Minggu, 08 Januari 2012

teknik penulisan berita




 
BAB I
PEBAHASAN

Pesatnya kemajuan media informasi dewasa ini cukup memberikan kemajuan yang signifikan. Media cetak maupun elektronik pun saling bersaing kecepatan sehingga tidak ayal bila si pemburu berita dituntut kreativitasnya dalam penyampaian informasi. Penguasaan dasar-dasar pengetahuan jurnalistik merupakan modal yang amat penting manakala kita terjun di dunia ini. Keberadaan media tidak lagi sebatas penyampai informasi yang aktual kepada masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap pemberitaannya.
Menurut Kris Budiman, jurnalistik (journalistiek, Belanda) bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak. Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, dsb., namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print journalism), elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism)




BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Ketika reformasi tahun 1998 digulirkan di Indonesia, pers nasional bangkitdari keterpurukannya dan kran kebebasan pers dibuka lagi yang ditandai denganberlakunya UU No.40 Tahun 1999. berbagai kendala yang membuat pers nasional"terpasung", dilepaskan. SIUUP (surat izin usaha penerbitan pers) yang berlaku diera Orde baru tidak diperlukan lagi, siapa pun dan kapan pun dapat menerbitkanpenerbitan pers tanpa persyaratan yang rumit.
Dan euforia reformasi pun hampir masuk, baik birokrasi pemerintahanmaupun masyarakat mengedepankan nuansa demokratisasi. Namun, denganmaksud menjungjung asa demokrasi, sering terjadi "ide-ide" yangpermunculannya acap kali melahirkan dampak yang merusak norma-norma danetika. Bahkan cenderung mengabaikan kaidah profesionalisme, termasuk bidangprofesi kewartawanan dan pers pada umumnya.
Malah kalangan instansi pemerintahan swasta dan masyarakat ada yangberpandangan sinis terhadap aktivitas jurnalistik yang dicap tidak lagimenghormati hak-hak narasumber. Penampilan pers nasional/daerah pun banyakmenuai kritik dan dituding oleh masyarakat. Sementara disisi alin banyak contohkasus dan kejadian yang menimpa media massa, dan maraknya initmidasi setakekerasan terhadap wartawan
Pada tahun 2003-2004, perkara yang menarik perhatian public yaitu menimpadua mass media nasional Harian "Kompas" dan grup MBM "Tempo" digugat grupPT Texmaco ke PN Jakarta Selatan. Kedua perkara tersebut kemudian dicabutketika proses perkaranya sedang berjalan dipersidangan. Dalam kasus "RakyatMerdeka", majelis hakim memutuskan bahwa pemred Rakyat merdeka dihukumkarena terbukti turut membantu penyebaran.
.Peningkatan kuantitas penerbitan pers yang tajam (booming), tidak disertai
dengan pernyataan kualitas jurnalismenya. Sehingga banyak tudingan "miring"yang dialamatkan pada pers nasional. Ada juga media massa yang dituduhmelakukan sensionalisme bahasa melalui pembuatan judul (headlines) yangbombasis, menampilkan "vulgarisasi:

2.1. proses teknik penulisan berita
Nilai Berita
Sebuah berita jika disajikan haruslah memuat nilai berita di dalamnya. Nilai berita itu mencakup beberapa hal, seperti berikut.
1.      Objektif: berdasarkan fakta, tidak memihak.
2.      Aktual: terbaru, belum "basi".
3.      Luar biasa: besar, aneh, janggal, tidak umum.
4.      Penting: pengaruh atau dampaknya bagi orang banyak; menyangkut orang penting/terkenal.
5.      Jarak: familiaritas, kedekatan (geografis, kultural, psikologis).
Lima nilai berita di atas menurut Kris Budiman sudah dianggap cukup dalam menyusun berita. Namun, Masri Sareb Putra dalam bukunya "Teknik Menulis Berita dan Feature", malah memberikan dua belas nilai berita dalam menulis berita (2006: 33). Dua belas hal tersebut di antaranya adalah:
1.      sesuatu yang unik,
2.      sesuatu yang luar biasa,
3.      sesuatu yang langka,
4.      sesuatu yang dialami/dilakukan/menimpa orang (tokoh) penting,
5.      menyangkut keinginan publik,
6.      yang tersembunyi,
7.      sesuatu yang sulit untuk dimasuki,
8.      sesuatu yang belum banyak/umum diketahui,
9.      pemikiran dari tokoh penting,
10.  komentar/ucapan dari tokoh penting,
11.  kelakuan/kehidupan tokoh penting, dan
12.  hal lain yang luar biasa.
Dalam kenyataannya, tidak semua nilai itu akan kita pakai dalam sebuah penulisan berita. Hal terpenting adalah adanya aktualitas dan pengedepanan objektivitas yang terlihat dalam isi tersebut.
3.1 Anatomi Berita dan Unsur-Unsur
Seperti tubuh kita, berita juga mempunyai bagian-bagian, di antaranya adalah sebagai berikut.
1.      Judul atau kepala berita (headline).
2.      Baris tanggal (dateline).
3.      Teras berita (lead atau intro).
4.      Tubuh berita (body).
Bagian-bagian di atas tersusun secara terpadu dalam sebuah berita. Susunan yang paling sering didengar ialah susunan piramida terbalik. Metode ini lebih menonjolkan inti berita saja. Atau dengan kata lain, lebih menekankan hal-hal yang umum dahulu baru ke hal yang khusus. Tujuannya adalah untuk memudahkan atau mempercepat pembaca dalam mengetahui apa yang diberitakan; juga untuk memudahkan para redaktur memotong bagian tidak/kurang penting yang terletak di bagian paling bawah dari tubuh berita (Budiman 2005) . Dengan selalu mengedepankan unsur-unsur yang berupa fakta di tiap bagiannya, terutama pada tubuh berita. Dengan senantiasa meminimalkan aspek nonfaktual yang pada kecenderuangan akan menjadi sebuah opini.
Untuk itu, sebuah berita harus memuat "fakta" yang di dalamnya terkandung unsur-unsur 5W + 1H. Hal ini senada dengan apa yang dimaksudkan oleh Lasswell, salah seorang pakar komunikasi (Masri Sareb 2006: 38).
1.      Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
2.      What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
3.      Where - di mana terjadinya peristiwa itu?
4.      Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
5.      When - kapan terjadinya?
6.      How - bagaimana terjadinya?
Contoh:
Dua orang pria, Sudin (43) tahun dari Sidoarjo dan
Simin (18) tahun dari Solo meninggal pagi ini jam
04.30 di perempatan Jalan Nusantara dan
Hayam Wuruk akibat ditabrak bus Merantama
yang berlari kencang dan tidak lagi dapat
dikendalikan
Ket: 5W dan 1H semuanya terdapat dalam contoh
        teras berita tersebut.

Macam Gaya Penulisan Teras Berita Berdasarkan Unsur 5W dan 1H
  1. Teras Berita Apa (What)
        Penataran wartawan agama seluruh Indonesia telah
        dibuka dengan resmi kemarin pagi oleh Menteri
        Agama Petruk Gareng Bagong, S.Ag., M.Ag. di
        Pondok Pesantren Pabelan.
.  Teras Berita Siapa (Who)
        Menteri Agama Petruk Gareng Bagong kemarin pagi
        dengan bertempat di Pondok Pesantren Pabelan
        telah membuka penataran wartawan agama seluruh
        Indonesia.
.  Teras Berita Di mana (Where)
        Di pondok pesantren Pabelan Yogjakarta, kemarin
        pagi telah dibuka dengan resmi oleh Menteri Agama
        Petruk Gareng Bagong penataran wartawan agama
Teras Berita Kapan (When)
        Kemarin pagi dengan bertempat di Pondok Pesantren
        Pabelan oleh Menteri Agama telah dibuka penataran
        wartawan agama tingkat nasional ke-2.

Teras Berita Mengapa atau Bagaimana  (Why)
        Untuk meningkatkan mutu wartawan agama dan
        meningkatkan kerukunan agama kemarin pagi
        oleh menteri agama Petruk Gareng Bagong telah
        dibuka penataran wartawan agama tingkat nasional

Tidak hanya sebatas berita, bentuk jurnalistik lain, khususnya dalam media cetak, adalah berupa opini. Bentuk opini ini dapat berupa tajuk rencana (editorial), artikel opini atau kolom (column), pojok dan surat pembaca..
1.      Observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita.
2.      Proses wawancara.
3.      Pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik.
4.      Partisipasi dalam peristiwa.
Sifat Berita
  1. Mengarahkan (Directive), karena berita ini dapat mempengaruhi khalayak, baik disengaja atau tidak. Maka berita ini sifatnya mengarahkan
  2. Menbangkitkan Perasaan (effectife), melalui berita ini dapat membangkitkan perasaan public
  3. Memberi Informasi (Informatife), berita in harus memberi informasi tentang keadaan yang terjadi sehingga memberi gambaran jelas dan menjadi pengetahuan public.
4.1 Kaidah-kaidah Penulisan Berita
Dalam penulisan berita, dalam hal ini menkonstruk peristiwa (fakta) tidaklah semena-mena. Penulisan berita didasarkan pada kaidah-kaidah jurnalistik. Kaidah-kaidah tersebut biasa dikenal dengan konsep ABC (Accuracy, Balance, Clarity).
Accuracy (akurasi)
    1. Dapatkan berita yang benar
    2. Lakukan re-cek terhadap data yang diperoleh
    3. Jangan mudah berspekulasi denga isu atau desas-desus
    4. Pastikan semua informasi dan data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kewenangan dan keabsahannya.







BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan:
1. Bahasa Indonesia Jurnalistik adalah bahasa Indonesia yang digunakan oleh kalangan Jurnalis. Bahasa yang digunakan sesuai kaidah bahasa Indonesia sebagaimana diatur dalam EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), namun penggunaannya telah disesuaikan dengan karakteristik media massa: ditujukan untuk umum, memiliki ruang/waktu terbatas, serta berusaha memenangkan persaingan.
2.Syarat bahasa Indonesia Jurnalistik adalah: 1) akurat dan mudah dipahami, 2) singkat dan padat, dan 3) menarik.
3. Akurat artinya penulisannya tepat, yaitu pemilihan kata dan atau kalimat mampu menggambarkan keadaan/persoalan yang hendak disampaikan secara tepat. Sedangkan mudah dipahami artinya tiap kata/kalimat yang digunakan harus dipahami semua khalayak.
4. Singkat dan padat artinya mampu menggambarkan keadaan atau persoalan secara tepat dan mudah dipahami dengan menggunakan kata sedikit mungkin sesuai jatah ruang/waktu.
5. Menarik artinya harus mampu memilih kata dan kalimat yang dapat menarik khalayak untuk membaca/mengikuti seluruh isi tulisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar