laku
6) Bergabung
dengan Organisasi Tertentu
F . Proses Terjadinya Mobilitas Sosial Dan
Saluran Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial,baik itu yang bentuknya
vertical,maupun horizontal dapat terjadi di setiap masyarakat. Adapun
Saluran-saluran mobilitas social diantaranya :
• Angkatan bersenjata
Angkatan bersenjata merupakan salah satu saluran mobilitas sosial
Angkatan bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan untuk saluran mobilitas vertikal ke atas melalui tahapan yang disebut kenaikan pangkat. Misalnya, seorang prajurit yang berjasa pada negara karena menyelamatkan negara dari pemberontakan, ia akan mendapatkan penghargaan dari masyarakat. Dia mungkin dapat diberikan pangkat/kedudukan yang lebih tinggi, walaupun berasal dari golongan masyarakat rendah.
Angkatan bersenjata merupakan salah satu saluran mobilitas sosial
Angkatan bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan untuk saluran mobilitas vertikal ke atas melalui tahapan yang disebut kenaikan pangkat. Misalnya, seorang prajurit yang berjasa pada negara karena menyelamatkan negara dari pemberontakan, ia akan mendapatkan penghargaan dari masyarakat. Dia mungkin dapat diberikan pangkat/kedudukan yang lebih tinggi, walaupun berasal dari golongan masyarakat rendah.
• Lembaga-lembaga keagamaan
Lembaga-lembaga keagamaan dapat mengangkat status sosial seseorang, misalnya yang berjasa dalam perkembangan Agama seperti ustad, pendeta, biksu dan lain lain.
Lembaga-lembaga keagamaan dapat mengangkat status sosial seseorang, misalnya yang berjasa dalam perkembangan Agama seperti ustad, pendeta, biksu dan lain lain.
• Lembaga pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator (perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi.
Contoh: Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang tinggi. Setelah lulus ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pedagang yang kaya, yang secara otomatis telah meningkatkan status sosialnya.
Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator (perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi.
Contoh: Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang tinggi. Setelah lulus ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pedagang yang kaya, yang secara otomatis telah meningkatkan status sosialnya.
• Organisasi politik
Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik memungkinkan anggotanya yang loyal dan berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi, sehingga status sosialnya meningkat.
Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik memungkinkan anggotanya yang loyal dan berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi, sehingga status sosialnya meningkat.
• Organisasi ekonomi
Organisasi ekonomi (seperti perusahaan, koperasi, BUMN dan lain-lain) dapat meningkatkan tingkat pendapatan seseorang. Semakin besar prestasinya, maka semakin besar jabatannya. Karena jabatannya tinggi akibatnya pendapatannya bertambah. Karena pendapatannya bertambah akibatnya kekayaannya bertambah. Dan karena kekayaannya bertambah akibatnya status sosialnya di masyarakat meningkat.
• Organisasi keahlian
Seperti di wikipedia ini, orang yang rajin menulis dan menyumbangkan pengetahuan/keahliannya kepada kelompok pasti statusnya akan dianggap lebih tinggi daripada pengguna biasa.
Organisasi ekonomi (seperti perusahaan, koperasi, BUMN dan lain-lain) dapat meningkatkan tingkat pendapatan seseorang. Semakin besar prestasinya, maka semakin besar jabatannya. Karena jabatannya tinggi akibatnya pendapatannya bertambah. Karena pendapatannya bertambah akibatnya kekayaannya bertambah. Dan karena kekayaannya bertambah akibatnya status sosialnya di masyarakat meningkat.
• Organisasi keahlian
Seperti di wikipedia ini, orang yang rajin menulis dan menyumbangkan pengetahuan/keahliannya kepada kelompok pasti statusnya akan dianggap lebih tinggi daripada pengguna biasa.
• Perkawinan
Sebuah perkawinan dapat menaikkan status seseorang. Seorang yang menikah dengan orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena pengaruh pasangannya.
Sebuah perkawinan dapat menaikkan status seseorang. Seorang yang menikah dengan orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena pengaruh pasangannya.
G .Dampak Mobilitas Sosial
Menurut Horton dan Hunt (1987),ada beberapa
konsekuensi negative dari adanya mobilitas sosial vertical , antara lain sbg
berikut.
1) Kecemasan akan terjadi penurunan
status bila terjadi mobilitas menurun.
2) Ketegangan dalam mempelajari
peran baru dari status jabatan yang meningkat
3) Keretakan hubungan antaranggota
kelompok primer.
Adapun dampak mobilitas sosial bagi
masyarakat,baik yang bersifat positif maupun negatif antara lain sbg berikut.
1.Dampak Positif
a) Mendorong seseorang untuk lebih
maju
b) Mempercepat tingkat perubahan
sosial masyarakat kea rah yang lebih baik.
2 .Dampak Negatif
a) Timbulnya konflik
Konflik yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial
dapat dibedakan
menjadi 3 bagian,yaitu sebagai berikut.
1) Konflik antarkelas
2) Konflik antarkelompok sosial
Konflik ini dapat berupa:
a) Konflik antara kelompok sosial yang
masih tradisional dengan kelompok sosial yang modern.
b) Proses suatu kelompok sosial
tertentu terhadap kelompok sosial lain yang memiliki wewenang.
3) Konflik antargeneraso
b) Berkurangnya Solidaritas
Kelompok
Dampak lain mobilitas sosial dari faktor
psikologis antara lain sebagai berikut.
1. Menimbulkan ketakutan
2. Adanya gangguan psikologis bila
seseorang turun dari jabatannya(post power syndrome)
3. Mengalami frustasi.
Dampak
mobilitas social (menurut Suprapto)
Gejala naik turunnya status sosial tentu memberikan
konsekuensi-konsekuensi tertentu terhadap struktur sosial masyarakat.
Konsekuensi-konsekuensi itu kemudian mendatangkan berbagai reaksi. Reaksi ini
dapat berbentuk konflik. Ada berbagai macam konflik yang bisa muncul dalam
masyarakat sebagai akibat terjadinya mobilitas.
Dampak
negatif
• Konflik antarkelas
Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik antarkelas.
Contoh: demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah, menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.
• Konflik antarkelas
Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik antarkelas.
Contoh: demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah, menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.
•
Konflik antarkelompok sosial
Di dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku, dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul konflik.
Contoh: tawuran pelajar, perang antarkampung.
Di dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku, dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul konflik.
Contoh: tawuran pelajar, perang antarkampung.
•
Konflik antargenerasi
Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin mengadakan perubahan.
Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.
Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin mengadakan perubahan.
Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.
•
Penyesuaian kembali
Setiap konflik pada dasarnya ingin menguasai atau mengalahkan lawan. Bagi pihak-pihak yang berkonflik bila menyadari bahwa konflik itu lebih banyak merugikan kelompoknya, maka akan timbul penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa saling menghargai. Penyesuaian semacam ini disebut Akomodasi.
Setiap konflik pada dasarnya ingin menguasai atau mengalahkan lawan. Bagi pihak-pihak yang berkonflik bila menyadari bahwa konflik itu lebih banyak merugikan kelompoknya, maka akan timbul penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa saling menghargai. Penyesuaian semacam ini disebut Akomodasi.
Dampak
positif
• Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.
Contoh: Seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan dimasa depan.
• Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.
Contoh: Seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan dimasa depan.
•
Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke
arah yang lebih baik.
Contoh: Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang pendidikan.
Contoh: Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang pendidikan.
BAB III
KESIMPULAN
Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah
dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.Kata
sosial yang ada pada istilah mobilitas sosial untuk menekankan bahwa istilah
tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga
dalam kelompok sosial jadi. Mobilitas Sosial adalah perpindahan posisi
seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain
Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena
lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang
sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit.
DAFTAR PUSTAKA
- Susanto, 2000. Ilmu Sosiolog,
Yogyakarta: Liska
Friska Putra.
- Suwito, 2005. Sejarah Social. Jakarta: Putra Grafika.
- Nugroho Nutosusanto,1993. Sejarah Nasional Indonesia IV.
Jakarta : Balai Pustaka.
- Aji Nugraha,1993. Sosiologi X. Jakarta : Balai Pustaka.
- Http:// id.wikipedia org/wiki/ pengertian mobilitas sosial
4 Oktober 2011.
- Http:// id.wikipedia org/wiki/ bentuk-bentuk mobilitas
sosial 4 Oktober 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar