PERKENALAN Dengan
PENGKAJIAN DESA
SECARA PARTISIPATIF
Program pembangunan pedesaan sudah berlangsung
lama. Tetapi, program-program pembangunan yang dijalankan selama ini banyak
memperoleh kritik. Kritik tersebut didasari suatu kenyataan di lapangan, bahwa
proses pembangunan tidak mampu memberikan perubahan bagi masyarakat.
Proyek-proyek pembangunan banyak yang bersifat mubazir, tidak berkelanjutan,
dan justru memperparah situasi pedesaan.
Kritik terhadap proyek pembangunan ini banyak
ditujukan kepada metodologi proyek yang tidak “memanusiakan manusia” pedesaan. Metodologi ini didasari suatu
keyakinan bahwa penyelesaian persoalan pedesaan hanya bisa ditangani oleh kaum
profesional. Sementara petani dianggap sebagai kelompok yang tidak memiliki
kemampuan menyelesaikan masalah atau justru dianggap sebagai bagian dari
masalah itu sendiri. Metodologi seperti ini umumnya didasarkan pada bentuk-bentuk
riset dengan menggunakan pendekatan logika sains (baca= metode ilmiah) dan
penelitian-penelitian etnometodologis yang terpengaruh oleh ilmu-ilmu sosial positivistik[1].
Kritik terhadap metodologi pembangunan yang
didasarkan pada bentuk-bentuk riset dengan menggunakan pendekatan logika sains
(baca= metode ilmiah) dan penelitian-penelitian etnometodologis, pada intinya antara
lain:
(1)
Riset ini umumnya hanya menghasilkan pengetahuan yang empiris-analitis.
Pengetahuan seperti ini memiliki kecenderungan tidak mendatangkan manfaat bagi
masyarakat lokal.
(2)
Banyak bermuatan kepentingan
teknis untuk melakukan rekayasa sosial (social enginering), seperti yang
dikemukakan oleh Robert Chamber di muka.
(3)
Memungkinkan terjadinya "pencurian" terhadap kekayaan pengetahuan
lokal oleh peneliti (orang luar) sehingga sangat berpotensi untuk
menyebabkan penindasan terhadap orang dalam (masyarakat lokal)..
Sementara pendekatan etnometodologis, meskipun berusaha memahami
kehidupan sehari-hari masyarakat, mencoba menghasilkan pengetahuan yang
bersifat historis-hermeuneutik, dan meyakini adanya makna di balik fenomena
sosial, juga memiliki kelemahan. Yakni kecenderungannya untuk menghasilkan
pengetahuan yang hanya bisa memaafkan realita.
Berdasarkan
pada kritik metodologi itulah kemudian lahir Participatory Rural Apraisal (PRA).
PRA (Participatory Rural Appraisal) diterjemahkan Penilaian/Pengkajian/
Penelitian Keadaan Pedesaan secara partisipatif. PRA bisa juga didefinisikan
sebagai ‘sekumpulan teknik dan alat yang mendorong masyarakat pedesaan untuk
turut serta meningkatkan kemampuan dalam menganalisa keadaan mereka terhadap
kehidupan dan kondisinya, agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan
sendiri’(Chambers). PRA
mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk
memiliki peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pengembangan
Dengan
definisi tersebut, PRA harus dilihat sebagai sebuah pendekatan Kajian
partisipatif dalam melakukan analisa situasi, potensi maupun masalah, yang
dilakukan oleh masyarakat sendiri. Harus menjadi catatan bahwa PRA bukanlah
menjadi tujuan, tetapi PRA merupakan satu tahap yang panjang dari suatu proses
TRANSFORMASI [2] SOSIAL.
Salah satu kelemahan dengan istilah PRA adalah adanya anggapan bahwa PRA
hanya sekedar metode ‘pengkajian’ atau metode ‘penelitian’ (oleh) masyarakat. Padahal
tidak demikian, PRA dibangun di atas sejumlah prinsip-prinsip dasar yang syarat
dengan nilai-nilai atau keyakinan. PRA dilakukan sebagai satu tahap dari proses
yang panjang untuk meningkatkan kemampuan dan percaya diri masyarakat dalam
mengidentifikasi serta menganalisa situasinya, yang sangat penting dalam membangun
gerakan sosial dan proses transformasi sosial di masyarakat. Karena itu, ada
beberapa prinsip yang perlu dipahami oleh siapapun yang terlibat dalam
memfasilitasi kegiatan PRA.
Prinsip-Prinsip PRA
1. Prinsip mengutamakan yang
terabaikan (keberpihakan)
Sering kali program-program pengembangan pedesaan tidak melibatkan
masyarakat yang terabaikan. Meskipun secara retorika politik, program tersebut
disusun di atas derita masyarakat terabaikan (baca= mereka ditulis sebagai sasaran
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, tetapi tidak pernah disentuh).
2.
Prinsip pemberdayaan
(penguatan) masyarakat
Banyak program pemberdayaan masyarakat berorientasi pada bantuan fisik.
Program ini umumnya berdampak negative,
karena justru meningkatkan ketergantungan masyarakat pada bantuan dan pihak
luar. PRA bertujuan lain, PRA bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam menganalisa keadaannya dan meningkatkan taraf hidupnya secara mandiri
dengan menggunakan sumber daya setempat serta menurun ketergantungan kepada
pihak luar.
3.
Prinsip masyarakat
sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator
Sering kali masyarakat diikutkan dalam suatu program tanpa diberikan
pilihan. Pihak luar melaksanakan program tersebut. PRA dilakukan oleh
masyarakat. Pihak luar hanya berperan sebagai pendamping atau fasilitator. Jadi
bukannya masyarakat yang harus berpartisipasi, tetapi orang luarlah yang harus
berpartisipasi dalam program masyarakat.
4.
Prinsip saling belajar
dan menghargai perbedaan
PRA adalah suatu proses
belajar berdasarkan pengalaman. Setiap orang harus didudukkan sebagai manusia
yang berpotensi dan setiap orang berpengalaman yang berbeda. Justru
perbedaan-perbedaan ini merupakan kesempatan yang baik untuk saling berbagi
belajar bersama.
5.
Prinsip terbuka, santai
dan informal
Untuk mencipatakan
keterbukaan di antara masyarakat, diperlukan suasana yang santai dan informal.
6.
Prinsip triangulasi
Kadang-kadang informasi
yang digali oleh seseorang tidak sesuai persepsi orang lain. Kadang-kadang persepsi antar fasilitator berbeda dengan apa disampaikan
oleh masyarakat karena latar belakang antar fasilitator yang berbeda. Kadang -kadang
informasi yang dianalisa dengan suatu teknik belum pasti benar dan lengkap.
Karena itu berlu prinsip ‘triangulasi’ atau cek dan recek. Ada tiga cara untuk
triangulasi: 1. trianggulasi sumber informasi, 2. trianggulasi fasilitator, 3. trianggulasi
teknik PRA. (lihat
lampiran)
7.
Prinsip orientasi
praktis
Orang dewasa belajar
dengan baik apabila menyangkut persoalan yang menarik bagi dia dan ada kaitan
dengan kehidupan sehari-harinya. Karena itu PRA perlu
berorientasi praktis dan berkaitan dengan keadaan nyata masyarakat. Meskipun begitu, tidak
boleh meninggalkan prinsip-prinsip analisis kritis.
8.
Prinsip belajar dari
kesalahan
Sering kali orang takut
untuk mengemukakan kesalahan-kesalahannya atau untuk menyalahkan orang lain.
Dalam PRA diharapkan muncul keterbukaan, sehingga masyarakat mampu mengkaji
kekurangannya dan belajar dari kelemahannya. PRA mendorong masyarakat untuk
memperbaiki keadaannya secara terus-menerus.
9.
Prinsip berkelanjutan
dan selang waktu
PRA merupakan salah satu tahap dalam proses pemberdayaan masyarakat. Proses
pemberdayaan bertujuan kepada masyarakat sendiri (yang secara mandiri) mengambil
aksi untuk melakukan proses perubahan. Setelah PRA dilaksanakan, diharapkan masyarakat
mampu dan bersedia menyusun rencana kegiatan. Namun PRA harus berulang kembali
dalam selang waktu tertentu sebagai metode pengkajian (monitoring evaluasi).
Proses Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu proses pembelajaran yang tidak pernah
berakhir!
Seperti yang sudah dibahas
sebelumnya, PRA adalah sekumpulan teknik dan alat untuk menganalisa keadaan
pedesaan. Selain itu, sikap fasilitator dalam penggunaan teknik dan alat
tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil. Dan yang tidak boleh ditinggalkan
adalah berbagi pengalaman, pengetahuan dan proses belajar dalam pelaksanaan
teknik dan alat. Tiga hal itu; yaitu
teknik dan alat PRA, sikap fasilitator
dan berbagi, menjadi tiga pilar dari kajian keadaan pedesaan secara
partisipatif, yang semua penting dan saling mengisi satu sama lain.
Daur Program PRA
Daur program adalah tahapan-tahapan dalam
pengembangan program mulai dari: identifikasi masalah dan kebutuhan, pencarian
alternatif kegiatan, pemilihan alternatif kegiatan, pengorganisasian dan
pelaksanaan kegiatan serta pemantauan dan evaluasi program. Secara skematis,
daur program dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Penjelasan Langkah-Langkah
Pendekatan PRA dalam Daur Program
1. Penjajagan/Pengenalan
Kebutuhan
Langkah-langkah
penjajagan kebutuhan adalah:
·
Pengenalan
masalah,kebutuhan dan potensi masyarakat
·
Pengkajian hubungan
sebab-akibat masalah masalah (identifikasi akar masalah)
·
Pengkajian
potensi lokal dan luar.
·
Penetepan
prioritas masalah berdasarkan kriteria masyarakat (antara lain: sifat
mendesaknya, dan ketersediaan potensi masyarakat/sumberdaya)
2. Perencanaan
Kegiatan
Merupakan kelanjutan dari
kegiatan penjajagan kebutuhan. Hasil penguraian masalah masalah dan
potensi-potensi serta penyusunan prioritas masalah, dijabarkan menjadi:
·
Alternatif-alternatif
pemecahan masalah
·
Alternatif-altenatif
kegiatan yang bisa dilakukan sesuai dengan ketersediaan sumberdaya, baik lokal
maupun dari luar.
·
Penentuan
para pelaksana, penanggungjawab, dan pendamping kegiatan.
3.
Pelaksanaan/Pengorganisasian
Kegiatan
Sesuai prinsip-prinsip dalam metode PRA, pelaksanaan
kegiatan sebaiknya diorganisir dan dipimpin oleh anggota masyarakat sendiri,
sedangkan orang luar hanya mendampingi. Yang harus diselesaikan dalam tahapan
ini meliputi:
·
Pengaturan
jadual kegiatan
·
Pembagian
kelompok dan tugas-tugas
4.
Pemantauan Kegiatan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk melihat apakah program
berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Biasanya
dilakukan dalam jangka waktu pendek (per 3 bulan atau 6 bulan) dan hasilnya
dituliskan dalam laporan kemajuan/perkembangan program. (Progress report).
5.
Evaluasi Kegiatan
Biasanya terdapat dua
macam evaluasi kegiatan, yaitu:
·
Evaluasi program secara
berkala, dilakukan untuk menilai arah dan kemajuan program, efisiensi dan
efektifitas pekerjaan, dan mengarahkan kembali program.
·
Evaluasi akhir program (final evaluation), dilakukan untuk
menilai hasil yang telah dicapai selama pengembangan program jangka waktu
tertentu (beberapa tahun) apakah sudah mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan
pada awal pengembangan program, bagaimana dampak program terhadap kesejahteraan
hidup masyarakat, hasilnya disusun menjadi laporan akhir program.
Visi, Tujuan Dan Unsur-Unsur PRA
VISI adalah pandangan terhadap keadaan masyarakat atau kehidupan yang melahirkan
keinginan mendalam (cita-cita) untuk melakukan sesuatu.
VISI PRA yaitu terwujudnya perubahan sosial dan pemberdayaan masyarakat agar
ketimpangan yang disebabkan oleh proses pembangunan dapat ditiadakan atau
dikurangi, agar kesejahteraan dinikmati secara adil dan merata. Artinya;
·
Perlu
dilakukan pemberdayaan masyarakat agar
terjadi perubahan perilaku serta perubahan sosial yang diharapkan.
·
Perlu
dilakukan pendidikan masyarakat sebagai proses pemberdayaan tersebut.
Tujuan PRA
·
Tujuan Praktis (Jangka
Pendek)
Menyelenggarakan kegiatan bersama masyarakat untuk
mengupayakan pemenuhan kebutuhan praktis dan peningkatan kesejahteraan.
·
Tujuan Strategis
(Jangka Panjang)
Mencapai pemberdayaan masyarakat dan perubahan sosial melalui pengembangan
masyarakat dengan menggunakan pendekatan pembelajaran. Yang dimaksud pemberdayaan (empowerment) adalah menguatkan masyarakat, dengan cara memberikan
dorongan kepada masyarakat agar menggali potensi dirinya dan berani bertindak
memperbaiki kualitas hidupnya. Caranya melalui pembelajaran yang terus menerus
selama kita mengembangkan program.
Sedangkan yang dimaksud dengan Perubahan
Sosial (social change) adalah Perubahan
cara-cara hidup dalam masyarakat, baik karena sebab-sebab dari dalam
masyarakatnya sendiri maupun sebab-sebab dari luar. Perubahan sosial merupakan
tujuan mendasar metode PRA. Tanpa tujuan peruhaban sosial, berarti bukan metode
PRA. Perubahan yang diharapkan adalah: kehidupan masyarakat yang lebih baik yang
dilakukan oleh masyarakat sendiri. Melalui proses penyadaran dan pembelajaran, diharapkan
masyarakat mampu merubah hidupnya sendiri.
BAGAIMANA MELAKUKAN PENGKAJIAN
DESA SECARA PARTISIPATIF ?
Dalam melakukan kajian pedesaan secara partisipatif, ada tahapan-tahapan yang semsetinya dilalui. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
Persiapan Desa
Persiapan desa adalah
tahap yang sangat penting untuk kelancaran proses pelaksanaan kajian. Persiapan
sebenarnya sudah diawali dengan proses sosialisasi. Dengan persiapan ini diharapkan
bahwa masyarakat dapat memahami maksud dan tujuan pelaksanaan Pemberdayaan
Masyarakat (melalui PRA). Selain itu, persiapan dapat juga melahirkan suatu kepercayaan
(trust), keterbukaan dan suasana akrab di antara masyarakat dan Tim PRA.
Salah satu tahap dalam
sosialisasi adalah penyusunan rencana
kegiatan PRA. Dalam rencana tersebut menyangkut tentang kesepakatan mengenai:
·
Tempat
Biasanya masyarakat sendiri mengatur penyediaan tempat
tersebut. Yang perlu diperhatikan meliputi:
a. Luasnya tempat (cukup luas untuk semua peserta)
b.
Tempat
sesuai kondisi cuaca
c.
Tempat
mudah dicapai untuk seluruh masyarakat serta fasilitator
d.
Tempat
cocok untuk teknik PRA yang mau
dipakai.
·
Waktu
Waktu
pelaksanaan Kajian Keadaan Pedesaan disepakati bersama masyarakat. Biasanya
masyarakat tidak dapat mengikuti kegiatan sepanjang hari karena harus kerja
kebun atau kerja lain.
Pelaksanaan
PRA makan cukup banyak waktu dan
perlu kesabaran masyarakat dan fasilitator. Kajian Keadaan Pedesaan terdiri
dari lebih dari pada satu kegiatan dan perlu beberapa pertemuan dengan
masyarakat. Waktu pelaksanaan
disesuaikan dengan keadaan setempat dan keinginan masyarakat.
·
Pengumuman / Undangan
Rencana pelaksanaan perlu diingatkan kepada masyarakat
supaya masyarakat, termasuk yang tidak
sempat hadir pada saat sosialisasi, akan mengikuti kegiatan PRA. Perlu diingatkan bahwa perempuan
juga perlu terlibat dalam kegiatan kajian. Sering kali
masalah-masalah yang diangkat kurang peka terhadap kebutuhan perempuan dan
terlalu memperhatikan pria. Ingat bahwa dalam
pengembangan masyarakat perempuan punya peran penting!
Persiapan Dalam Tim PRA
Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif seringkali
difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang dibentuk oleh agen pembangunan atau agen
perubahan (agent of change). Anggota Tim Fasilitator dapat terdiri dari
orang luar (dari agen pembangunan) maupun orang dalam (wakil-wakil masyarakat),
pria dan wanita dan dari macam-macam disiplin/sektor. Tim Kajian Keadaan
Pedesaan Partisipatif terdiri dari beberapa orang, dianjurkan minimal terdiri
dari 3 orang. Yang penting di sini adalah kekompakan Tim yang merupakan penentu
dari kelancaran proses kajian.
Persiapan tim
tersebut sangat penting untuk kelancaran pelaksanaan di Pedesaan. Persiapan
yang baik diharapkan dapat mencegah munculnya kebosanan masyarakat, konflik di
antara fasilitator dan kebingungan masyarakat. Isu-isu penting yang dibahas pada persiapan tim meliputi:
·
Menentukan informasi
yang akan dikaji
Informasi yang akan
dikaji tergantung tujuan PRA. Tujuan
bisa sangat umum (pemberdayaan masyarakat) atau bisa terkait dengan suatu isu, misalnya
pengembangan agama atau perlindungan lahan kritis. Sesuai tujuan tersebut, yang
telah disepakati dengan masyarakat, diputuskan informasi apa akan dikaji. Tim PRA harus memperhatikan bahwa
informasi yang akan dikumpulkan harus memiliki relevansi dan tidak terlalu
banyak ; yang penting kualitasnya!
·
Menentukan teknik PRA yang ingin dipakai
Berdasarkan
informasi yang perlu dikaji, diputuskan teknik apa akan dipakai. Dari
pengalaman dalam pelaksanaan PRA,
teknik yang seringkali digunakan untuk mulai proses kajian meliputi pemetaan
desa, kalender musim dan alur sejarah desa.
·
Menentukan dan
menyediakan bahan pendukung dan media;
Media
dan bahan pendukung ini sangat tergantung teknik PRA yang dipilih. Bahan pendukung yang bisa dimanfaatkan terdiri
dari ‘bahan dari luar’ seperti kertas, spidol, kapur tulis dan lain-lain. Bahan
lokal yang sering dipakai merupakan batu-batuan, daun-daunan, biji-bijian dan
lain-lain. Pilihan bahan dan media yang cocok dan bervariasi sangat penting
untuk mengatasi kebosanan masyarakat dan fasilitator.
·
Pembagian Tugas dalam
tim kajian kedaan pedesaan partisipatif
Untuk menerapkan PRA
perlu diadakan pembagian tugas dalam tim untuk masing-masing anggota.
Tugas yang biasanya ada dalam TIM PRA meliputi:
a. Pemandu diskusi /
fasilitator utama. Peran bertugas membangun proses diskusi,
mendorong masyarakat untuk berdiskusi di antara mereka sendiri serta berbagi
pengalaman;
b.
Pemerhati proses. Peran ini bertugas untuk mendampingi dan membantu
fasilitator utama dalam memperlancar kegiatan serta menjaga proses agar tujuan
akan tercapai. Dia melibatkan peserta pasif dan mengatasi peserta yang terlalu dominan
(dengan cara yang halus!!)
c.
Pencatat proses. Peran ini bertugas melakukan
pencatatan sebagai dokumentasi proses dan hasil diskusi secara lengkap dan
obyektif;
d.
Penerjemah. Penterjamah diperlukan untuk membantu anggota
tim yang tidak menguasai bahasa daerah setempat.
MENGENAL TEKNIK
PENGKAJIAN DESA SECARA PARTISIPATIF
PRA atau
pengkajian desa secara partisipatif mempunyai sejumlah teknik untuk
mengumpulkan dan membahas data. Tehnik
ini berguna untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat. Tehnik-tehnik PRA antara lain:
1.
Secondary Data Review (SDR)
SDR
merupakan cara mengumpulkan sumber-sumber informasi yang telah diterbitkan
maupun yang belum disebarkan. Tujuan dari usaha ini adalah untuk mengetahui
data manakah yang telah ada sehingga tidak perlu lagi dikumpulkan. Manfaat dari
secondary data adalah untuk memperjelas topik-topik yang dibahas dalam PRA.
2.
Direct Observation
Direct
Observation adalah kegiatan observasi langsung pada obyek-obyek tertentu,
kejadian, proses, hubungan-hubungan masyarakat dan mencatatnya. Tujuan dari
teknik ini adalah untuk melakukan cross-check terhadap jawaban-jawaban
masyarakat.
3.
Semi-Structured Interviewing (SSI)
Teknik
ini adalah wawancara yang mempergunakan panduan pertanyaan sistematis yang
hanya merupakan panduan terbuka dan masih mungkin untuk berkembang selama
interview dilaksanakan. SSI dapat
dilakukan bersama individu yang dianggap mewakili informasi, misalnya wanita,
pria, anak-anak, pemuda, petani, pejabat lokal.
Dapat juga oleh informan kunci, misalnya orang-orang yang dianggap
mempunyai pengetahuan tertentu dimana pengetahuan itu tidak dimiliki oleh orang
lain, misalnya petani, petugas kesehatan. Dapat juga dilakukan oleh kelompok,
dalam rangka memperoleh informasi dari semua level masyarakat. Tetapi dapat juga kelompok yang terfokus,
yakni mendiskusikan topik-topik khusus secara mendetil. Tujuan untuk mengumpulkan informasi
kuantitatif maupun kualitatif yang berhubungan dengan tema/topik yang dibahas,
misalnya profil keluarga, daftar kegiatan sehari-hari.
4.
Focus Group Discussion
Teknik
ini berupa diskusi antara beberapa orang untuk membicarakan hal-hal yang
bersifat khusus secara lebih mendalam.
Tujuannya untuk memperoleh gambaran terhadap suatu masalah tertentu
dengan lebih rinci.
5.
Preference Ranking and Scoring
Adalah
teknik untuk menentukan secara cepat problem-problem utama dan pilihan-pilihan
masyarakat. Tujuan dari teknik ini adalah untuk memahami prioritas-prioritas
kehidupan masyarakat sehingga mudah untuk diperbandingkan. Bentuk-bentuk voting
juga termasuk preference ranking yang dilakukan dalam kelompok.
6.
Pairwise Ranking
Teknik
ini upaya membuat ranking dari semua yang berkaitan dengan hidup masyarakat
secara individual. Tentu saja disesuaikan dengan tema-tema tertentu, misalnya
penggunaan waktu, pekerjaan, peranan anggota masyarakat dsb. Tujuannya adalah
untuk memahami masalah utama dan pilihan individual dari anggota masyarakat dan
mengetahui kriteria-kriteria yang dipergunakan mereka.
7.
Direct Matrix Ranking
Direct
Matrix Ranking adalah sebuah bentuk ranking yang mengidentifikasi daftar
kriteria obyek tertentu. Tujuannya untuk memahami alasan terhadap
pilihan-pilihan masyarakat, misalnya mengapa mereka lebih suka menanam pohon
rambutan dibvanding dengan pohon yang lain. Kriteria ini mungkin berbeda dari
satu orang dengan orang lain, misalnya menurut wanita dan pria tentang tanaman
sayur.
8.
Wealth Ranking
Wealth
ranking atau rangking kesejahteraan masyarakat di suatu tempat tertentu. Tujuannya untuk memperoleh gambaran profile
kondisi sosio-ekonomis dengan cara menggali persepsi perbedaan-perbedaan
kesejahteraan antara satu keluarga dan keluarga yang lainnya dan ketidak
seimbangan dimasyarakt, menemukan indikator-indikator lokal mengenai
kesejahteraan. Wealth ranking berasumsi
bahwa masyarakat punya pandangan dan ukuran-ukuran sendiri mengenai
kesejahteraannya serta mereka sangat mengenali kondisinya.
9.
Mobility Mapping
Mobility
mapping adalah sebuah alat untuk menggambarkan hubungan masyarakat dengan pihak
luar. Tujuan dari tehnik ini adalah
untuk mencatat, membandingkan dan menganalisa mobilitas dari berbagai kelompok
masyarakat dalam sebuah komunitas masyarakat tertentu. Disamping itu tehnik ini akan menggambarkan
indikator-indikator bahwa anggota masyarakat telah melakukan kontak dalam hal
kebebasan, pendidikan, perdagangan, dan layanan-layanan lainnya.
10.
Social Mapping
Tehnik
ini adalah sebuah berupa cara untuk membuat gambar kondisi sosial ekonomi
masyarakat, misalnya gambar posisi permukiman, sumber-sumber mata pencaharian,
peternakan, jalan, puskesmas, dan sarana-sarana umum, serta jumlah anggota
keluarga, pekerjaan. Hasil gambaran ini
merupakan peta umum sebuah lokasi yang menggambarkan keadaan masyarakat maupun
lingkungan fisik. Tujuannya untuk
menganalisa dan mendalami bersama keadaan masyarakat pada umumnya, sehingga
muncul topik-topik atau tema-tema tertentu.
11.
Transect
Transect
merupakan teknik penggalian informasi dan media pemahaman daerah melalui
penelusuran dengan berjalan mengikuti garis yang membujur dari suatu sudud ke
sudud lain di wilayah tertentu. Teknik ini bisa dipergunakan untuk gambaran
sekarang, masa lalu (historical transect), atau yang akan datang. Tujuannya
untuk memahami bersama tentang karakteristik dan keadaan dari tempat-tempat
tertentu misalnya keadaan lahan, jenis tanaman, permukiman, sumber mata
pencaharian, sumber air, gambaran peran laki-laki perempuan, cara-cara yang
pernah ditempuh untuk mengatasi masalah.
12.
Seasonal Calendar
Seasonal
Calendar adalah penelusuran kegiatan musiman
tentang keadaan-keadaan dan permasalahan yang berulang-ulang dalam kurun
waktu tertentu (musiman) di masyarakat. Tujuan teknik untuk mefasilitasi kegiatan penggalian
informasi dalam memahami pola kehidupan masyarakat, kegiatan, masalah-masalah,
fokus masyarakat terhadap suatu tema tertentu, mengkaji pola pemanfaatan waktu,
sehingga diketahui kapan saat-saat sibuk dan saat-saat waktu luang. Kemudian
juga sebagai upaya untuk mendiskusikan tawaran perubahan kalender dalam
kegiatan masyarakat.
13.
Time Line (Trends and Historical profile)
Time
line adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui kejadian-kejadian dari
suatu waktu sampai keadaan sekarang dengan persepsi orang setempat. Tujuan
dari teknik ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai topik-topik penting
di masyarakat. Topik-topik yang berulang ini dapat dijadikan topik penting
untuk dibahas dengan lebih mendalam. Kearah mana kecenderungan-kecenderungan masyarakat dari
waktu ke waktu.
14.
Livelihood Analysis
Teknik ini adalah alat analisa mata pencaharian
masyarakat. Masayarakat akan terpandu untuk mendiskusikan kehidupan mereka dari
aspek mata pencaharian. Tujuan dari teknik yaitu memfasisilitasi pengenalan dan
analisa terhadap jenis pekerjaan, pembagian kerja pria-wanita, potensi dan
kesempatan, hambatan, gambaran siapa lebih kaya dan siapa lebih miskin,
kebutuhan masyarakat.
15.
Flow/Causal Diagram
Tehnik
ini digunakan untuk menggambarkan adanya hubungan antara berbagai masalah satu
dengan yang lain berupa kaitan sebab dan akibat dari masalah yang lainnya. Tujuan tehnik ini adalah sebagai media untuk
mendiskusikan hubungan satu tema dengan tema yang lain, sehingga diketahui
masalah satu disebabkan oleh masalah yang lain.
16.
Venn Diagram
Teknik
ini adalah untuk mengetahui hubungan institusional dengan masyarakat. Tujuannya
untuk mengetahui pengaruh masing-masing institusi dalam kehidupan masyarakat
serta untuk mengetahui harapan-harapan apa dari masyarakat terhadap
institusi-institusi tersebut.
17.
Farm Sketch
Teknik
ini adalah sebuah cara untuk memperoleh gambaran mengenai bentuk tipikal
pengelolaan sebuah lingkungan kebun yang menggambarkan model pengelolaan tata
ruang yang dimiliki oleh salah satu anggota masyarakat. Tujuan teknik ini
adalah sebagi upaya untuk memberikan rujukan contoh nyata sebagai bahan
analisis terhadap pengelolaan lingkungan.
18.
Trends and Changes
Trends
and change adalah teknik untuk mengungkapkan kecenderungan dan perubahan yang
terjadi di masyarakat dan daerahnya dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya
untuk memahami perkembangan bidang-bidang tertentu dan perubahan-perubahan apa
yang terjadi dimasyarakat dan daerahnya.
19.
Daily Routine Diagram
Tehnik
ini berupa usaha bersama membuat diagram yang menggambarkan kegiatan
sehari-hari dari anggota masyarakat.
Tujuan tehnik yaitu untuk mendapatkan gambaran pola kegiatan harian
anggota masyarakat. Pola-pola kegiatan
ini dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya atau pada masing-masing
sub-group, seperti wanita, pria, orang tua, orang muda, pekerja, pengangguran,
orang yang berpendidikan dan tidak, dsb.
20.
Historical Profile
Merupakan
tehnik untuk mengumpulkan kejadian-kejadian penting masa lalu di masyarakat
yang sampai sekarang masih ada bekas-bekasnya.
Tujuannya untuk memahami kondisi sekarang berdasarkan hubungan kausal
dan sekarang masih menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Yang dapat digali misalnya, pengenalan pupuk
baru, penggunaan bibit-bibit baru, epidemi, peristiwa politik, bangunan
infrastruktur dsb.
TEKNIK-TEKNIK INI
TIDAK BAKU,
SILAKAN MENAMBAH TEKNIK
LAIN.
Teknik 1
PEMETAAN
(MAPPING)
Pengertian
Pemetaan desa adalah menggambar kondisi wilayah (desa,
dusun, RT, atau wilayah yang lebih luas) bersama masyarakat. .
Tujuan
Teknik PRA
ini digunakan untuk memfasilitasi masyarakat dalam mengungkapkan keadaan
wilayah desa tersebut beserta lingkungannya sendiri. Hasilnya adalah peta atau
sketsa keadaan sumberdaya umum desa atau peta dengan topik tertentu (peta
topikal), sesuai kesepakatan dan tujuannya, misalnya ‘peta pemeluk agama
Islam’, 'peta penyebaran Islam’.
Teknik ini banyak
digunakan dan mengarah kepada teknik-teknik lain
Bagaimana Melakukan Pemetaan?
Pemetaan dapat
dilakukan di atas tanah atau di atas kertas. Sering kali dipakai simbol-simbol
dan peralatan yang sederhana seperti tongkat, batu-batuan dan biji-bijian. Keuntungan
pemetaan dibuat di atas tanah adalah luasnya peta yang tidak terbatas dan banyak
orang dapat berperan aktif dalam pelaksanaannya. Tetapi, kalau digambar di
tanah, hasilnya harus digambar kembali atas kertas agar hasilnya tidak hilang.
Langkah-langkah melakukan Pemetaan:
1.
Sepakatilah
tentang topik peta (umum atau topikal) serta wilayah yang akan digambar. Misalnya, topic tentang “peta agama Islam di desa Karang Gotheng”.
2.
Sepakatilah tentang
simbol-simbol yang akan digunakan. Misalnya, rumah menggunakan daun, sungai
menggunakan garis tebal, dsb.
3.
Menyiapkan bahan-bahan
yang dibutuhkan.
4.
Gambarlah
(bersama masyarakat!!) batasan-batasan wilayah dan beberapa titik tertentu
(misalnya jalan, sungai, rumah ibadah, sekolah, pasar, kantor desa).
5.
Ajaklah
masyarakat untuk melengkapi peta dengan detail-detail sesuai topik peta (umum
atau topikal).
6.
Diskusikan
lebih lanjut bersama masyarakat tentang keadaan, masalah-masalah, sebabnya
serta akibatnya
7.
Ajaklah
masyarakat untuk menyimpulkan hasil-hasil yang dibahas dalam diskusi.
8.
Tim
yang bertugas sebagai pencatat proses, bertugas mendokumentasi semua hasil
diskusi dan kalau pembuatan peta dan diskusi sudah selesai, peta digambar
kembali atas kertas (secara lengkap dan sesuai peta masyarakat).
Contoh hasil pemetaan:
|
|||
Teknik 2
KALENDER MUSIM
(SEASONAL CALENDAR)
Kehidupan masyarakat sedikit banyak
dipengaruhi oleh pola atau daur kegiatan yang sama dan berulang dalam siklus
waktu tertentu. Misalnya pada masyarakat
pedesaan kehidupan sosial ekonomi sangat dipengaruhi oleh musim-musim yang
berkaitan dengan aktivitas pertanian seperti musim tanam, musim panen, musim
hujan dan musim kemarau. Pada masyarakat
perkotaan jenis musim yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat mungkin
agak berbeda misalnya musim buah, musim hari besar, musim tahun ajaran baru dan
sebagainya. Selain itu ada juga daur
kegiatan yang bisa dikatakan sellau berulang dalam kedua macam masyarakat baik
di desa maupun di kota misalnya musim penyakit tertentu, musim perkawinan dan sebagainya.
Dengan mengenali dan mengkaji
pola-pola ini maka kita akan dapat memperoleh gambaran yang cukup memadai untuk
penyusunan suatu program bagi masyarakat.
Upaya menggali informasi yang berhubungan dengan siklus musim ini dalam
tehnik PRA disebut analisa Seasonal Calender (analisa kalender musim).
Pengertian
Seasonal calender adalah dua kata dalam bahasa Inggris yang masing-masing
artinya sebagai berikut: seasonal adalah
jadwal permusim, sedangkan arti calendar adalah penanggalan. Sebagai terminologi dalam tekhnik PRA arti
seasonal calendar adalah suatu tekhnik PRA yang dipergunakan untuk mengetahui
kegiatan utama, masalah, dan kesempatan dalam siklus tahunan yang dituangkan
dalam bentuk diagram. Hasilnya, yang digambar dalam suatu
‘kalender’ dengan bentuk matriks, merupakan informasi penting sebagai dasar
pengembangan rencana program.
Tujuan
Tujuan dipergunakannya analisa
seasonal calender dalam tekhnik PRA adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui
pola kehidupan masyarakat pada siklus musim tertentu.
2.
Mengidentifikasi
siklus waktu sibuk dan waktu luang
masyarakat.
3.
Mengetahui
siklus masalahan yang dihadapi masyarakat pada musim-musim tertentu.
4.
Mengetahui
siklus peluang dan potensi yang ada pada musim-musim tertentu
Bagaimana Pembuatan
Kalender Musim?
Kalender
musim dapat dibuat di atas kertas atau di tanah. Sering kali dipakai
simbol-simbol. Untuk simbol tersebut dapat dimanfaatkan biji-bijian,
daun-daunan, batu-batuan dan lain-lain. Kalau digambar di tanah, hasilnya harus
digambar kembali di atas kertas.
Contoh
kalender musim:
Langkah-langkah Pembuatan Kalender Musim:
1.
Ajaklah
masyarakat untuk menggambar sebuah kalender dengan 12 bulan (atau 18 bulan)
sesuai kebutuhan. Tidak perlu mengikuti kalender tahunan, bisa mulai pada bulan
lain, misalnya sesuai musim tanam.
2.
Diskusikan
secara umum tentang jenis-jenis kegiatan
serta keadaan apa yang paling sering terjadi pada bulan-bulan tertentu dan
apakah kegiatan itu selalu terulang dari tahun ke tahun. Misalnya, pada bulan
keberapa masyarakat melakukan upacara bersih desa.
3.
Sepakati bersama
masyarakat tentang symbol-simbol yang akan digunakan.
4.
Ajaklah masyarakat
menggambarkan kegiatan-kegiatan utama serta keadaan-keadaan kritis yang
berakibat besar bagi masyarakat dalam kalender.
5.
Diskusikan lebih lanjut
(lebih mendalam) bersama masyarakat tentang keadaan, masalah-masalah, sebabnya
serta akibatnya
6.
Sesuaikan gambaran dengan
hasil diskusi.
7.
Ajaklah
masyarakat untuk menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi
8.
Tim
yang bertugas sebagai pencatat proses, bertugas mendokumentasi semua hasil
diskusi. Kalau pembuatan bagan dan
diskusi sudah selesai, bagan digambar kembali atas kertas (secara lengkap dan sesuai
gambar masyarakat).
Teknik 3
PENELUSURAN DESA
(Transek)
Pengertian dan Tujuan
Transek (Penelusuran Desa) merupakan
teknik untuk memfasilitasi masyarakat dalam pengamatan langsung lingkungan dan
keadaan sumberdaya dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu
lintasan tertentu yang disepakati. Dengan
teknik transek, diperoleh gambaran keadaan sumber daya alam masyarakat beserta
masalah-masalah, perubahan-perubahan keadaan dan potensi-potensi yang ada.
Hasilnya digambar dalam diagram transek atau ‘gambaran irisan muka bumi’.
Jenis-jenis
transek meliputi ‘Transek sumber daya desa umum’, Transek sumber daya alam’,
Transek Topik Tertentu’, misalnya “transek mengamati kesehatan lingkungan
masyarakat” atau “transek perkembangan agama”.
Bagaimana
melakukan Transek?
Transek biasanya terdiri dari dua tahapan
utama yaitu:
·
perjalanan dan observasi
·
pembuatan gambar transek
Hasilnya biasanya langsung digambar atas
flipchart (kertas lebar). Sebelum melakukan Transek perlu disiapkan bahan dan
alat seperti kertas flipchart, kartu warna-warni, spidol, makanan dan minuman.
Kegiatan transek biasanya makan waktu yang cukup lama.
Perjalanan
·
sepakatilah tentang lokasi-lokasi penting yang
akan dikunjungi serta topik-topik kajian yang akan dilakukan (misalnya
penggunaan lahan, jenis tanah, pengairan, ketersediaan pakan ternak, masalah,
potensi dan lain-lain)
·
sepakatilah lintasan penelusuran serta titik
awal dan titik akhir (bisa memanfaatkan hasil Pemetaan Desa)
·
lakukan perjalanan dan mengamati keadaan,
sesuai topik-topik yang disepakati
·
buatlah catatan-catatan hasil diskusi di setiap
lokasi (tugas pencatat)
Pembuatan gambaran transek
·
sepakatilah simbol yang akan dipergunakan dan
mencatat simbol dan artinya
·
gambarlah bagan transek berdasarkan hasil
lintasan (buatlah dengan bahan yang mudah diperbaiki / dihapus agar masih dapat
dibuat perbaikan)
·
untuk memfasilitasi penggambaran, masyarakat
diarahkan untuk menganalisa mengenai:
perkiraan
ketinggian
perkiraan
jarak antara satu lokasi dengan lokasi lain
mengisi
hasil diskusi tentang topik-topik dalam
bentuk bagan / matriks (lihat contoh)
·
kalau gambar sudah selesai, mendiskusikan
kembali hasil dan buat perbaikan jika diperlukan
·
mendiskusikan permasalahan dan potensi di masing-masing
lokasi.
·
menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi.
·
pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi.
Teknik 4
BAGAN HUBUNGAN KELEMBAGAAN
(DIAGRAM VENN)
Pengertian
Diagram Venn merupakan teknik yang bermanfaat untuk melihat
hubungan masyarakat dengan berbagai lembaga yang terdapat di desa (dan
lingkungannya). Diagram venn memfasilitasi diskusi masyarakat untuk
mengidentifikasi pihak-pihak apa
berada di desa, serta menganalisa dan mengkaji perannya, kepentingannya
untuk masyarakat dan manfaat untuk
masyarakat. Lembaga yang dikaji meliputi lembaga-lembaga lokal, lembaga-lembaga
pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga-lembaga swasta (termasuk Lembaga
Swadaya Masyarakat). Diagram Venn bisa sangat umum atau topikal; mengenai
lembaga-lembaga tertentu saja, misalnya yang kegiatannya berhubungan dengan
penyuluhan pertanian saja, kesehatan saja atau pengairan saja.
Tujuan
Teknik ini bertujuan memperoleh data tentang:
1.
Pengaruh lembaga/ tokoh masyarakat yang ada di wilayah
terhadap kehidupan dan persoalan warga masyarakat, baik laki-laki maupun
perempuan.
2.
Tingkat kepedulian dan frekwensi lembaga/tokoh
masyarakat dalam membantu memecahkan persoalan yang dihadapi oleh warga
masyarakat
Bagaimana membuat Diagram Venn?
Diagram Venn dapat
dibuat di atas kertas atau di tanah. Sering kali dipakai kertas (yang digunting
dalam bentuk lingkaran) dan spidol.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan Diagram Venn meliputi:
1.
Mintalah kepada peserta pertemuan baik laki‑laki dan
perempuan untuk membentuk beberapa kelompok dengan anggota 5‑10 orang. Jika
perlu minta kelompok yang dibentuk menurut jenis kelamin.
2.
Bahaslah
dengan masyarakat lembaga-lembaga yang terdapat di desa (lembaga-lembaga yang
terkait dengan topik yang akan dibahas)
3.
Catatlah
daftar lembaga-lembaga pada flipchart (kertas potongan)
4.
Guntinglah
sebuah lingkaran kertas yang menunjukkan masyarakat
5.
Sepakatilah
mengenai simbol-simbol yang dipergunakan, misalnya:
®
besarnya lingkaran: menunjukkan pentingnya lembaga-lembaga tersebut
menurut pemahaman masyarakat. Semakin penting suatu lembaga maka semakin besar
lingkaran
®
jarak dari tingkatan
masyarakat: menunjukkan pengaruh lembaga tersebut menurut pemahaman masyarakat. Semakin
dekat dengan lingkaran masyarakat maka lembaga tersebut semakin berpengaruh.
6. Tulislah kesepakatan
simbol-simbol tersebut pada flipchart agar mudah diingat oleh masyarakat
7. Bahaslah apakah
lembaga-lembaga tersebut ‘penting’
menurut pemahaman masyarakat dan menyepakati besarnya lingkaran yang
mewakili lembaga tersebut
8. Guntinglah
kertas-kertas yang berbentuk lingkaran yang besarnya sesuai dengan kesepakatan,
tulislah nama lembaga tersebut pada lingkaran itu
9. Letakkanlah lingkaran
masyarakat di atas lantai
10. Bahaslah bagaimana
manfaat lembaga tersebut terhadap masyarakat yang ditunjukkan oleh jaraknya
dari lingkaran masyarakat
11. kalau semua lembaga
telah ditempatkan, periksalah kembali dan diskusikan kebenaran informasi
tersebut
12. Buatlah perubahan kalau
memang diperlukan.
13. Diskusikan bersama
masayarakat permasalahan dan potensi masing-masing lembaga.
14. Simpulkan bersama
masyarakat apa yang dibahas dalam diskusi.
15. Tim yang bertugas
sebagai pencatat proses, bertugas mendokumentasi semua hasil diskusi dan kalau
pembuatan diagram dan diskusi sudah selesai, diagram digambar kembali atas
kertas (secara lengkap dan sesuai gambar masyarakat).
Yang perlu diperhatikan pentingnya suatu lembaga terhadap
masyarakat (yang ditunjukkan oleh besarnya lingkaran) belum tentu dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat (yang ditunjukkan oleh jarak dari lingkaran
masyarakat)
ALUR SEJARAH
( TIMELINE )
Pengertian
Timeline
adalah teknik penelusuran alur sejarah suatu masyarakat dengan menggali
kejadian penting yang pernah dialami pada alur waktu tertentu.
Alasan
melakukan timeline adalah :
1. Teknik ini dapat menggali perubahan-perubahan
yang terjadi, masalah-masalah dan cara menyelesaikannya, dalam masyarakat
secara kronologis, .
2. Teknik ini dapat memberikan informasi awal
yang bisa digunakan untuk memperdalam teknik-teknik lain.
3. Sebagai langkah awal untuk teknik trend and
change
4. Dapat menimbulkan kebanggaan masyarakat
dimasa lalu
5. Dengan teknik ini masyarakat merasa lebih
dihargai sehingga hubungan menjadi lebih akrab.
6. Dapat untuk menganalisa hubungan sebab akibat
antara berbagai kejadian dalam sejarah kehidupan masyarakat, seperti;
perkembangan desa, peran wanita, kondisi lingkungan, perekonomian, kesehatan
atau perkembangan penduduk.
Tujuan
Tujuan
time line adalah
1.
Mengungkap kembali alur sejarah masyarakat suatu wilayah
yang meliputi; Topik-topik penting yang terjadi pada tahun-tahun tertentu.
2.
Mengetahui kejadian-kejadian yang ada di dalam
masyarakat secara kronologis.
3.
Mengetahui kejadian penting masa lalu yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat.
4.
Masyarakat memahami kembali keadaan mereka pada masa
kini dengan mengetahui latar belakang masa lalu melalui peristiwa penting dalam
kehidupan mereka dimasa lalu.
Langkah-langkah Pembuatan Timeline
Langkah-langkah
yang dilakukan selama proses timeline adalah sebagai berikut;
1. Memilih Nara Sumber Lokal (masyarakat asli)
yang sudah lama tinggal di daerah tersebut dan benar-benar memahami sejarah
wilayahnya.
2. Tim dan Nara Sumber Lokal yang terpilih
menentukan waktu dan tempat pertemuan
3. Setelah semua peserta berkumpul, ketua tim
memperkenalkan diri kepada seluruh peserta yang hadir.
4. Selanjutnya menjelaskan pengertian timeline
(penelusuran alur sejarah desa), tujuan serta manfaat kegiatan ini.
5. Diteruskan dengan menjelaskan hal-hal yang
akan digali dalam pembuatan timeline.
6. Setelah semua Nara Sumber Lokal paham,
peserta & tim bisa memulai proses penggalian data melalui sumbang saran,
tanya jawab dan diskusi. Untuk memulai dialog bisa dibuka dengan bagaimana asal
usul nama daerah tersebut. Catatan : Kalender sosial didesa akan membantu
mengingat peristiwa dimasa lalu.
Dalam
menggali informasi bisa dengan memberikan stimulasi (mengingatkan kembali)
topik-topik seperti misalnya;
Catatan khusus: point-point yang dapat dipakai untuk
memulai penggalian informasi.
o
Dimulai dengan mengetengahkan sejarah terbentuknya
pemukiman, asal-usul penduduk atau perkembangan jumlah penduduk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar