A.
Latar
Belakang Masalah
Leadership mengandung pengertian
mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun
mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun
spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga
menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan
di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.
Oleh karena itu kita harus mengetahui
dimana letak kepemimpinan yang baik dan dikatakan bijak dalam kehidupan ini.
Kita sebagai bangsa Indonesia yang memahami nilai-nilai moral agama dan sopan
santun patut menerapkan bagaimana cara menjadi pemimpin yang baik dan benar
dimata umat
B. Rumusan Masalah
a. Apa
makna dari leadership dalam kehidupan?
b. Apa
saja karakter seorang pemimpin?
c. Ada
berapa macam jenis ledership dalam sosiologi?
C. Tujuan
a. Mengetahui
hakikat yang terkandung dalam kata “leadership”.
b.Menambah
pendalaman materi mengenai kepemimpinan.
c. Menambah
wawasan seputar jenis ledership dalam ilmu sosiologi khususnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LEADERSHIP (KEPEMIMPINAN)
Kepemimpinan/leadership adalah Suatu usaha yang dilakukan hubungan antar manusia
ke arah tujuan atau cita-cita yang diinginkan bersama dengan cara mempengaruhi
orang lain dengan komunikasi dan interaksiKepemimpinan adalah suatu usaha yang
dilakukan hubungan antar manusia ke arah tujuan atau cita-cita yang diinginkan
bersama dengan cara mempengaruhi orang lain dengan komunikasi dan interaksi[1].
Kata pimpin mengandung pengertian
mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi.
Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap
keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu
tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan
ke-pemimpinannya.
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin
yang memuat dua hal pokok yaitu:
1.
pemimpin sebagai subjek, dan.
2.
yang dipimpin sebagai objek.
Secara umum atribut personal atau karakter yang harus ada atau melekat
pada diri seorang pemimpin adalah:
1.
mumpuni, artinya memiliki
kapasitas dan kapabilitas yang lebih balk daripada orang-orang yang
dipimpinnya,
2.
juara, artinya memiliki prestasi
balk akademik maupun non akademik yang lebih balk dibanding orang-orang yang
dipimpinnya,
3.
tangungjawab, artinya memiliki
kemampuan dan kemauan bertanggungjawab yang lebih tinggi dibanding orang-orang
yang dipimpinnya,
4.
aktif, artinya memiliki
kemampuan dan kemauan berpartisipasi sosial dan melakukan sosialisasi secara
aktif lebih balk dibanding oramg-orang yang dipimpinnya, dan
5.
walaupun tidak harus,
sebaiknya memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi disbanding
orang-orang yang dipimpinnya[2].
Hasil studi kepemimpinan Ohio State University menunjukkan bahwa perilaku
pemimpin pada dasarnya mengarah pada dua kategori yaitu consideration dan
initiating structure. Hasil penelitian dari Michigan University menunjukkan
bahwa perilaku pemimpin memiliki kecenderungan berorientasi kepada bawahan dan
berorientasi pada produksi/hasil. Sementara itu, model leadership continuum dan
Likert’s Management Sistem menunjukkan bagaimana perilaku pemimpin terhadap
bawahan dalam pembuatan keputusan. Pada sisi lain, managerial grid, yang
sebenarnya menggambarkan secara grafik kriteria yang digunakan oleh Ohio State
University dan orientasi yang digunakan oleh Michigan University. Menurut teori
ini, perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat
perhatiannya kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi.
Teori-teori kontingensi berasumsi
bahwa berbagai pola perilaku pemimpin (atau ciri) dibutuhkan dalam berbagai
situasi bagi efektivitas kepemimpinan. Teori Path-Goal tentang kepemimpinan
meneliti bagaimana empat aspek perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan serta
motivasi pengikut. Pada umumnya pemimpin memotivasi para pengikut dengan
mempengaruhi persepsi mereka tentang konsekuensi yang mungkin dari berbagai
upaya. Bila para pengikut percaya bahwa hasil-hasil dapat diperoleh dengan
usaha yang serius dan bahwa usaha yang demikian akan berhasil, maka kemungkinan
akan melakukan usaha tersebut. Aspek-aspek situasi seperti sifat tugas,
lingkungan kerja dan karakteristik pengikut menentukan tingkat keberhasilan
dari jenis perilaku kepemimpinan untuk memperbaiki kepuasan dan usaha para
pengikut.
ü Teori Atribut Kepemimpinan
Teori atribusi kepemimpinan mengemukakan bahwa
kepemimpinan semata-mata merupakan suatu atribusi yang dibuat orang atau
seorang pemimpin mengenai individu-individu lain yang menjadi bawahannya.
1.
Teori Penyimpulan Terkait
(Correspondensi Inference), yakni perilaku orang lain merupakan sumber
informasi yang kaya.
2.
Teori sumber perhatian dalam
kesadaran (Conscious Attentional Resources) bahwa proses persepsi terjadi dalam
kognisi orang yang melakukan persepsi (pengamatan).
3.Teori atribusi
internal dan eksternal dikemukakan oleh Kelly & Micella, 1980 yaitu teori
yang berfokus pada akal sehat.
Kepemimpinan Kharismatik
Karisma merupakan sebuah atribusi yang berasal dari
proses interaktif antara pemimpin dan para pengikut. Atribut-atribut karisma
antara lain rasa percaya diri, keyakinan yang kuat, sikap tenang, kemampuan
berbicara dan yang lebih penting adalah bahwa atribut-atribut dan visi pemimpin
tersebut relevan dengan kebutuhan para pengikut.
Berbagai teori tentang kepemimpinan karismatik telah
dibahas dalam kegiatan belajar ini. Teori kepemimpinan karismatik dari House
menekankan kepada identifikasi pribadi, pembangkitan motivasi oleh pemimpin dan
pengaruh pemimpin terhadap tujuan- tujuan dan rasa percaya diri para pengikut.
Teori atribusi tentang karisma lebih menekankan kepada identifikasi pribadi
sebagai proses utama mempengaruhi dan internalisasi sebagai proses sekunder.
Teori konsep diri sendiri menekankan internalisasi nilai, identifikasi sosial
dan pengaruh pimpinan terhadap kemampuan diri dengan hanya memberi peran yang
sedikit terhadap identifikasi pribadi. Sementara itu, teori penularan sosial
menjelaskan bahwa perilaku para pengikut dipengaruhi oleh pemimpin tersebut
mungkin melalui identifikasi pribadi dan para pengikut lainnya dipengaruhi
melalui proses penularan sosial. Pada sisi lain, penjelasan psikoanalitis
tentang karisma memberikan kejelasan kepada kita bahwa pengaruh dari pemimpin
berasal dari identifikasi pribadi dengan pemimpin tersebut.
Karisma merupakan sebuah fenomena. Ada beberapa
pendekatan yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin karismatik untuk
merutinisasi karisma walaupun sukar untuk dilaksanakan. Kepemimpinan karismatik
memiliki dampak positif maupun negatif terhadap para pengikut dan organisasi.
Pemimpin pentransformasi (transforming leaders) mencoba
menimbulkan kesadaran para pengikut dengan mengarahkannya kepada cita-cita dan
nilai-nilai moral yang lebih tinggi.
Burns dan Bass telah menjelaskan kepemimpinan
transformasional dalam organisasi dan membedakan kepemimpinan transformasional,
karismatik dan transaksional. Pemimpin transformasional membuat para pengikut
menjadi lebih peka terhadap nilai dan pentingnya pekerjaan, mengaktifkan
kebutuhan-kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi dan menyebabkan para
pengikut lebih mementingkan organisasi. Hasilnya adalah para pengikut merasa
adanya kepercayaan dan rasa hormat terhadap pemimpin tersebut, serta
termotivasi untuk melakukan sesuatu melebihi dari yang diharapkan darinya.
Efek-efek transformasional dicapai dengan menggunakan karisma, kepemimpinan
inspirasional, perhatian yang diindividualisasi serta stimulasi intelektual.
Hasil penelitian Bennis dan Nanus,
Tichy dan Devanna telah memberikan suatu kejelasan tentang cara pemimpin
transformasional mengubah budaya dan strategi-strategi sebuah organisasi. Pada
umumnya, para pemimpin transformasional memformulasikan sebuah visi,
mengembangkan sebuah komitmen terhadapnya, melaksanakan strategi-strategi untuk
mencapai visi tersebut, dan menanamkan nilai-nilai baru[3].
v
Tipologi
Kepemimpinan Berdasarkan Kondisi Sosio Psikologis
Kondisi sosio-psikologis adalah semua kondisi eksternal
dan internal yang ada pada saat pemunculan seorang pemimpin. Dari sisi kondisi
sosio-psikologis pemimpin dapat dikelompokkan menjadi pemimpin kelompok
(leaders of crowds), pemimpin siswa/mahasiswa (student leaders), pemimpin
publik (public leaders), dan pemimpin perempuan (women leaders). Masing-masing
tipe pemimpin tersebut masih bisa dibuat sub-tipenya. Sub-tipe pemimpin
kelompok adalah: crowd compeller, crowd exponent, dan crowd representative.
PERAN-PERAN PEMIMPIN
Ø The Vision Role
Sebuah visi adalah pernyataan yang secara relatif
mendeskripsikan aspirasi atau arahan untuk masa depan organisasi. Dengan kata
lain sebuah pernyataan visi harus dapat menarik perhatian tetapi tidak
menimbulkan salah pemikiran.
Agar visi sesuai dengan tujuan
organisasi di masa mendatang, para pemimpin harus menyusun dan manafsirkan
tujuan-tujuan bagi individu dan unit-unit kerja.
Ø
Peran Pemimpin
dalam Pengendalian dan Hubungan Organisasional
(a) mengelola
harta milik atau aset organisasi;
(b)
mengendalikan kualitas kepemimpinan dan kinerja organisasi;
(c)
menumbuhkembangkan serta mengendalikan situasi maupun kondisi kondusif yang
berkenaan dengan keberadaan hubungan dalam organisasi. Dan peran pengendalian
serta pemelihara / pengendali hubungan dalam organisasi merupakan pekerjaan
kepemimpinan yang berat bagi pemimpin. Oleh sebab itu diperlukan pengetahuan,
seni dan keahlian untuk melaksanakan kepemimpinan yang efektif.
Ruang lingkup peran hubungan yang
melekat pada pemimpin meliputi peran pemimpin dalam pembentukan dan pembinaan
tim-tim kerja; pengelolaan tata kepegawaian yang berguna untuk pencapaian
tujuan organisasi; pembukaan, pembinaan dan pengendalian hubungan eksternal dan
internal organisasi serta perwakilan bagi organisasinya.
Salah satu peran kepemimpinan yang harus dijalankan
oleh seorang pemimpin adalah peran membangkitkan semangat kerja. Peran ini
dapat dijalankan dengan cara memberikan pujian dan dukungan. Pujian dapat
diberikan dalam bentuk penghargaan dan insentif. Penghargaan adalah bentuk
pujian yang tidak berbentuk uang, sementara insentif adalah pujian yang
berbentuk uang atau benda yang dapat kuantifikasi. Pemberian insentif hendaknya
didasarkan pada aturan yang sudah disepakati bersama dan transparan. Insentif
akan efektif dalam peningkatan semangat kerja jika diberikan secara tepat,
artinya sesuai dengan tingkat kebutuhan karyawan yang diberi insentif, dan
disampaikan oleh pimpinan tertinggi dalam organisasi , serta diberikan dalam
suatu ‘event’ khusus.
Peran membangkitkan semangat kerja dalam bentuk
memberikan dukungan, bisa dilakukan melalui kata-kata , baik langsung maupun
tidak langsung, dalam kalimat-kalimat yang sugestif. Dukungan juga dapat
diberikan dalam bentuk peningkatan atau penambahan sarana kerja, penambahan
staf yag berkualitas, perbaikan lingkungan kerja, dan semacamnya.
Informasi merupakan jantung kualitas perusahaan atau
organisasi; artinya walaupun produk dan layanan purna jual perusahaan tersebut
bagus, tetapi jika komunikasi internal dan eksternalnya tidak bagus, maka
perusahaan itu tidak akan bertahan lama karena tidak akan dikenal masyarakat
dan koordinasi kerja di dalamnya jelek. Penyampaian atau penyebaran informasi
harus dirancang sedemikian rupa sehingga informasi benar-benar sampai kepada
komunikan yang dituju dan memberikan manfaat yang diharapkan. Informasi yang
disebarkan harus secara terus-menerus dimonitor agar diketahui dampak internal
maupun eksternalnya. Monitoring tidak dapat dilakukan asal-asalan saja, tetapi
harus betul-betul dirancang secara efektif dan sistemik. Selain itu, seorang
pemimpin juga harus menjalankan peran consulting baik ke ligkungan internal
organisasi maupun ke luar organisasi secara baik, sehingga tercipta budaya
organisasi yang baik pula. Sebagai orang yang berada di puncak dan dipandang
memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding yang dipimpin, seorang pemimpin
juga harus mampu memberikan bimbingan yang tepat dan simpatik kepada bawahannya
yang mengalami masalah dalam melaksanakan pekerjaannya.
Ø Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai
faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Gaya kepemimpinan
demokratis diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat
dan perilaku yang cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi/kelompok. Di
samping itu diwujudkan juga melalui perilaku kepemimpinan sebagai pelaksana
(eksekutif).
Dengan didominasi oleh ketiga perilaku kepemimpinan
tersebut, berarti gaya ini diwarnai dengan usaha mewujudkan dan mengembangkan
hubungan manusiawi (human relationship) yang efektif, berdasarkan prinsip
saling menghormati dan menghargai antara yang satu dengan yang lain. Pemimpin
memandang dan menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai subjek, yang
memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan,
kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat, minat/perhatian, kreativitas,
inisiatif, dan lain-lain yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain
selalu dihargai dan disalurkan secara wajar.
Berdasarkan prinsip tersebut di atas, dalam gaya
kepemimpinan ini selalu terlihat usaha untuk memanfaatkan setiap orang yang
dipimpin. Proses kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan kesempatan yang
luas bagi anggota kelompok/organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap
kegiatan. Partisipasi itu disesuaikan dengan posisi/jabatan masing-masing, di
samping memperhatikan pula tingkat dan jenis kemampuan setiap anggota
kelompok/organisasi. Para pemimpin pelaksana sebagai pembantu pucuk pimpinan,
memperoleh pelimpahan wewenang dan tanggung jawab, yang sama atau seimbang
pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama. Sedang bagi para anggota kesempatan
berpartisipasi dilaksanakan dan dikembangkan dalam berbagai kegiatan di
lingkungan unit masing-masing, dengan mendorong terwujudnya kerja sama, baik antara
anggota dalam satu maupun unit yang berbeda. Dengan demikian berarti setiap
anggota tidak saja diberi kesempatan untuk aktif, tetapi juga dibantu dalam
mengembangkan sikap dan kemampuannya memimpin. Kondisi itu memungkinkan setiap
orang siap untuk dipromosikan menduduki posisi/jabatan pemimpin secara
berjenjang, bilamana terjadi kekosongan karena pensiun, pindah, meninggal
dunia, atau sebab-sebab lain.
Kepemimpinan dengan gaya demokratis dalam mengambil
keputusan sangat mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang
dan di dalam unit masing-masing. Dengan demikian dalam pelaksanaan setiap
keputusan tidak dirasakan sebagai kegiatan yang dipaksakan, justru sebaliknya
semua merasa terdorong mensukseskannya sebagai tanggung jawab bersama. Setiap
anggota kelompok/organisasi merasa perlu aktif bukan untuk kepentingan sendiri
atau beberapa orang tertentu, tetapi untuk kepentingan bersama.
Aktivitas dirasakan sebagai kebutuhan dalam mewujudkan
partisipasi, yang berdampak pada perkembangan dan kemajuan kelompok/organisasi
secara keseluruhan. Tidak ada perasaan tertekan dan takut, namun pemimpin
selalu dihormati dan disegani secara wajar
Kepemimpinan otoriter merupakan gaya kepemimpinan yang
paling tua dikenal manusia. Oleh karena itu gaya kepemimpinan ini menempatkan
kekuasaan di tangan satu orang atau sekelompok kecil orang yang di antara
mereka tetap ada seorang yang paling berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai
penguasa tunggal. Orang-orang yang dipimpin yang jumlahnya lebih banyak,
merupakan pihak yang dikuasai, yang disebut bawahan atau anak buah. Kedudukan
bawahan semata-mata sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak
pimpinan. Pemimpin memandang dirinya lebih, dalam segala hal dibandingkan
dengan bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah, sehingga dianggap
tidak mampu berbuat sesuatu tanpa perintah. Perintah pemimpin sebagai atasan
tidak boleh dibantah, karena dipandang sebagai satu-satunya yang paling benar.
Pemimpin sebagai penguasa merupakan penentu nasib bawahannya. Oleh karena itu
tidak ada pilihan lain, selain harus tunduk dan patuh di bawah kekuasaan sang
pemimpin. Kekuasaan pimpinan digunakan untuk menekan bawahan, dengan
mempergunakan sanksi atau hukuman sebagai alat utama. Pemimpin menilai
kesuksesannya dari segi timbulnya rasa takut dan kepatuhan yang bersifat kaku.
Kepemimpinan dengan gaya otoriter
banyak ditemui dalam pemerintahan Kerajaan Absolut, sehingga ucapan raja
berlaku sebagai undang-undang atau ketentuan hukum yang mengikat. Di samping
itu sering pula terlihat gaya dalam kepemimpinan pemerintahan diktator
sebagaimana terjadi di masa Nazi Jerman dengan Hitler sebagai pemimpin yang
otoriter.
Ø Gaya Kepemimpinan Bebas dan Gaya Kepemimpinan
Pelengkap
Kepemimpinan Bebas merupakan kebalikan dari tipe atau
gaya kepemimpinan otoriter. Dilihat dari segi perilaku ternyata gaya
kepemimpinan ini cenderung didominasi oleh perilaku kepemimpinan kompromi
(compromiser) dan perilaku kepemimpinan pembelot (deserter). Dalam prosesnya
ternyata sebenarnya tidak dilaksanakan kepemimpinan dalam arti sebagai
rangkaian kegiatan menggerakkan dan memotivasi anggota kelompok/organisasinya
dengan cara apa pun juga. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinannya
dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam
mengambil keputusan dan melakukan kegiatan (berbuat) menurut kehendak dan
kepentingan masing-masing, baik secara perseorangan maupun berupa
kelompok-kelompok kecil.
Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat,
yang dilakukan dengan memberi kesempatan untuk berkompromi atau bertanya bagi
anggota kelompok yang memerlukannya. Kesempatan itu diberikan baik sebelum
maupun sesudah anggota yang bersangkutan menetapkan keputusan atau melaksanakan
suatu kegiatan.
Kepemimpinan dijalankan tanpa berbuat sesuatu, karena
untuk bertanya atau tidak (kompromi) tentang sesuatu rencana keputusan atau
kegiatan, tergantung sepenuhnya pada orang-orang yang dipimpin. Dalam keadaan
seperti itu setiap terjadi kekeliruan atau kesalahan, maka pemimpin selalu
berlepas tangan karena merasa tidak ikut serta menetapkannya menjadi keputusan
atau kegiatan yang dilaksanakan kelompok/organisasinya. Pemimpin melepaskan
diri dari tanggung jawab (deserter), dengan menuding bahwa yang salah adalah
anggota kelompok/organisasinya yang menetapkan atau melaksanakan keputusan dan
kegiatan tersebut. Oleh karena itu bukan dirinya yang harus dan perlu diminta
pertanggungjawaban telah berbuat kekeliruan atau kesalahan.
Sehubungan dengan itu apabila tidak seorang pun
orang-orang yang dipimpin atau bawahan yang mengambil inisiatif untuk
menetapkan suatu keputusan dan tidak pula melakukan sesuatu kegiatan, maka
kepemimpinan dan keseluruhan kelompok/organisasi menjadi tidak berfungsi.
Kebebasan dalam menetapkan suatu keputusan atau melakukan suatu kegiatan dalam
tipe kepemimpinan ini diserahkan sepenuhnya pada orang-orang yang dipimpin[4].
Tipe kepemimpinan ini diwarnai dengan kegiatan pemimpin dalam bentuk
tekanan, adu domba, memperuncing perselisihan, menimbulkan dan memperbesar
perpecahan/pertentangan dan lain-lain dengan maksud untuk memperoleh keuntungan
bagi dirinya sendiri. Agitasi yang dilakukan terhadap orang luar atau
organisasi lain, adalah untuk mendapatkan keuntungan bagi organisasinya dan
bahkan untuk kepentingan pemimpin sendiri
Tipe kepemimpinan ini menempatkan seorang pemimpin sekedar sebagai
lambang atau simbol, tanpa menjalankan kegiatan kepemimpinan yang sebenarnya.
D. KEKUASAAN DAN KONFLIK DALAM
KEPEMIMPINAN
Ø Kekuasaan
Kekuasaan dapat didefinisikan sebagai suatu potensi
pengaruh dari seorang pemimpin. Kekuasaan seringkali dipergunakan silih berganti
dengan istilah pengaruh dan otoritas.
Berbagai sumber dan jenis kekuasaan dari beberapa
teoritikus seperti French dan Raven, Amitai Etzioni, Kenneth W. Thomas, Organ
dan Bateman, dan Stepen P Robbins telah dikemukakan dalam kegiatan
belajar ini.
Kekuasaan merupakan sesuatu yang dinamis sesuai dengan
kondisi yang berubah dan tindakan-tindakan para pengikut. Berkaitan dengan hal
ini telah dikemukakan social exchange theory, strategic contingency theory dan
proses-proses politis sebagai usaha untuk mempertahankan, melindungi dan
me-ningkatkan kekuasaan.
Dalam kaitan dengan kekuasaan, para pemimpin membutuhkan
kekuasaan tertentu agar efektif. Keberhasilan pemimpin sangat tergantung pada
cara penggunaan kekuasaan. Pemimpin yang efektif kemungkinan akan menggunakan
kekuasaan dengan cara yang halus, hati-hati, meminimalisasi perbedaan status
dan menghindari ancaman- ancaman terhadap rasa harga diri para pengikut.
Pengaruh sebagai inti dari kepemimpinan merupakan
kemampuan seseorang untuk mengubah sikap, perilaku orang atau kelompok dengan
cara-cara yang spesifik. Seorang pemimpin yang efektif tidak hanya cukup
memiliki kekuasaan, tetapi perlu pula mengkaji proses-proses mempengaruhi yang
timbal balik yang terjadi antara pemimpin dengan yang dipimpin.
Para teoretikus telah mengidentifikasi berbagai taktik
mempengaruhi yang berbeda-beda seperti persuasi rasional, permintaan
berinspirasi, pertukaran, tekanan, permintaan pribadi, menjilat, konsultasi,
koalisi, dan taktik mengesahkan. Pilihan taktik mempengaruhi yang akan
digunakan oleh seorang pemimpin dalam usaha mempengaruhi para pengikutnya
tergantung pada beberapa aspek situasi tertentu. Pada umumnya, para pemimpin
lebih sering menggunakan taktik-taktik mempengaruhi yang secara sosial dapat
diterima, feasible, memungkinkan akan efektif untuk suatu sasaran tertentu,
memungkinkan tidak membutuhkan banyak waktu, usaha atau biaya.
Efektivitas masing-masing taktik mempengaruhi dalam
usaha untuk memperoleh komitmen dari para pengikut antara lain tergantung pada
keterampilan pemimpin, jenis permintaan serta position dan personal power
pemimpin tersebut.
Konflik dapat didefinisikan sebagai suatu proses di
mana sebuah usaha dibuat dengan sengaja oleh seseorang atau suatu unit untuk
menghalangi pihak lain yang menghasilkan kegagalan pencapaian tujuan pihak lain
atau meneruskan kepentingannya.
Ada beberapa pandangan tentang konflik yaitu pandangan
tradisional, netral dan interaksionis. Pandangan tradisional mengatakan bahwa
konflik itu negatif, pandangan netral menganggap bahwa konflik adalah ciri
hakiki tingkah laku manusia yang dinamis, sedangkan interaksionis mendorong
terjadinya konflik.
Untuk mengurangi, memecahkan dan
menstimulasi konflik ada beberapa pendekatan atau strategi yang dapat ditempuh
sebagaimana disarankan oleh beberapa teoretikus.
Ø Kepemimpinan Perempuan
Perubahan lingkungan dan pergeseran budaya telah
mempengaruhi dinamika kepemimpinan perempuan. Pada umumnya pemimpin perempuan
cenderung diberikan porsi pada organisasi perempuan dan sosial. Namun dengan
adanya globalisasi telah merubah paradigma kepemimpinan ke arah pertimbangan
core competence yang dapat berdaya saing di pasar global Oleh sebab itu banyak
organisasi berkaliber dunia yang memberikan kesempatan bagi perempuan yang
mampu dan memenuhi persyaratan kepemimpinan sesuai situasi dan kondisi sekarang
ini.
Hambatan bagi kepemimpinan perempuan lebih banyak akibat
adanya stereotipe negatif tentang kepemimpinan perempuan serta dari mental
(perempuan) yang bersangkutan. Stereotipe-stereotipe tersebut muncul sebagai
akibat dari pemikiran individu dan kolektif yang berasal dari latar belakang
sosial budaya dan karakteristik pemahaman masyarakat terhadap gender serta
tingkat pembangunan suatu negara atau wilayah.
Dari hasil temuan, ternyata tidak ditemukan adanya
perbedaan antara gaya kepemimpinan perempuan dengan laki-laki, walaupun ada
sedikit perbedaan potensi kepemimpinan perempuan dan laki-laki, di mana
keunggulan dan kelemahan potensi kepemimpinan perempuan dan laki-laki merupakan
hal yang saling mengisi. Begitu juga dengan karakteristik kepemimpinan
perempuan dan laki-laki dapat disinergikan menjadi kekuatan yang harmonis bagi
organisasi yang bersangkutan.
Untuk menduduki posisi kepemimpinan
dalan organisasi di era global, perempuan perlu meningkatkan ESQ dan memperkaya
karakteristik kepemimpinannya dengan komponen-komponen, antara lain pembangunan
mental, ketangguhan pribadi dan ketangguhan sosial serta menutupi
agresivitasnya menjadi ketegasan sikap, inisiatif, dan percaya diri akan
kompetensinya.
Ø Kepemimpinan dalam Beragam Budaya dan Negara
Pada kegiatan belajar ini telah Anda
lihat bahwa terdapat perbedaan mendasar dari sikap dan perilaku pemimpin pada
berbagai Negara atau budaya. Namun demikian, terdapat dimensi kepemimpinan yang
secara universal relatif sama yaitu setiap pemimpin diharapkan mampu proaktif
dan tidak otoriter. Di samping itu, terdapat pula beberapa variasi sikap dan
perilaku pemimpin di dalam kelompok budaya dan di dalam Negara pada berbagai
budaya atau Negara. Demikian pula terdapat perbedaan sikap dan perilaku
pemimpin pada Negara- Negara yang menganut system nilai berbeda.
F. APLIKASI KEPEMIMPINAN
DALAM ORGANISASI
·
Kepemimpinan,
Organisasi dan Perubahan Lingkungan
Ada tiga jenis perubahan yaitu
perubahan rutin, perubahan pengembangan, dan inovasi. Mengelola perubahan adalah
hal yang sulit. Ukuran kapasitas kepemimpinan seseorang salah satu diantaranya
adalah kemampuannya dalam mengelola perubahan. Kemampuan ini penting sebab pada
masa kini pemimpin, akan selalu dihadapkan pada perubahan-perubahan, sehingga
pemimpin dituntut untuk mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan.
Pemimpin yang kuat bahkan mampu mempelopori perubahan lingkungan. Ada empat
tahap yang harus dilakukan agar pemimpin dapat mengelola perubahan lingkungan.
Tahap-tahap tersebut adalah pertama, mengidentifikasi perubahan; Kedua, Menilai
posisi organisasi; Ketiga, Merencanakan dan melaksanakan perubahan; dan
Keempat, Melakukan evaluasi. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan maka
keempat langkah tersebut perlu dilakukan secara berurutan dan berkesinambungan.
·
Kepemimpinan dan
Budaya Organisasi
Tugas utama seorang pemimpin adalah mengajak orang untuk
menyumbangkan bakatnya secara senang hati dan bersemangat untuk kepentingan
organisasi. Dengan demikian pemimpin atau manajer harus mengarahkan perilaku para
anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai. Para pemimpin perlu
membentuk, mengelola, meningkatkan, dan mengubah budaya kerja organisasi. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, manajer perlu menggunakan kemampuannya dalam
membaca kondisi lingkungan organisasi, menetapkan strategi organisasi, memilih
teknologi yang tepat, menetapkan struktur organisasi yang sesuai, sistem
imbalan dan hukuman, sistem pengelolaan sumberdaya manusia, sistem dan prosedur
kerja, dan komunikasi serta motivasi.
Salah satu cara mengembangkan budaya
adalah dengan menetapkan visi yang jelas dan langkah yang strategis,
mengembangkan alat ukur kinerja yang jelas, menindaklanjuti tujuan yang telah
dicapai, menetapkan sistem imbalan yang adil, menciptakan iklim kerja yang lebih
terbuka dan transparan, mengurangi permainan politik dalam organisasi, dan
mengembangkan semangat kerja tim melalui pengembangan nilai-nilai inti.
·
Kepemimpinan dan
Inovasi
Inovasi berbeda dengan kreativitas. Kreativitas lebih
berfokus pada penciptaan ide sedangkan inovasi berfokus pada bagaimana
mewujudkan ide. Karena inovasi adalah proses mewujudkan ide, maka diperlukan
dukungan dari faktor-faktor organisasional dan leaderships.
Dalam membahas inovasi paling tidak ada duabelas tema
umum yang berkaitan dengan pembahasan tentang inovasi yaitu kreativitas dan
inovasi, karakteristik umum orang-orang kreatif, belajar atau bakat, motivasi,
hambatan untuk kreatif dan budaya organisasi, struktur organisasi, struktur
kelompok, peranan pengetahuan, kreativitas radikal atau inkrimental, struktur
dan tujuan,proses, dan penilaian. Kemampuan organisasi dalam mengelola
keduabelas tema tersebut akan menentukan keberhasilannya dalam melakukan
inovasi.
Inovasi berkaitan erat dengan proses penciptaan
pengetahuan. Proses penciptaan pengetahuan dilakukan dengan melakukan observasi
atas kejadian, mengolahnya menjadi data, lalu data dijadikan informasi, dan
informasi diberikan konteks sehingga menjadi pengetahuan. Pengetahuan inilah
yang oleh pemimpin dijadikan arah atau bekal untuk melakukan inovasi.
Organisasi yang mampu secara terus menerus melakukan penciptaan pengetahuan
disebut sebagai learning organization.
KARAKTERISTIK LEADERSHIP
Ciri
karakteristik seorang pemimpin dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Menantang Proses
Setiap kasus
kepemimpinan yang terbaik selalu melibatkan satu jenis tantangan. Apapun
tantangannya, semua kasus melibatkan perubahan dari statusquo. Tidak ada satu
orang pun yang menyatakan telah melakukan yang terbaik secara pribadi dengan terus
mempertahankan banyak hal tetap sama. Singkatnya, semua pemimpin menantang
proses. Pemimpin adalah pelopor,- orang yang bersedia melangkah ke luar dan
memasuki apa yang belum diketahui. Mereka bersedia mengambil resiko, melakukan
inovasi dan percobaan supaya bisa menemukan cara yang baru yang lebih baik
untuk melakukan banyak hal.
Sumbangan utama
pemimpin adalah dalam mengenali gagasan yang baik, dukungan kepada gagasan itu,
dan kesediaan menantang sistem supaya bisa mengaplikasikan dan mewujudkan gagasan
itu.
2.
Mengilhamkan Wawasan Bersama
Pemimpin
mengilhamkan wawasan bersama. Mereka melayangkan pandangan ke seberang
cakrawala waktu, membayangkan kesempatan menarik yang disediakan setelah mereka
dan peserta mereka sampai pada tujuan yang jauh ini. Pemimpin mempunyai hasrat
supaya sesuatu terjadi, untuk mengubah cara banyak hal terjadi, menciptakan
sesuatu yang tidak ada seorang pun pernah menciptakannya sebelumnya.
Tapi ingat: orang yang tidak punya pengikut/peserta bukanlah pemimpin. Orang baru akan mengikuti setelah mereka menerima wawasan pemimpin sebagai wawasan mereka sendiri. Supaya bisa mengajak orang lain mempunyai wawasan, pemimpin harus mengenal peserta mereka dan bicara dalam bahasa mereka. Dengan demikian peserta tahu bahwa pemimpin memahami kebutuhan mereka.
Tapi ingat: orang yang tidak punya pengikut/peserta bukanlah pemimpin. Orang baru akan mengikuti setelah mereka menerima wawasan pemimpin sebagai wawasan mereka sendiri. Supaya bisa mengajak orang lain mempunyai wawasan, pemimpin harus mengenal peserta mereka dan bicara dalam bahasa mereka. Dengan demikian peserta tahu bahwa pemimpin memahami kebutuhan mereka.
Wawasan bersama
ini dapat dipelajari lebih lanjut dalan topik Visi.
3.
Memungkinkan Orang Lain Bisa Bertindak
Pemimpin
teladan menarik dukungan dan bantuan semua orang yang harus membuat kegiatan
berjalan. Dengan satu cara, pemimpin melibatkan mereka yang harus hidup dengan
hasilnya, dan mereka memungkinkan orang lain bisa melakukan pekerjaan dengan
baik. Mereka memungkinkan orang lain bisa bertindak. Pemimpin tahu bahwa tidak
ada seorang pun yang melakukan apa yang terbaik bagi dirinya kalau dia merasa
lemah, tidak cakap, atau terasing; mereka tahu orang yang diharapkan aktif
harus mempunyai rasa kepemilikan. Pemimpin tidak menimbun kekuasaan, tetapi
mendelegasikannya. Pemimpin dengan bangga bicara mengenai kerjasama tim,
kepercayaan, dan pemberdayaan sebagai unsur pokok upaya mereka.
4. Menjadi Penunjuk Jalan
Pemimpin
berjalan terlebih dahulu. Mereka memberikan contoh dan membina komitmen melalui
tindakan sehari-hari yang sederhana, yang menciptakan kemajuan dan momentum.
Pemimpin menjadi penunjuk jalan melalui contoh pribadi dan pelaksaanaan yang
penuh pengabdian. Supaya ia bisa menjadi penunjuk jalan secara efektif,
pertama-tama ia harus jelas terhadap prinsip bimbingannya. Ia harus bisa
membela kepercayaannya. Akan tetapi perbuatan pemimpin jauh lebih penting
daripada kata-kata mereka, dan harus konsisten dengan kata-kata mereka.
5. Mendorong Hati
Usaha mendaki
ke puncak berat dan lama. Orang jadi kehabisan tenaga, frustasi dan kehilangan
semangat. Mereka sering tergoda untuk menyerah. Pemimpin mendorong hati peserta
mereka untuk jalan terus. Tindakan kepedulian yang sesungguhnya bisa
meningkatkan semangat dan menarik orang ke depan. Misalnya apabila seorang
berhasil dalam satu tugas tidak ada salahnya diberikan ganjaran yang sepantasnya.
Dalam banyak kasus, pemimpin bukan hanya memberikan dorongan kepada orang lain,
akan tetapi harus juga dapat memberikan dorongan kepada dirinya sendiri untuk
terus bertahan dan berusaha untuk melayani dengan sebaik-baiknya.
Ø
Ciri Khas Pemimpin yang Dikagumi Peserta/Pengikut.
Fakta dibawah
ini adalah hasil survey yang dilakukan suatu organisasi yang bergerak dalam
penelitian kepemimpinan tentang sifat-sifat pemimpin yang dikagumi pengikut
mereka.
1.
Jujur
Dalam setiap
survai, kejujuran lebih sering dipilih dibandingkan dengan ciri khas
kepemimpinan apapun lainnya. Ini secara konsisten muncul sebagai suatu unsur
yang paling penting dalam hubungan pemimpin-peserta. Jelas sekali, kalau kita
bersedia mengikuti seseorang-apakah ke medan pertempuran atau suatu rapat
tertentu, ke dalam rumah yang gelap, ke suatu kantor, atau ke garis depan-,
kita mula-mula ingin meyakinkan diri kita bahwa orang itu layak mendapatkan
kepercayaan kita. Konsistensi antara kata-kata dan perbuatan merupakan sarana
yang kita pergunakan untuk menilai apakah seseorang jujur.
2.
Memandang ke Depan
Kita
mengharapkan pemimpin kita mempuyai rasa akan arah, dan perhatian kepada masa
depan organisasi. Tetapi apakah kita menyebut kemampuan itu wawasan, impian,
panggilan, tujuan, atau agenda pribadi, pesannya sudah jelas: pemimpin harus
tahu kemana mereka akan pergi kalau ingin mengharapkan orang lain bersedia
bergabung dengan mereka dalam perjalanan.
Dengan kemampuan memandang ke depan, yang dimaksudkan orang bukanlah kekuatan ajaib untuk bisa meramalkan masa depan yang luar biasa. Realita jauh lebih berpijak di bumi: kemampuan menetapkan atau memilih tujuan yang diinginkan yang seharusnya dikejar oleh jemaat atau organisasi.
Dengan kemampuan memandang ke depan, yang dimaksudkan orang bukanlah kekuatan ajaib untuk bisa meramalkan masa depan yang luar biasa. Realita jauh lebih berpijak di bumi: kemampuan menetapkan atau memilih tujuan yang diinginkan yang seharusnya dikejar oleh jemaat atau organisasi.
3.
Memberikan Inspirasi
Kita juga
mengharapkan pemimpin kita antusias, penuh semangat, dan positif tentang masa
depan. Kita mengharapkan mereka bisa memberikan inspirasi. Tidak cukup seorang
pemimpin untuk punya impian tentang masa depan. Seorang pemimpin harus bisa
menyampaikan wawasan dengan cara yang mendorong kita untuk bisa bertahan dan
bertindak.
4.
Cakap
Supaya bisa
mengajak orang dalam perjuangan orang lain, kita harus berkeyakinan bahwa orang
itu cakap membimbing kita ke tempat yang kita tuju. Kita harus melihat pemimpin
cakap dan efektif. Kalau kita meragukan kemampuan pemimpin, kita tidak bisa
diajak dalam perang suci. Kata orang: kita tidak bisa memberikan kepercayaan
dan diri kita kepada orang yang tidak punya catatan keberhasilan. Kecakapan
yang dimaksud bukanlah dalam arti serba bisa. Tetapi seorang pemimpin harus cakap
di bidang mana dia memimpin. Misalnya seharusnya seksi olahraga lebih cakap
dalam menjelaskan masalah olah raga dibandingkan seksi kerohanian.
FAKTOR
TERBENTUKNYA LEADERSHIP
Tugas Pokok dan Fungsi Kepemimpinan:
ü Mendefinisikan atau
merumuskan misi organisasi;
ü Mengusahakan
tercapainya tujuan;
ü Mempertahankan
keutuhan organisasi;
Faktor Pembentuk Gaya Kepemimpinan
Ø Faktor Intern: Pandangan hidup, Keyakinan, Watak,Ekonomi, Tradisi,
Budaya, Cita-cita, dsb.
Ø Faktor Ekstern: Kebijakan Pemerintah, Perubahan status sosial,
Konflik, Kondisi Geografis, dll.
Faktor
Pembentuk Kepemimpinan :
ü Kondisi
Fisik (Physical Character): Postur tubuh, kekuatan & daya tahan,
bentuk tubuh, kesehatan & Penampilan
ü Kepribadian (Personality):
Kepandaian/Kemahiran, Penuh kemauan, Semangat juang,, toleran & santun,
kematangan & keberanian, pengalaman, dsb.
Gaya
Kepemimpinan :
v
Berorientasi pada tugas; Penekanan pada pentingnya penyelesaian tugas, pengawasan
ketat, bersumber pada kekuasaan & Imbalan, paksaan & legalitas dalam
mempengaruhi hasil kerja bawahan/pengikutnya.
v Berorientasi
pada bawahan; Familiar, mendelegasikan keputusan pada bawahan dan berusaha
memenuhi kebutuhannya, bersumber pada keahlian dan kharismatik.
Keahlian Kepemimpinan
Ø Keahlian
Tekhnik; Memiliki Pengetahuan dan kemampuan dalam segala jenis proses.
Ø Keahlian
Fithrah (manusiawi); mengoptimalkan segala modal yang ada pada diri untuk
bekerjasama dalam sebuah kelompok (team work).
Ø Keahlian
Konseptual; kemampuan berfikir, mengembangkan ide serta gagasan, menganalisa
berbagai situasi, cerdas dan cermat mengendalikan keadaan.
Keberhasilan Kepemimpinan akan
menimbulkan pengaruh diantaranya :
·
Membuat orang
lain merasa segan, takut dan hormat.
·
Memupuk dan
menumbuhkan hubungan kerjasama.
·
Memecahkan
persengketaan. Merangsang perkembangan cara berfikir
G.
FUNGSI LEADERSHIP
Ø
Tugas
Pokok Kepemimpinan
Tugas pokok seorang pemimpin yaitu melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen seperti yang telah disebutkan sebelumnya yang terdiri
dari: merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengawasi.
Terlaksananya tugas-tugas tersebut tidak dapat dicapai hanya oleh pimpinan
seorang diri, tetapi dengan menggerakan orang-orang yang dipimpinnya. Agar
orang-orang yang dipimpin mau bekerja secara erektif seorang pemimpin di
samping harus memiliki inisiatif dan kreatif harus selalu memperhatikan
hubungan manusiawi. Secara lebih terperinci tugas-tugas seorang pemimpin
meliputi: pengambilan keputusan menetapkan sasaran dan menyusun kebijaksanaan,
mengorganisasikan dan menempatkan pekerja, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
baik secara vertikal (antara bawahan dan atasan) maupun secara horisontal
(antar bagian atau unit), serta memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
Ø
Fungsi
Kepemimpinan
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi
tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi
keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi
kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
Ø Fungsi
administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanaan administrasi dan
menyediakan fasilitasnya.
Ø Fungsi
sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing,
directing, commanding, controling, dsb.
Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang
efektif, maka kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya.
Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Hadari Nawawi (1995:74), fungsi kepemimpinan
berhubungn langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok
masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam, bukan
berada diluar situasi itu Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam
situasi sosial keiompok atau organisasinya.
Fungsi
kepemimpinan menurut Hadari Nawawi memiliki dua dimensi yaitu:
1) Dimensi yang berhubungan dengan
tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktifitas pemimpin, yang
terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinya.
2) Dimensi yang berkenaan dengan tingkat
dukungan atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksnakan
tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan
dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin.
Sehubungan
dengan kedua dimensi tersebut, menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat
dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
1. Fungsi Instruktif.
1. Fungsi Instruktif.
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator
yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah),
bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana
(tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif.
Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.
2. Fungsi
konsultatif.
Pemimpin dapat menggunakan fungsi
konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala
pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan
dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
3. Fungsi Partisipasi.
Dalam menjaiankan fungsi partisipasi
pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam
pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok
memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan
kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi
masing-masing.
4. Fungsi Delegasi.
Dalam menjalankan fungsi delegasi,
pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuay atau menetapkan keputusan.
Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan ssorang pemimpin kepada orang
yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara
bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan
dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin
seorang diri.
5. Funfsi
pengendalian.
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa
kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara
terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya
tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian,
pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi,
dan pengawasan.
Fungsi
pokok pimpinan adalah:
Ø Memberikan
kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan oleh anggotanya.
Ø
Mengawasi,
mengendalikan dan menyalurkan perilaku anggota yang dipimpin. Bertindak sebagai
wakil kelompok dalam berhubungan dengan dunia luar.
Fungsi kepemimpinan itu pada pokoknya
adalah menjalankan wewenang kepemimpinan, yaitu menyediakan suatu sistem
komunikasi, memelihara kesediaan bekerja sama dan menjamin kelancaran serta
keutuhan organisasi atau perusahaan.
Fungsi-fungsi
kepemimpinan meliputi kegiatan dan tindakan sebagai berikut:
a.
Pengambilan keputusan
b.
Pengembangan imajinasi
c.
Pendelegasian wewenang kepada bawahan
d.
Pengembangan kesetiaan para bawahan
e.
Pemrakarsaan, penggiatan dan pengendalian rencana-rencana
f.
Pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
g.
Pelaksanaan keputusan dan pemberian dorongan kepada para pelaksana
h. Pelaksanaan kontrol dan perbaikan kesalahan-kesalahan
h. Pelaksanaan kontrol dan perbaikan kesalahan-kesalahan
i.
Pemberian tanda penghargaan kepada bawahan yang berprestasi
j.
Pertanggungjawaban semua tindakan.
MACAM-MACAM BENTUK LEADERSHIP
1.
Gaya
Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah
gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari
dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab
dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya
melaksanakan tugas yang telah diberikan.
2.
Gaya
Kepemimpinan Demokratis / Democratic
Gaya
kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara
luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan
bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis
pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para
bawahannya.
3.
Gaya
Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin
jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya
yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi[5].
H.
PANDANGAN ISLAM MENGENAI KONSEP
LEADERSHIP
·
Kepemimpinan Dalam Prespektif Islam
Nabi Muhammad SAW merupakan sosok pemimpin yang terkenal dengan
kearifannya, sifat beliau yang menonjol dalam kepemimpinannya, tidak saja di
akui oleh orang-orang islam sendiri tapi juga diakui oleh orang-orang
orientalis barat yang nota bene mereka adalah orang-orang yang menentang islam,
hal ini memberi gambaran kepada kita bahwasannya kepemimpinan dalam islam bukan
saja hasilnya hanya dirasakan oleh umat islam itu sendiri , akan tetapi
dirasakan oleh umat non muslim, Kepemimpinan islam memberikan prospek yang
cerah bagi kelangsungan hidup manusia di Era Globalisasi sekarang ini yang
sarat dengan krisis kepemimpinannya dan dekadensi moral akibat ulah-ulah para
penguasa yang tidak bertanggung jawab. Dan perlu difahami pula bahwasannya
seseorang dikatakan sebagai pemimpin manakala ia benar-benar beriman dan
bertaqwa kepa Allah swt, dan inilah yang membedakan antara kepemimpinan dalam
islam dan kepemimpinan menurut teori orang-orang barat. Seorang
pemimpin dalam islam itu tidak boleh terlepas ciri-ciri::
1) Setia; Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat
kesetiaan kepada Allah.
2) Tujuan; Pemimpin melihat tujuan organisasi bukan
saja berdasarkan kepentingan kelompok tetapi juga dalam ruang lingkup tujuan
Islam yang lebih luas.
3) Berpegang pada Syariat dan Akhlak Islam; Pemimpin terikat dengan peraturan Islam, boleh menjadi pemimpin
selama ia berpegang pada perintah syariat. Waktu mengendalikan urusannya ia
harus patuh kepada adab-adab Islam, khususnya ketika berurusan dengan golongan
oposisi atau orang-orang yang tak sepaham.
4) Pengemban Amanah; Pemimpin menerima kekuasaan sebagai amanah dari Allah yang
disertai oleh tanggung jawab yang besar. Qur’an memerintahkan pemimpin
melaksanakan tugasnya untuk Allah dan menunjukkan sikap baik kepada
pengikutnya.
“Yaitu
orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka, niscaya mereka mendirikan
shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah perbuatan
yang mungkar… “(QS.22:41).
Sejak manusia berada
dipermukaan bumi ini, hasratnya ingin mengetahui segala hukum dan kodrat alam
yang terdapat disekitarnya, besar sekali. Makin dalam ia meneliti, makin tampak
kepadanya kebesaran alam itu, melebihi yang semula. Kelemahan dirinya makin
tampak pula dan keangkuhannya pun makin berkurang. Demikianlah, Nabi yang
membawa Islam itu pun sama pula dengan alam ini. Sejak bumi ini menerima cahaya
Nabi, para ulama berusaha mencari segi-segi kemanusiaan yang besar daripadanya, mencari nilai-nilai Asma-Allah
dalam pemikirannya, dalam akhlaknya, dalam ilmunya[6].
DAFTAR PUSTAKA
·
M. Henslin James. “Sosiologi dengan pendekatan
membumi”, Jakarta: Erlangga. 2006
·
Soekanto Soerjono. “Sosiologi”; Jakarta:
Erlangga. 2001
·
Nata
Abbudin,”Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia”,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
·
Soekanto Soerjono. “Sosiologi”, Jakarta:
2001, Erlangga. 2006
[1]James M. Henslin. “Sosiologi
dengan pendekatan membumi”; Jakarta, 2006, Erlangga, hal 85
[2]Soerjono Soekanto. “Sosiologi”;
Jakarta, 2001, Erlangga. Hal 56
[3]
James M. Henslin. “Sosiologi
dengan pendekatan membumi”; Jakarta, 2006, Erlangga, hal 87
[4]
James M. Henslin. “Sosiologi
dengan pendekatan membumi”; Jakarta, 2006, Erlangga, hal 90
[5] Soerjono Soekanto, “
Sosiologi suatu pengantar”; 2001, Jakarta, Erlangga, hal 256
[6] Abbudin
Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia; Jakarta,
2005, Raja Grafindo Persada, hal 75
Tidak ada komentar:
Posting Komentar