oleh: Sagitri Kunti Reksa Ayu
DEFINISI
SEPUTAR ILMU SEJARAH
Pengertian
Sejarah menurut istilah
berarti keterangan yang telah terjadi di kalangannya pada masa yang telah
lampau atau pada masa yang masih ada. Sedangkan peradaban adalah kebudayaan
yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan
dan ilmu pengetahuan.
Definisi mengenai
sejarah peradaban Islam yakni kejadian-kejadian atau peristiwa yang terjadi di
masa silam yang diabadikan di mana pada saat itu Islam merupakan pokok kekuatan
dan sebab timbulnya suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni
bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan
kompleks.
Pengertian
Sejarah Peradaban Islam
Kata sejarah dalam
bahasa Arab disebut tarikh, yang menurut bahasa berarti ketentuan masa. Sedang
menurut istilah berarti “Keterangan yang telah terjadi di kalangannya pada masa
yang telah lampau atau pada masa yang masih ada. Sedangkan pengertian
selanjutnya memberikan makna sejarah sebagai catatan yang berhubungan dengan
kejadian-kejadian masa silam yang di abadikan dalam laporan-laporan tertulis
dan dalam ruang lingkup yang luas, dan pokok dari persoalan sejarah senantiasa
akan sarat dengan pengalaman-pengalaman penting yang menyangkut perkembangan
keseluruhan keadaan masyarakat. Oleh sebab itu, menurut Sayid Quthub “Sejarah
bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa itu, dan
pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata, yang menjalin
seluruh bagian serta memberinya dinamisme waktu dan tempat”.
Berangkat dari
pengetian sejarah sebagaimana yang dikemukakan di atas, peradaban Islam adalah
terjemahan dari kata Arab al-Hadharah al-Islamiyah. Kata Arab ini sering juga
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan Islam. “Kebudayaan”
dalam bahasa Arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebgaimana juga di Arab dan
Barat, masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata “kebudayaan” dan
“peradaban”. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu
masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis
lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan
dalam seni, sastra, religi dan moral, maka peradaban terrefleksi dalam politik,
ekonomi, dan teknologi.
Menurut
Koentjaraningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud.
1.
Wujud Ideal,
yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan-peraturan dan lain-lain.
2.
Wujud Kelakuan,
yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat.
3.
Wujud Benda,
yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya. Sedangkan istilah
peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan
yang halus dan indah.
Dalam definisi peradaban
yang di maksud disini yakni Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw yang
telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan
diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju, dan cepat
mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting
artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang.
Dengan demikian
jelaslah banhwa kedatangan Islam mempunyai makna kemanusiaan yang tinggi,
cita-cita dan semangat Islam adalah peneguhan kemanusiaan, memperteguh
kesetiaan manusia terhadap tugas dan kewajibannya sebagai wakil Allah di muka
bumi.
Menurut H.A.R. Gibb, bahwa Islam
sesungguhnya lebih dari sekedar agama, Ia adalah peradaban yang sempurna.
Karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah agama
Islam, kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban
Islam.
Jadi definisi mengenai
sejarah peradaban Islam yakni kejadian-kejadian atau peristiwa yang terjadi di
masa silam yang diabadikan di mana pada saat itu Islam merupakan pokok kekuatan
dan sebab timbulnya suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni
bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan
kompleks.
Landasan dari
pembahasan ini yakni “peradaban Islam” adalah “kebudayaan Islam” terutama wujud
idealnya, sementara landasan “kebudayaan Islam” adalah agama Islam. Jadi dalam
Islam, tidak seperti pada masyarakat yang menganut agama-agama bumi, agama
bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan
hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama Islam adalah wahyu dari Tuhan
PERADABAN DUNIA
MENJELANG KEHADIRAN ISLAM
Peradaban adalah
kebudayaan (hasil karya, rasa dan cipta masyarakat) yang sudah tergolong maju
atau telah mencapai taraf perkembangan yang tinggi (Jaih Mubarok, 44:2003).
Tetapi para ahli tidak menjelaskan bagaimana cara mengukur bahwa suatu
kebudayaan telah dianggap maju. Oleh karena itu diperlukan kebudayaan lain
sebagai pembanding ketika kita ingin mengukur seberapa majukah suatu
kebudayaan. Untuk itu di sini akan dibahas dahulu peradaban Arab sebelum Islam
sebagai bahan perbandingan dengan peradaban Arab setelah Islam.
A. Peradaban Dunia Sebelum Islam
Secara geografis,
Jazirah Arab bentuknya memanjang, ke sebelah utara berbatasan dengan Palestina
dan padang Syam, ke sebelah timur Hira, Dijla (Tigris), Furat (Euphrates) dan
Teluk Persia, ke sebelah selatan Samudera Indonesia dan Teluk Aden, sedang ke
sebelah barat Laut Merah. Jadi, dari sebelah barat dan selatan daerah ini
dilingkungi lautan, dari utara padang sahara serta dari timur padang sahara dan
Teluk Persia, letak geografis ini telah melindunginya dari serangan dan
penyerbuan penjajahan serta penyebaran agama.
Jazirah Arab terletak
di antara dua kebudayaan besar dunia, yaitu Romawi di Barat dan Persia di
Timur. Persia adalah ladang subur berbagai khayalan (khurafat) keagamaan dan
filosof yang saling bertentangan, sedangkan Romawi telah dikuasi sepenuhnya
oleh semangat kolonialisme. Negeri ini terlibat pertentangan agama , antara
Romawi di satu pihak dan Nasrani di pihak lain. Negeri ini mengandalkan
kekuatan militer dan ambisi kolonialnya dalam melakukan petualangan (naif) demi
mengembangkan agama kristen, dan mempermainkannya sesuai dengan keinginan hawa
nafsunya yang serakah.
Sementara itu, di
jazirah Arabia kehidupan dalam keadaan tenang, jauh dari hal-hal di atas,
mereka tidak memiliki kemewahan dan peradaban seperti Persia yang memungkinkan
mereka kreatif dan pandai menciptakan kemerosotan-kemerosotan, filsafat
keserbabolehan dan kebejatan moral yang dikemas dalam bentuk agama, mereka juga
tidak memiliki kekuatan militer Romawi yang mendorong mereka melakukan ekspansi
ke negara-negara tetangga, mereka tidak memiliki filosofi dan dialetika Yunani
yang menjerat mereka menjadi bangsa mithos dan khurafat.
Karakteristik mereka
seperti bahan baku yang belum diolah dengan bahan lain, masih menampakkan
fitrah kemanusiaan dan kecenderungan yang sehat dan kuat, serta cenderung
kepada kemanusiaan yang mulia, seperti setia, penolong, dermawan, rasa harga
diri, dan kesucian.
Hanya saja mereka tidak
memiliki ma’rifat (pengetahuan) yang akan mengungkapkan jalan ke arah itu,
karena mereka hidup di dalam kegelapan, kebodohan, dan alam fitrahnya yang
pertama. Akibatnya mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan
tersebut.
Kemudian mereka membunuh anak dengan dalih kemuliaan dan kesucian, memusnahkan harta kekayaan dengan alasan kedermawanan dan membangkitkan peperangan di antara mereka dengan alasan harga diri dan kepahlawanan
Kemudian mereka membunuh anak dengan dalih kemuliaan dan kesucian, memusnahkan harta kekayaan dengan alasan kedermawanan dan membangkitkan peperangan di antara mereka dengan alasan harga diri dan kepahlawanan
B. Peradaban Arab Sebelum Islam
Bangsa Arab pra Islam
telah memiliki budaya yang menjadi landasan dalam hidup yang diimplementasikan
dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya :
1.
Bidang Ekonomi. Secara
ekonomi, Mekah mempunyai letak yang strategis, karena Mekah merupakan tempat
persinggahan pedagang-pedagang dari Persia yang hendak menuju ke Romawi dan
sebaliknya. Maka transaksi perdagangan sering terjadi dan hal ini memberi efek
yang kuat terhadap kemajuan ekonomi Bangsa Arab. Dalam bidang mu’amalat mereka
terbiasa transaksi mubadalat (barter), jual beli, kerjasama pertanian
(muzaroah) dan riba.
2.
Bidang Akidah. Bangsa
Arab adalah anak-anak Ismail AS. Karena itu, mereka mewarisi millah dan minhaj
yang pernah dibawa oleh bapak mereka. Millah dan minhaj yang menyerukan Tauhid
Allah, beribadah kepada-Nya, mematuhi hukum-hukum-Nya, mengagungkan
tempat-tempat suci-Nya, khususnya Baitul Haram, menghormati Syiar-syiar-Nya dan
mempertahankannya.
Setelah beberapa kurun
waktu, mereka mulai mencampur-adukkan (transformasi) kebenaran yang diwarisinya
itu dengan kebatilan yang menyusup kepada mereka. Seperti semua umat dan
bangsa, apabila telah dikuasai kebodohan dan dimasuki tukang-tukang sihir dan
ahli kebatilan, maka masuklah kemusyrikan kepada mereka. Mereka kembali
menyembah berhala-berhala. Tradisi-tradisi dan kebejatan moral pun tersebar
luas. Akhirnya mereka jauh dari cahaya tauhid dan ajaran hanifiyah. Selama
beberapa abad mereka hidup dalam kehidupan jahiliyah sampai akhirnya datang
bi’tsah Muhammad saw.
Orang yang pertama kali
memasukkan kemusyrikan kepada mereka dan mengajak mereka menyembah berhala
adalah Amr bun Luhayyi bin Qam’ah, nenek moyang Bani Khuza’ah.
Namun secara umum Bangsa Arab Pra Islam percaya bahwa Allah adalah Pencipta.
Namun secara umum Bangsa Arab Pra Islam percaya bahwa Allah adalah Pencipta.
C. Peradaban yunani
sebelum agama
islam masuk ke eropa, dikalangan bangsa barat sudah ada peradaban dan
kepercayaan. Yang mereka anut pada sangan t itu adalah mengakui banyak tuhan
atau politheisme. Kepercayaan yang menonjol di kalangan mereka saat
itu bahwa tuhan bertempat di gunung olimpus. Dewa yang tertinggi bertahta di
gunung itu adalah dewa zeus.Dewa zeus menguasai beberapa dewa
lainnya, seperti dewa ares (dewa peraga), dewa artemis (dewa perburuhan), dan
lain sebagainya.
Bangsa yunani
pada saat itu telah memiliki pengetahuan tinggi, mereka mampu mendirikan negara
kota seperti sparta, athena, thebe, dengan korinthia. Pembentukan negara kota
seperti ini tidak hanya terjadi di yunani saja, namun juga di pulau pulau laut
aegea dan mediteranian.
Kemampuan yang
mereka miliki tersebar ke beberapa wilayah lain, bersamaan dengan kepindahan
merka ke tmpat yang baru (kolonisasi).mereka meninggalkan kota menuju asia
kecil thrasia, yaitu daerah sepanjang laut hitama, italia dan laut sisilia.
D. Peradaban romawi
bangsa romawi
sangat mahir dalam ilmu pemerintahan yang diterapkannya dalam menjalankan
administrasi pemerintahan di wilayah yang dikuasainya.
E. Peradaban mesir
Kebudayaan
mesir merupakan salah satu kebudayaan sungai, yaitu sebuah kebudayaan yang
banyak terpengaruh dari endapan lumpur sungai, yaitu sungai nil.sungai nil
merupakan sungai terpanjang di dunia.
Terdapat pula
peninggalan kebudayaan mesir kuno, seperti memphis, thebes, gizah, luxor
dan sebagainya. Di gizah terdapat makam para raja raja yang berbentuk piramida
dan patung singa berkepala manusia yang disebut spinx.
Bangsa mesir
kuno telah mampu membagi bulan dan mengenal tulisan yang disebut helioglip.
F. Peradaban persia
Diwilayah asia
barat terdapat peradaban yang tinggi yang dimiliki bangsa persia, mereka ahli
dalam politik dan militer. Kebudayaan mereka bercampuran antara kebudayaan asli
dengan mesopotamia (daerah yang pernah ditaklukannya).
Bangsa persia
membangun tambang tambang besar dan kuil kuil seperti kuil di babilonia dan
siria. Bangsa persia telah mengenal alfabet yang terdiri dari 39 huruf. Mereka
mengenal ilmu astronomi dari bangsa babilonia. Bangsa zoroaster menganut ajaran
zoroaster yang hidup sekitar 600 SM. Menurut ajaran zoroaster hidup adalah
peperangan antara kebaikan (dewa kebijaksanaan ahuramazda) dan kejahatan (dewa
perusak ahriman).
Penganut zoroaster
harus ramah, jujur, tulus, dan bersahabat dengan sesamanya. Jika penganut
zoroaster meninggal ia dapat melewati api yang ada diantara dunia dan surga
tanpa terluka. Untuk mereka ada sebuah jembatan lebar yang menghubungkan surga
dengan dunia. Raja raja persia terkenal adalah penganut zoroaster. Bahkan raja
darius dalam satu prasastinya mengatakan “atas kehendak ahuramazda yang memilih
aku dan menjadikan aku raja seluruh dunia”. Raja persia lainnya ataxerxes 1
mengeluarkan kalender dengan nama nama dewa zoroaster sebagai nama nama
bulannya. Bangsa persia akhirnya ditaklukan oleh islam pada abad 7 M oleh
khalifah umar bin khattab r.a.
KARAKTERISTIK PERADABAN ISLAM
Suatu peradaban harus,
dalam keadaan perlu, melewati fase – fase perubahan yang bermacam – macam dan
suatu proses asimilasi dan verifikasi. Kekuatan dan kelemahannya akan
ditentukan oleh kemampuan dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan pada suatu lingkungan
yang sedang berubah, namun demikian ia harus tetap memelihara identitas dan
parameternya yang asli.
Dalam fase-fase
pertamanya, peradaban Islam mengadakan kontak dengan peradaban seperti:
peradaban Yunani, peradaban Romawi, peradaban Persia, peradaban India dan
peradaban Cina. Dalam setiap kontak peradaban Islam mampu menyaring
konsep-konsep dan nilai-nilai peradaban ini, sambil menerima dan mengasimilasi
yang sesuai dengan karakteristik dan prinsip fundamentalnya dan menolak yang
bertentangan dengan nilai – nilai dan norma-normanya. Demikianlah ia dapat
memperoleh keuntungan – keuntungan dari kontak-kontak ini dan berhasil baik.
Sebaliknya, gambaran
yang mencolok dari masyarakat Muslim sekarang adalah bahwa ia telah gagal untuk
mengikuti dunia sekarang. Dengan pernyataan ini, tidaklah kita maksudkan bahwa
kaum Muslimin itu “terbelakang” atau “tidak berkembang” atau “sedang
berkembang” tetapi kaum Muslim itu agak terbelakang dalam memahami Islam dengan
acuan dunia sekarang. Karena itu, Islam dan seluruh ajarnnya yang mengandung
term social dan politik sudah lama tidak berfungsi secara jitu. Inilah yang
kebanyakan menyebabkan kegagalan masyarakat Muslim untuk menyesuaikan diri pada
perubahan dan memahami Islam dengan acuan kondisi-kondisi kehidupan yang telah
berubah.
Apa yang kita
maksudkan dengan menyesuaikan diri pada perubahan? Di akhir segalanya Islam
adalah abadi. Tapi perjalanan waktu menambah pengetahuan kemanusiaan.
Pengetahuan baru mungkin membawa peubahan-perubahan ilmiah dan teknologi dalam masyarakat;
sebagian telah memberikan efek yang jauh pada setiap struktur masyarakat. Islam
harus dipahami ulang dalam cahaya kondisi-kondisi kehidupan yang baru; gagal
untuk menyesuaikan diri pada peubahan ini akan berakibat pada kemunduran yang
progresif. Retrogessi (kemunduran) masyakat Muslim ini merupakan akibat
langsung dari kegagalan untuk mentransformasikan kerangka kerja teoritik Islam
kedalam suatu bentuk yang operasional. Namun demikian, Islam bukan hanya
mengakui perubahan sebagai sesuatu yang riil tapi juga mendesak kaum Muslim
menyesuaikan diri padanya.
Sebagaimana kita
ketahui bersama bahwa Islam adalah agama rahmatan lilaalamiin, di dalamnya
dikelola seluruh hajat kehidupan umat manusia, tanah, air, negara, pemerintahan
lebih-lebih tentang struktur kehidupan umat manusia yang saling berkaitan satu
sama lain. Islam merupakan satu kekuatan untuk membangun peradaban
yang beradab. Orang Islam sendiri mungkin tidak percaya apabila dikatakan bahwa
hampir seluruh kemajuan Ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Saintek) yang dicapai
oleh Barat sekarang merupakan hasil proses panjang dari peradaban Islam yang
telah hilang ditelan manipulasi-manipulasi sejarah. Masyarakat Islam kalau
dikatakan sebagai penghasil peradaban terbesar bukanlah omong kosong, tetapi
terukir dalam sejarah Islam sebagai peninggalan yang amat berharga bagi umat
manusia. Peradaban Islam merupakan peradaban yang mempunyai sosok risalah
universal yang menjunjung tinggi nilai moral manusia.
Sesungguhnya kalau kita
membuka secara jujur bahwa Barat telah banyak berhutang budi kepada Islam.
Karena Islamlah peletak dasar peradaban yang manusiawi. Menurut As-Siba’i bahwa
peradaban Islam merupakan peradaban yang mengagumkan, karena Islam memiliki
beberapa karakteristik yang tidak dimiliki oleh peradaban lain. Yaitu antara
lain: Pertama, Islam berpijak pada asas Wahdaniyah (ketunggalan).
Asas Wahdaniyah akan berpengaruh pada terangkatnya martabat manusia, dalam
membebaskan rakyat jelata dari kelaliman raja maupun pejabat pemerintah. Karena
dengan asas ketunggalan, manusia hanya menganggap satu yang mutlak, yakni
Allah. Kedua, Peradaban Islam Bersandar Kepada Fitrah Kemanusiaan.
Kesatuan jenis manusia tanpa membedakan asal-usul keturunan dan warna kulit,
yang menjadi ukuran hanya tingkat ketakwaan. Ketiga, Peradaban Islam
dibangun atas dasar prinsip-prinsip moral yang bisa dipertanggung jawabkan.
Keempat, Peradaban
Islam berpegang pada ilmu dan pangkalnya yang paling lurus dan akidahnya yang
paling jernih. Ia berbicara kepada akal dan hati secara bersama-sama serta
membangkitkan perasaan dan pikiran dalam waktu yang sama
pula.Kelima, Peradaban Islam mempunyai toleransi keagamaan yang sangat
tinggi dan tidak pernah dikenal oleh peradaban lain yang juga berpijak pada
agama.
Dari lima
karakteristik peradaban Islam tersebut, penulis dapat menyimpulkan
bahwa peradaban Islam telah berhasil meletakkan pengaruh yang abadi yang ada
dalam sejarah kemanusiaan di berbagai aspek pemikiran, moral dan material.
Dengan melihat fenomena
masyarakat Muslim saat ini di negara-negara sedang berkembang yang mayoritas
penduduknya beragama Islam, seperti halnya Indonesia ibarat sesosok robot yang
sedang berpasung. Ia akan bergerak sesuai keinginan sang pengendali. Yang lebih
celaka lagi ialah bahwa yang mengendalikan robot tersebut adalah bukan orang
Islam (muslim), tetapi umat di luar Islam (non muslim). Hal ini bisa kita lihat
di era modernisasi dan perdagangan bebas sekarang ini. Bahwa umat Islam hanya
dijadikan sebagai pasar perindustrian Barat. Islam hanya memiliki peran penting
dari sikap kebiadaban Barat dan yang memainkan skenarionya adalah kaum Nasrani
dan Yahudi. Sehingga Islam menjadi tumbal dalam segala permainan mereka, baik
di bidang ekonomi, sosial, budaya, hukum, politik lebih-lebih agama. Tidak
sedikit umat Islam yang terjebak pada tindakan dehumanisasi (tindakan yang
tidak berperikemanusiaan), seperti pembunuhan, perampokan, kemaksiatan,
kemelaratan, lahirnya mental pejabat yang korup, sistem pemerintahan yang
otoriter atau dalam bahasa kasar penulis adalah sistem pemerintahan ala
Fir’aun, pemerintahan yang sewenang-wenang.
Kalau kita
kemabali melihat, bahwa sesungguhnya umat Islam mempunyai potensi
besar dalam sumber daya insani dan sumber daya semangat jihad yang seharusnya
mampu menguasai dunia. Namun, realitas umat Islam saat ini mempunyai
ketergantungan yang relatif besar terhadap kekuatan-kekuatan lain, baik pada
segi ekonomi, sosial, budaya, politik maupun Ideologi. Baik dalam skala mikro
maupun dalam makro. Ideologi kapitalis dan sosialis membayang-bayangi umat
Islam. Pertanyaan Besar Yang muncul adalah. Apakah faktor penyebab
kebergantungan umat Islam terhadap kekuatan lain tersebut..........???. Dengan
merujuk pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Maka salah satu jawabannya adalah
bahwa umat Islam sendiri tidak lagi menerapkan konsepsi Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Padahal dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul tertuang segudang
konsepsi hidup yang dapat mengatur segala tingkah laku kehidupan, akan tetapi
umat Islam lagi-lagi tidak mampu menampilkanya dalam mewarnai kehidupan yang
Islami. Syakib Arsenal, (Seorang Fisikawan ke-Enam Sekaligus Aktivis
Muslim Dunia) pernah mengatakan, bahwa umat Islam tidak akan pernah maju kalau
hidupnya tidak disemangati semangat Al-Qur’an dan As-sunnah atau tidak
menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman hidup (The way
Of life).
Masyarakat dewasa ini
dalam bertingkah laku, berilmu pengetahuan, berpolitik, ekonomi, sosial,
budaya, hukum, pendidikan dan dalam dimensi kehidupan lainnya, tidak lagi
menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan. Yang mereka gunakan adalah kitab-kitab
Pseudo (semu dan palsu) yang terdapat dalam buku-buku Iptek yang memuat
pandangan-pandangan hidup kapitalis, sosialis, komunis, sekularis, materialis,
zionis dan iblis. Buku seperti itu judulnya manusiawi sedangkan isinya
materialis, yang jika kita simpulkan arahnya mengandung benih-benih ateisme.
Padahal Allah SWT telah berfirman “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak
kamu mempunyai pengetahuan tentangnya, karena sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati semuanya itu akan ditanya” (Q.S Al-Isra’: 36). Inilah yang
menjadi Petunjuk Iptek dalam segala kehidupan dewasa ini. Persepsi masyarakat
terhadap Al-Qur’an hanya sebagai kitab sakral dan ritual, kitab simbol dan
legitimasi dalam rangka membedakan pandangan secara kasat mata antara umat
Islam dan umat non Islam. Sangat sedikit umat Islam menjadi Al-Qur’an sebagai
kitab masa depan dan kitab Ilmu Pengetahuan.
Fenomena-fenomena
tersebut merupakan fenomena yang terjadi saat ini di kalangan masyarakat
muslim. Ini penyakit umat Islam yang harus segera disembuhkan. Oleh karena itu
perlu langkah-langkah yang dapat mengobati penyakit tersebut. Umat Islam perlu
Istiqamah, keterbukaan dan jiwa besar dikalangan umat Islam. Oleh karena itu
mulai detik ini suatu keharusan bagi umat Islam untuk berjihad atau berhijrah
dari sistem non-Islam kepada sistem Islam dalam berbagai dimensi kehidupan
dengan segala konsekwensinya. Dan meneriakan bahwa Syariat Islam harus
ditegakkan di Indonesia dan Bima khususnya. Semoga kita diberi kekuatan Iman,
Islam, Ilmu dan Amal Oleh Allah Swt dalam mewujudkan kehidupan yang adil dan
makmur
DAKWAH NABI DI MEKAH DAN MADINAH
Dakwah
Periode Mekah
Kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam setelah
beliau dimuliakan oleh Allah dengan nubuwwah dan risalah terbagi menjadi dua
periode yang masing-masing memiliki keistimewaan tersendiri secara total,
yaitu:
·
PERIODE MEKKAH : berlangsung selama lebih kurang 13 tahun
·
PERIODE MADINAH : berlangsung selama 10 tahun penuh
Dan masing-masing periode mengalami beberapa tahapan
sedangkan masing-masing tahapan memiliki karakteristik tersendiri yang
menonjolkannya dari yang lainnya. Hal itu akan tampak jelas setelah kita
melakukan penelitian secara seksama dan detail terhadap kondisi yang dilalui
oleh dakwah dalam kedua periode tersebut.
Periode Mekkah dapat dibagi menjadi tiga tahapan:
1)
Tahapan dakwah sirriyyah (sembunyi-sembunyi); berlangsung
selama tiga tahun.
2)
Tahapan dakwah secara terang-terangan kepada penduduk
Mekkah; dari permulaan tahun ke-empat kenabian hingga hijrah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam ke Madinah.
3)
Tahapan dakwah di luar Mekkah dan penyebarannya di kalangan
penduduknya; dari penghujung tahun ke-sepuluh kenabian-dimana juga mencakup
Periode Madinah- dan berlangsung hingga akhir hayat Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam.
Adapun mengenai tahapan-tahapan Periode Madinah maka rincian
pembahasannya akan diketengahkan pada tempatnya nanti.
1. Dibawah
naungan kenabian dan kerasulan
1.1 Jibril ‘alaihissalam turun
membawa wahyu
Tatkala usia beliau mencapai genap empat puluh tahun- yaitu
usia yang melambangkan kematangan, dan ada riwayat yang menyatakan bahwa diusia
inilah para Rasul diutus – tanda-tanda nubuwwah (kenabian) sudah tampak dan
mengemuka, diantaranya; adanya sebuah batu di Mekkah yang mengucapkan salam
kepada beliau, terjadinya ar-Ru’ya –ash-Shadiqah- (mimpi yang benar) yang
datang berupa fajar subuh yang menyingsing. Hal ini berlangsung hingga enam bulan
–masa kenabian berlangsung selama dua puluh tiga tahun- dan ar-Ru’ya
ash-Shadiqah ini merupakan bagian dari empat puluh enam tanda kenabian. Ketika
memasuki tahun ketiga dari pengasingan dirinya (‘uzlah) di gua Hira’, tepatnya
di bulan Ramadhan, Allah menghendaki rahmatNya dilimpahkan kepada penduduk bumi
dengan memberikan kemuliaan kepada beliau, berupa pengangkatan sebagai Nabi dan
menurunkan Jibril kepadanya dengan membawa beberapa ayat al-Qur’an.
Setelah melalui pengamatan dan perenungan terhadap beberapa
bukti-bukti dan tanda-tanda akurat, kami dapat menentukan persisnya
pengangkatan tersebut, yaitu hari Senin, tanggal 21 malam bulan Ramadhan dan
bertepatan dengan tanggal 10 Agustus tahun 610 M. Tepatnya usia beliau saat itu
empat puluh tahun enam bulan dua belas hari menurut penanggalan qamariyyah
(berdasarkan peredaran bulan; hijriyyah) dan sekitar tiga puluh sembilan tahun
tiga bulan dua puluh hari; ini menurut penanggalan syamsiyyah (berdasarkan
peredaran matahari; masehi).
Dakwah
Rasulullah saw periode madinah
Dikota Mekkah telah kita ketahui bahwa bangsa quraisy dengan
segala upaya akan melumpuhkan gerakan Muhammad Saw. Hal ini di buktikan dengan
pemboikotan yang dilakukan mereka kepada Bani Hasyim dan Bani Mutahlib. Di
antara pemboikotan tersebut adalah:
1.
Memutuskan hubungan perkawinan
2.
memutuskan hubungan jual beli
3.
memutuskan hubungan ziarah dan menziarah dan lain-lain
Pemboikotan tersebut tertulis di atas kertas shahifah atau
plakat yang di gantungkan di kakbah dan tidak akan di cabut sebelum Nabi
Muhammad Saw. Menghentikan gerakannya.
Nabi
Muhammad Saw. Merasakan bahwa tidak lagi sesuai di jadikan pusat dakwah ialam
beliau bersama zaid bin haritsah hijrah ke thaif untuk berdakwah ajaran
itu ditolak dengan kasar. Nabi Saw. Di usir, di soraki dan dikejar-kejar sambil
di lemparidengan batu. Walaupun terluka dan sakit, Beliau tetap sabar dan
berlapang dada serta ikhlas. Meghadapi cobaan yang di hadapinya.
Saat mengahadapi ujian yang berat Nabi Saw bersama
pengikutnya di perintahkan oleh ALLaH SWT untuk mengalami isra dan mi’raj ke
baitul maqbis di palestina, kemudian naik kelangit hingga ke sidratul muntaha.
Kejadian
isra dan mi’raj terjadi pada malam 17 rajab tahun ke-11 dari kenabiannya
(sekitar 621 M) di tempuuh dalam waktu satu malam.
Hikmah Allah Swt. Dari peristiwa isra dan mi’raj antar lain sebagai berikut.
1.
Karunia dan keistimewaan ersendiri bagi Nabi saw.
2.
Memberikan penambahan kekuatan iman keyakinan beliau sebagai rasul
3.
Menjadi ujian bagi kaum muslimin sendiri.
Berita ini menjadi olokan kaum
Quraisy kepada Nabi saw. Mereka mengira Nabi saw telah gila. Orang pertama
memperceyainya adlah Abu Bakar sehingga diberi gelar As Siddiq.
1. Hijrah Nabi Muhammad saw Ke Yatsrib
(Madinah)
1.1 Faktor
yang mendorong hijrahnya Nabi SAW adalah adanya tanda-tanda baik pada
perkembangan Islam di Yatsrib yang dikarenakan:
1)
Pada tahun 621 M telah dating 13 orang penduduk Yatsrib menemuinabi
saw di bukit Akabah.
2)
Pada tahun berikutnya, 622 M datang lagi sebanyak 73 orang
Yatsrib ke Mekkah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj.
1.2
Rencana pembunuhan Nabi saw oleh kaum Quraisy yang hasil kesepakatannya sbb:
1)
Merea sangat khawatir jika Muhammad dan pengikutnya telah
berkuasa di Yatsrib.
2)
Membunuh Nabi saw sebelum beliau ikut pindah ke Yatsrib.
1.3
Rencana pembunuhan Nabi saw:
1) Setiap suku Quraisy mengirimkan
seorang pemudah tangguh.
2) Mengepung rumah Nabi saw dan akan
membunuhnya saat fajar.
Rencana-rencana tersebut diketaui oleh Nabi saw dan
parapemuda qurasy terkacoh. Mereka mengejar dan menjelajahi seluruh kota untuk
mencari Nabi saw tetapi hasilnya nihil. Kemudian Nabi bersama pengikutnya
melanjutkan perjalanannya menelusuri pantai laut merah
KHULAFAUR RASYIDIN
Khulafaur Rasyidin adalah empat khalifah pertama dalam tradisi Islam
Sunni, sebagai
pengganti Muhammad, yang dipandang sebagai pemimpin yang mendapat petunjuk dan
patut dicontoh. Mereka semuanya adalah sahabat dekat Nabi Muhammad SAW, dan penerusan kepemimpinan mereka bukan berdasarkan
keturunan, suatu hal yang kemudian menjadi ciri-ciri kekhalifahan selanjutnya.
Masa Kemajuan Islam (650-1000 M) -
Khilafah Rasyidah
Khilafah Rasyidah merupakan para pemimpin ummat Islam
setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar
bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, Radhiallahu Ta’ala anhu
ajma’in dimana sistem pemerintahan yang diterapkan adalah pemerintahan yang
islami karena berundang-undangkan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam tidak
meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau Shallallahu
‘Alaihi wasallam sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau Shallallahu
‘Alaihi wasallam wafat. Ia Shallallahu ‘Alaihi wasallam nampaknya menyerahkan
persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena
itulah, tidak lama setelah beliau Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat; belum
lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di
balai kota Bani Sa'idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan
dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena
masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak
menjadi pemimpin umat Islam.
Dahulu, nama aslinya adalah Abdus Syams. Tetapi, setelah
masuk Islam namanya diganti oleh Rasulullah sehingga menjadi Abu Bakar. Gelar
Ash- Shiddiq diberikan padanya karena ia adalah orang yang pertama mengakui
peristiwa Isra' Mi'raj. Lalu, ia pun diberi gelar Ash- Shiddiq (Orang yang
percaya). Ia juga adalah orang yang ditunjuk oleh Nabi Muhammmad SAW untuk
menemaninya hijrah ke yastrib. Namun saat ditengah perjalanan mereka dikejar
oleh utusan para kabilah Quraisy, sehingga mereka mencari tempat untuk
sembunyi.
Ketika Rasulullah SAW sakit keras, beliau tidak dapat
mengimami salat jamaah. Maka ditunjuklah Abu Bakar untuk menggantikannya. Bagi
sebagian warga Madinah, ini adalah indikasi bahwa suksesi kepemimpinan
Rasulullah SAW diteruskan kepada Abu Bakar. Ketika Rasulullah wafat, sebagian
kalangan muslim Anshar dan beberapa orang dari pihak Muhajirin mengadakan
pertemuan di Saqifah
Bani Sa'idah.
Sempat terjadi perselisihan antara kaum Muhajirin dan Anshar.
Ketika Abu Bakar merasakan sakitnya semakin berat, ia
mengumpulkan para sahabat besar dan menunjuk Umar bin Khattab sebagai Khalifah.
Para sahabat setuju dan Abu Bakar meninggalkan surat wasiat yang menunjuk Umar
sebagai penggantinya. Beliau disebut sebagai “Singa Padang Pasir”.
Umar bin Khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara
terbaik menentukan khalifah penggantinya. Segera setelah peristiwa penikaman
dirinya oleh Fairuz, seorang majusi persia, Umar mempertimbangkan untuk tidak
memilih pengganti sebagaimana dilakukan Rasulullah. Namun Umar juga berpikir
untuk meninggalkan wasiat seperti dilakukan Abu Bakar.
Sebagai jalan keluar, Umar menunjuk enam orang Sahabat
sebagai Dewan Formatur yang bertugas memilih Khalifah baru. Keenam Orang itu
adalah Abdurrahman bin Auf, Saad
bin Abi Waqqash, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Setelah melalui perdebatan yang cukup lama, muncul dua nama
yang bersaing ketat yakni Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Keputusan
terakhir diserahkan kepada Abdurrahman bin Auf sebagai ketua Dewan yang
kemudian menunjuk Utsman bin Affan sebagai Khalifah.
Para pemberontak terus mengepung rumah Utsman. Ali
memerintahkan ketiga puteranya, Hasan, Husain dan Muhammad bin Ali al-Hanafiyah
mengawal Utsman dan mencegah para pemberontak memasuki rumah. Namun kekuatan
yang sangat besar dari pemberontak akhirnya berhasil menerobos masuk dan
membunuh Khalifah Utsman.
Umat yang tidak punya pemimpin dengan wafatnya Utsman,
membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah baru.
BANI UMAYYAH
Bani Umayyah (bahasa Arab: بنو أمية, Banu Umayyah) atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masaKhulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya; serta
dari 756 sampai 1031 di Kordoba, Spanyol. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd
asy-Syams, kakek buyut
dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu
Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I.
Masa
ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa
kekuasaan Muawiyah bin Abu
Sufyan, yaitu setelah
terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, dan kemudian orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin Ali menyerahkan jabatan
kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum
muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak
terbunuhnya Utsman bin Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal dan penghianatan dari orang-orang Khawarij danSyi'ah, dan terakhir terbunuhnya Ali bin Abi Thalib.
Kronologi Bani Ummayyah
- 661 M- Muawiyah menjadi
khalifah dan mendirikan Bani Ummayyah.
- 670 M- Perluasan ke Afrika Utara. Penaklukan Kabul.
- 677 M- Penaklukan Samarkand dan Tirmiz. Serangan ke Konstantinopel.
- 680 M- Kematian Muawiyah. Yazid I menaiki
takhta. Peristiwa pembunuhan Husain.
- 685 M- Khalifah Abdul-Malik menegaskan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi.
- 700 M- Kampanye menentang kaum Barbar di Afrika Utara.
- 711 M- Penaklukan Spanyol, Sind, dan Transoxiana.
- 713 M- Penaklukan Multan.
- 716 M- Serangan ke Konstantinopel.
- 717 M- Umar bin
Abdul-Aziz menjadi khalifah. Reformasi besar-besaran dijalankan.
- 725 M- Tentara Islam merebut Nimes di Perancis.
- 749 M- Kekalahan tentara Ummayyah di Kufah, Iraq terhadap tentara Abbasiyyah.
- 750 M- Damsyik direbut oleh tentara Abbasiyyah. Kejatuhan Kekhalifahan Bani Ummaiyyah.
- 756 M- Abdurrahman Ad-Dakhil menjadi khalifah Muslim di Kordoba.Memisahkan
diri dari Abbasiyyah.
Kekhalifahan Utama di Damaskus
Keamiran di Kordoba
- Abdur-rahman
I, 756-788
- Hisyam I, 788-796
- Al-Hakam I, 796-822
- Abdur-rahman II, 822-888
- Abdullah
bin Muhammad, 888-912
- Abdur-rahman III, 912-929
Kekhalifahan di Kordoba
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya
kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah:
- Sistem pergantian khalifah
melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang
lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas.
Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya
persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
- Latar belakang terbentuknya
dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik
yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syi'ah (para pengikut Ali) dan
Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di
masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan
kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak
menyedot kekuatan pemerintah.
- Pada masa kekuasaan Bani
Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan
Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin
meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah
mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu,
sebagian besar golongan mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah
bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu
menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab
yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
- Lemahnya pemerintahan daulat
Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana
sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan
tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Disamping itu, golongan agama banyak
yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat
kurang.
- Penyebab langsung tergulingnya
kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang
dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-Muthalib. Gerakan ini
mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi'ah, dan kaum
mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya
kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah:
1) Sistem pergantian khalifah melalui
garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih
menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem
pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di
kalangan anggota keluarga istana.
2) Latar belakang terbentuknya dinasti
Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di
masa Ali. Sisa-sisa Syi'ah (para pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi
gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun
secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah.
Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan
pemerintah.
3) Pada masa kekuasaan Bani Umayyah,
pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan
(Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam,makin meruncing.
Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan
untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan
mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa
tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah
dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
4) Lemahnya pemerintahan daulat Bani
Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga
anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka
mewarisi kekuasaan. Disamping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena
perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
5)
Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani
Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas
ibn Abd al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan
golongan Syi'ah, dan kaum mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan
Bani Umayyah.
BANI ABBASIYAH
Dengan tumbangnya daulah Bani Umayyah maka keberadaan Daulah
Bani Abbasiyah mendapatkan tempat penerangan dalam masa kekhalifahan Islam saat
itu, dimana daulah Abbasiyah in sebelumnya telah menyusun dan menata kekuatan
yang begitu rapi dan terencana. Dan dalam makalah ini akan diurakan sedikit
mengenai berdirinya masa kekhalifahan Abbasiyah, sistem sosial politiknya, masa
kejayaan dan prestasi apa saja yang pernah diraih serta apa saja penyebab
runtuhnya daulah Abbasiyah.
1.
Kelahiran Daulah Abbasiyah
Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau
sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam
telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan
kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan,
ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke
bahasa Arab.
Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan
sejak masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu
dikenal memberikan toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah. Keturunan
Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh Daulah Umayah bergerak mencari
jalan bebas, dimana mereka mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah
Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah.
Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy
mereka bergerak dalam dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase
terang-terangan dan pertempuran. Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan
dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, dan
mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-golongan yang merasa
ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung Daulah
Umayah. Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada
masanya inilah bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan
cerdas dalam gerakan rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak
masuknya Abu Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah
gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya
dengan dalih ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan,
Abu Abbas pimpinan gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam
mengobarkan perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai
makar dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang
waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya
pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut dirinya sang pengalir darah atau
As-Saffah. Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H (750 M) dengan
terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah berdiri
Daulah Abbasiyah.
Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki kesamaan dan
perbedaan dengan Daulah Umayah. Seperti yang terjadi pada masa Daulah Umayah,
misalnya, para bangsawan Daulah Abbasiyah cenderung hidup mewah dan bergelimang
harta. Mereka gemar memelihara budak belian serta istri peliharaan (hareem).
Kehidupan lebih cenderung pada kehidupan duniawi ketimbang mengembangkan
nilai-nilai agama Islam . Namun tidak dapat disangkal sebagian khalifah
memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama.
2. Sistem Politik, Pemerintahan dan
Sosial
2.1. Sistem Politik dan Pemerintahan
Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas yang sekaligus
dianggap sebagai pendiri Bani Abbas, menyebut dirinya dengan julukan Al-Saffah
yang berarti Sang Penumpah Darah. Sedangkan Khalifah Abbasiyah kedua mengambil
gelar Al-Mansur dan meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah. Di bawah
Abbasiyah, kekhalifahan berkembang sebagai system politik. Al-Mansur dianggap
sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Di masa pemerintahannya Baghdad
dibagun menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah dan merupakan pusat perdagangan serta
kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia pada saat
itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade
kemudian dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaan.
Ada
beberapa sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Abbasiyah, yaitu
1)
Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan
pejabat lainnya diambil dari kaum mawalli.
2)
Kota Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara, ang menjadi
pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka
untuk siapa saja, termasuk bangsa dan penganut agama lain.
3)
Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang mulia, yang
penting dan sesuatu yang harus dikembangkan.
4)
Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia.
2.2. Sistem Sosial
Pada
masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa sebelumnya (Masa Dinasti
Umaiyah). Yaitu:
1)
Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta
mendapatkan tempat yang sama dalam kedudukan sosial.
2)
Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa
ang berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.)
3)
Perkawina campur yang melahirkan darah campuran.
4)
Terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan
baru.
3. Kejayaan Daulah Abbasiyah
1) Gerakan penerjemahan
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah
Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota Baghdad. Pada
awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama dalam bidang astrologi,
kimia dan kedokteran. Kemudian naskah-naskah filsafat karya Aristoteles dan
Plato juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan, karya yang banyak diterjemahkan
tentang ilmu-ilmu pragmatis seperti kedokteran. Naskah astronomi dan matematika
juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi, drama, cerpen dan sejarah
jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfa’at dan dalam hal
bahasa, arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju.
Pada masa ini, ada yang namanya Baitul hikmah yaitu
perpustakaan yangberfungsi sebagai pusat pengembagan ilmu pengetahuan. Pada
masa harun ar-rasyid diganti nama menjadi Khizanahal-Hikmah (Khazanah
kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Pada
masa al-ma’mun ia dikembangkan dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah, yang
dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagaitempatpenyimpanan buku-buku kuno
yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia danIndia.
Direktur perpustakaannya seorang nasionalis Persia, Sahl Ibn Harun. Di bawah
kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat
kegiatan study dan riset astronomi dan matematika.
2) Dalam bidang filasafat
Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan
yang sangat luas seperti logika, geometri, astronomi, dan juga teologia.
Beberapa tokoh yang lahir pada masa itu, termasuk diantaranya adalah Al-Kindi,
Al-farobi, Ibnu Sina dan juga Al-Ghazali yang kita kenal dengan julukan
Hujjatul Islam.
3) Perkembangan Ekonomi
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang
sangat penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang
di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan erdagangan antara
keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia.
4) Dalam bidang Keagamaan
Dalam bidang hadits, pada masa ini hanya merupakan
penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada masa ini
pula dimulainya pengklasifikasian hadits, sehingga muncul yang namanya hadits
dhaif, maudlu’, shahih serta yang lainnya.
4.
Runtuhnya Daulah Abbasiyah
Tak
ada gading ang tak retak. Mungkin pepatah inilah ang sangat pas untuk dijadikan
cermin atas kejayaan ang digapai bani Abbasiah. Meskipun Daulah Abbasiyah
begitu bercahaya dalam mendulang kesuksesan dalam hampir segala bidang, namun
akhirnya iapun mulai kaku dan akhirnya runtuh.
Menurut
beberapa literatur, ada beberapa sebab keruntuhan daulah Abbasyiah, yaitu
A.
Faktor Internal
1)
Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih
mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap
negara.
2)
Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara
komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukuan.
3)
Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan
kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka.
4)
Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan
khalifah kepada mereka sangat tinggi.
5)
Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama.
6)
Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.
B.
Faktor Eksternal
1)
Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan
banyak korban.
2)
Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang
menghancurkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan menandai berakhirnya
kerajaan Abbasyiah dan muncul: Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di
Turki, dan Kerajaan Mughal di India.
Awal perkembangan Islam di Afrika dapat dilacak sejak abad ke-7 M ketika Nabi Muhammad SAW menyarankan sejumlah sahabat untuk menghindari penindasan kaum kafir Mekkah dengan hijrah menyebrangi Laut Merah ke Kerajaan KristenAbisinia (saat ini Ethiopia) yang diperintah oleh al-Najashi. Perjalan tersebut menjadi awal mula cerita perkembangan Islam di Afrika.
Islam bukan
hanya milik masyarakat yang tinggal di Benua Asia saja. Islam juga berkembang
dan diyakini oleh masyarakat yang
datang dari luar Benua Asia. Sebut saja dengan lantang masyarakat yang tinggal di
Benua Afrika. Sejarah berbicara bahwa perkembangan Islam di Afrika juga
terjadi.
Perkembangan Islam di
Afrika maupun di negara-negara lain pasti tidak lepas dari cerita sejarah
yang dibawa oleh para sahabat nabi. Perkembangan Islam di Afrika menyuguhkan
cerita yang berbeda. Berbeda dengan perkembangan Islam di kawasan Asia dan
juga Eropa.
Perkembangan
Islam di Afrika Awal
Perkembangan Islam di
Afrika dimulai sejak beberapa ratus tahun yang lalu. Tujuh tahun setelah Nabi Muhammad SAW
wafat (639 M), bangsa Arab bergerak menuju Afrika. Dalam dua generasi,
Islam telah menyebar di Afrika Utara dan seluruh wilayah Maghribi Tengah.
Pada abad berikutnya,
perkembangan Islam di Afrika dimudahkan dengan adanya konsolidasi
jaringan perdagangan muslim yang
berkaitan dengan garis keturunan, perniagaan, dan persaudaraan sufi, telah
sedemikian kuat di Afrika Barat sehingga pengaruh politik dan kekuasaan kaum
muslimin begitu besar.
Pada masa pemerintahan Umar II, Gubernur
Afrika saat itu, Ismail ibnu Abdullah, bisa menarik orang Berber ke dalam Islam
dengan pemerintahannya yang adil. Perkembangan Islam di Afrika mendapat
dukungan dari pihak pemerintahan saat itu. Sebelumnya, Abdallah ibnu Yasin
telah merintis dakwah Islam yang
bisa merangkul ribuan orang Berber ke dalam Islam.
Islam di Afrika masuk
lewat Mesir. Saat itu, Amru Bin Ash meminta bantuan dari Umar Bin Khatab untuk
memerangi Muqauqis, seorang raja dari Romawi. Amru Bin Ash menganggap Muqauqis
telah berlaku semena-mena terhadap orang Mesir. Pada
640 M, dengan 400 orang pasukan, Umar Bin Khatab datang ke Mesir untuk
membebaskannya dari Rezim Muqauqis. Setelah 2 tahun berperang, pada 642 M,
Mesir berhasil dibebaskan.
Mesir menjadi pintu
gerbang bagi Islam untuk menyebarluaskan ajarannya ke berbagai negara. Selain
Mesir, Nigeria dan Lybia merupakan salah satu basis kebudayaan Islam yang kuat
di Benua Afrika. Setelah pintu masuk Islam terbuka lewat Mesir, muncul
beberapa kerajaan Islam di Afrika. Kerajaan-kerajaan ini banyak mengadopsi
budaya Timur Tengah. Mereka berbentuk seperti kesultanan. Era kerajaan ini dimulai
pada 700 M hingga 1898 M.
Era
Kerajaan Islam di Afrika
Tercatat, ada lebih
dari sepuluh kerajaan Islam
yang sempat ada di Afrika. Kerjaan ini tersebar dari Mesir, Mali, Ghana, hingga
Libya. Kerajaan ini memiliki dinasti masing-masing. Pada 1068, masa
keemasan Muslim di Ghana, negara ini sangat maju. Hal ini dituliskan oleh Al
Bakri, seorang ahli geografis
muslim dalam kitabnya yang berjudul Kitab Perjalanan dan Kerajaan. Ia
mengatakan bahwa kerajaan Islam di Ghana sangat makmur.
Selain Ghana, Libya
mempunyai beberapa kerajaan Islam. Pada 1805, Kerajaan Kanem berada dalam
kekuasaan Dinasti Sayfawa. Dinasti ini memajukan peradaban Islam dengan
memasukkan Islam ke dalam setiap unsur kehidupan masyarakatnya.
Oleh karena itulah, perkembangan muslim di negara ini sangat cepat.
Timbuktu,
Monumen Islam di Afrika
Timbuktu adalah sebuah
daerah yang berada di negara Mali, Afrika Barat. Daerah ini merupakan daerah
yang sangat makmur pada masa pemerintahan Mansa Musa. Timbuktu menjadi
pusat pembelajaran Islam dari Abad ke-13 hingga abad ke-15. Pada 1581,
pemerintahan Timbuktu membangun Sankore, sebuah universitas sekaligus
madrasah yang terkenal.
Sankore merupakan
tempat untuk mengkaji ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Tokoh yang terkenal pada zaman
tersebut adalah Ahmad Baba. Sayangnya, pada masa invasi Spanyol dan Portugis ke
Afrika, Timbuktu mengalami kemerosotan cukup tajam. Manuskrip-manuskrip yang
telah dikumpulkan oleh masyarakat dan cendekiawan diberangus habis. Begitupun,
di perpustakaan. Kebanyakan hancur oleh perang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar