Senin, 23 Januari 2012

PAR


PERKENALAN Dengan
PENGKAJIAN DESA SECARA PARTISIPATIF

Program pembangunan pedesaan sudah berlangsung lama. Tetapi, program-program pembangunan yang dijalankan selama ini banyak memperoleh kritik. Kritik tersebut didasari suatu kenyataan di lapangan, bahwa proses pembangunan tidak mampu memberikan perubahan bagi masyarakat. Proyek-proyek pembangunan banyak yang bersifat mubazir, tidak berkelanjutan, dan justru memperparah situasi pedesaan. 
Kritik terhadap proyek pembangunan ini banyak ditujukan kepada metodologi proyek yang tidak “memanusiakan manusia” pedesaan. Metodologi ini didasari suatu keyakinan bahwa penyelesaian persoalan pedesaan hanya bisa ditangani oleh kaum profesional. Sementara petani dianggap sebagai kelompok yang tidak memiliki kemampuan menyelesaikan masalah atau justru dianggap sebagai bagian dari masalah itu sendiri. Metodologi seperti ini umumnya didasarkan pada bentuk-bentuk riset dengan menggunakan pendekatan logika sains (baca= metode ilmiah) dan penelitian-penelitian etnometodologis yang terpengaruh oleh ilmu-ilmu sosial positivistik[1].
Kritik terhadap metodologi pembangunan yang didasarkan pada bentuk-bentuk riset dengan menggunakan pendekatan logika sains (baca= metode ilmiah) dan penelitian-penelitian etnometodologis, pada intinya antara lain: 
(1)       Riset ini umumnya hanya menghasilkan pengetahuan yang empiris-analitis. Pengetahuan seperti ini memiliki kecenderungan tidak mendatangkan manfaat bagi masyarakat lokal.
(2)       Banyak  bermuatan  kepentingan teknis untuk melakukan rekayasa sosial (social enginering), seperti yang dikemukakan oleh Robert Chamber di muka.
(3)       Memungkinkan terjadinya "pencurian" terhadap kekayaan pengetahuan lokal oleh peneliti (orang luar)  sehingga sangat berpotensi untuk menyebabkan penindasan terhadap orang dalam (masyarakat lokal).. Sementara  pendekatan etnometodologis, meskipun berusaha memahami kehidupan sehari-hari masyarakat, mencoba menghasilkan pengetahuan yang bersifat historis-hermeuneutik, dan meyakini adanya makna di balik fenomena sosial, juga memiliki kelemahan. Yakni kecenderungannya untuk menghasilkan pengetahuan yang hanya bisa  memaafkan realita.
Berdasarkan pada kritik metodologi itulah kemudian lahir Participatory Rural Apraisal (PRA). PRA (Participatory Rural Appraisal) diterjemahkan Penilaian/Pengkajian/ Penelitian Keadaan Pedesaan secara partisipatif. PRA bisa juga didefinisikan sebagai ‘sekumpulan teknik dan alat yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan kemampuan dalam menganalisa keadaan mereka terhadap kehidupan dan kondisinya, agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan sendiri’(Chambers). PRA mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pengembangan
Dengan definisi tersebut, PRA harus dilihat sebagai sebuah pendekatan Kajian partisipatif dalam melakukan analisa situasi, potensi maupun masalah, yang dilakukan oleh masyarakat sendiri. Harus menjadi catatan bahwa PRA bukanlah menjadi tujuan, tetapi PRA merupakan satu tahap yang panjang dari suatu proses TRANSFORMASI [2] SOSIAL.
Salah satu kelemahan dengan istilah PRA adalah adanya anggapan bahwa PRA hanya sekedar metode ‘pengkajian’ atau metode ‘penelitian’ (oleh) masyarakat. Padahal tidak demikian, PRA dibangun di atas sejumlah prinsip-prinsip dasar yang syarat dengan nilai-nilai atau keyakinan. PRA dilakukan sebagai satu tahap dari proses yang panjang untuk meningkatkan kemampuan dan percaya diri masyarakat dalam mengidentifikasi serta menganalisa situasinya, yang sangat penting dalam membangun gerakan sosial dan proses transformasi sosial di masyarakat. Karena itu, ada beberapa prinsip yang perlu dipahami oleh siapapun yang terlibat dalam memfasilitasi kegiatan PRA.

 

Prinsip-Prinsip PRA

1.       Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)
Sering kali program-program pengembangan pedesaan tidak melibatkan masyarakat yang terabaikan. Meskipun secara retorika politik, program tersebut disusun di atas derita masyarakat terabaikan (baca= mereka ditulis sebagai sasaran pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, tetapi tidak pernah disentuh).
2.      Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat
Banyak program pemberdayaan  masyarakat berorientasi pada bantuan fisik. Program ini  umumnya berdampak negative, karena justru meningkatkan ketergantungan masyarakat pada bantuan dan pihak luar. PRA bertujuan lain, PRA bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menganalisa keadaannya dan meningkatkan taraf hidupnya secara mandiri dengan menggunakan sumber daya setempat serta menurun ketergantungan kepada pihak luar.
3.      Prinsip masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator
Sering kali masyarakat diikutkan dalam suatu program tanpa diberikan pilihan. Pihak luar melaksanakan program tersebut. PRA dilakukan oleh masyarakat. Pihak luar hanya berperan sebagai pendamping atau fasilitator. Jadi bukannya masyarakat yang harus berpartisipasi, tetapi orang luarlah yang harus berpartisipasi dalam program masyarakat.
4.      Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan
PRA adalah suatu proses belajar berdasarkan pengalaman. Setiap orang harus didudukkan sebagai manusia yang berpotensi dan setiap orang berpengalaman yang berbeda. Justru perbedaan-perbedaan ini merupakan kesempatan yang baik untuk saling berbagi belajar bersama.
5.      Prinsip terbuka, santai dan informal
Untuk mencipatakan keterbukaan di antara masyarakat, diperlukan suasana yang santai dan informal.
6.      Prinsip triangulasi
Kadang-kadang informasi yang digali oleh seseorang tidak sesuai persepsi orang lain. Kadang-kadang persepsi antar fasilitator berbeda dengan apa disampaikan oleh masyarakat karena latar belakang antar fasilitator yang berbeda. Kadang -kadang informasi yang dianalisa dengan suatu teknik belum pasti benar dan lengkap. Karena itu berlu prinsip ‘triangulasi’ atau cek dan recek. Ada tiga cara untuk triangulasi: 1. trianggulasi sumber informasi, 2. trianggulasi fasilitator, 3. trianggulasi teknik PRA. (lihat lampiran)
7.      Prinsip orientasi praktis
Orang dewasa belajar dengan baik apabila menyangkut persoalan yang menarik bagi dia dan ada kaitan dengan kehidupan sehari-harinya. Karena itu PRA perlu berorientasi praktis dan berkaitan dengan keadaan nyata masyarakat. Meskipun begitu, tidak boleh meninggalkan prinsip-prinsip analisis kritis.
8.      Prinsip belajar dari kesalahan
Sering kali orang takut untuk mengemukakan kesalahan-kesalahannya atau untuk menyalahkan orang lain. Dalam PRA diharapkan muncul keterbukaan, sehingga masyarakat mampu mengkaji kekurangannya dan belajar dari kelemahannya. PRA mendorong masyarakat untuk memperbaiki keadaannya secara terus-menerus.
9.      Prinsip berkelanjutan dan selang waktu
PRA merupakan salah satu tahap dalam proses pemberdayaan masyarakat. Proses pemberdayaan bertujuan kepada masyarakat sendiri (yang secara mandiri) mengambil aksi untuk melakukan proses perubahan. Setelah PRA dilaksanakan, diharapkan masyarakat mampu dan bersedia menyusun rencana kegiatan. Namun PRA harus berulang kembali dalam selang waktu tertentu sebagai metode pengkajian (monitoring evaluasi). Proses Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu proses pembelajaran yang tidak pernah berakhir!

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, PRA adalah sekumpulan teknik dan alat untuk menganalisa keadaan pedesaan. Selain itu, sikap fasilitator dalam penggunaan teknik dan alat tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil. Dan yang tidak boleh ditinggalkan adalah berbagi pengalaman, pengetahuan dan proses belajar dalam pelaksanaan teknik dan alat. Tiga hal  itu; yaitu teknik  dan alat PRA, sikap fasilitator dan berbagi, menjadi tiga pilar dari kajian keadaan pedesaan secara partisipatif, yang semua penting dan saling mengisi satu sama lain.



 



Daur Program PRA
Daur program adalah tahapan-tahapan dalam pengembangan program mulai dari: identifikasi masalah dan kebutuhan, pencarian alternatif kegiatan, pemilihan alternatif kegiatan, pengorganisasian dan pelaksanaan kegiatan serta pemantauan dan evaluasi program. Secara skematis, daur program dapat ditunjukkan sebagai berikut:
 




















Penjelasan Langkah-Langkah Pendekatan PRA dalam Daur Program
1.  Penjajagan/Pengenalan Kebutuhan
Langkah-langkah penjajagan kebutuhan adalah:
·        Pengenalan masalah,kebutuhan dan potensi masyarakat
·        Pengkajian hubungan sebab-akibat masalah masalah (identifikasi akar masalah)
·        Pengkajian potensi lokal dan luar.
·        Penetepan prioritas masalah berdasarkan kriteria masyarakat (antara lain: sifat mendesaknya, dan ketersediaan potensi masyarakat/sumberdaya)
2.  Perencanaan Kegiatan
Merupakan kelanjutan dari kegiatan penjajagan kebutuhan. Hasil penguraian masalah masalah dan potensi-potensi serta penyusunan prioritas masalah, dijabarkan menjadi:
·        Alternatif-alternatif pemecahan masalah
·        Alternatif-altenatif kegiatan yang bisa dilakukan sesuai dengan ketersediaan sumberdaya, baik lokal maupun dari luar.
·        Penentuan para pelaksana, penanggungjawab, dan pendamping kegiatan.
3.      Pelaksanaan/Pengorganisasian Kegiatan
Sesuai prinsip-prinsip dalam metode PRA, pelaksanaan kegiatan sebaiknya diorganisir dan dipimpin oleh anggota masyarakat sendiri, sedangkan orang luar hanya mendampingi. Yang harus diselesaikan dalam tahapan ini meliputi:
·        Pengaturan jadual kegiatan
·        Pembagian kelompok dan tugas-tugas
4.      Pemantauan Kegiatan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk melihat apakah program berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Biasanya dilakukan dalam jangka waktu pendek (per 3 bulan atau 6 bulan) dan hasilnya dituliskan dalam laporan kemajuan/perkembangan program. (Progress report).

5.      Evaluasi Kegiatan
Biasanya terdapat dua macam evaluasi kegiatan, yaitu:
·        Evaluasi program secara berkala, dilakukan untuk menilai arah dan kemajuan program, efisiensi dan efektifitas pekerjaan, dan mengarahkan kembali program.
·        Evaluasi akhir program (final evaluation), dilakukan untuk menilai hasil yang telah dicapai selama pengembangan program jangka waktu tertentu (beberapa tahun) apakah sudah mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan pada awal pengembangan program, bagaimana dampak program terhadap kesejahteraan hidup masyarakat, hasilnya disusun menjadi laporan akhir program.  

Visi, Tujuan Dan Unsur-Unsur PRA

VISI adalah pandangan terhadap keadaan masyarakat atau kehidupan yang melahirkan keinginan mendalam (cita-cita) untuk melakukan sesuatu.
VISI PRA yaitu terwujudnya perubahan sosial dan pemberdayaan masyarakat agar ketimpangan yang disebabkan oleh proses pembangunan dapat ditiadakan atau dikurangi, agar kesejahteraan dinikmati secara adil dan merata. Artinya;
·        Perlu dilakukan pemberdayaan  masyarakat agar terjadi perubahan perilaku serta perubahan sosial yang diharapkan.
·        Perlu dilakukan pendidikan masyarakat sebagai proses pemberdayaan tersebut.

Tujuan PRA
·        Tujuan Praktis (Jangka Pendek)
Menyelenggarakan kegiatan bersama masyarakat untuk mengupayakan pemenuhan kebutuhan praktis dan peningkatan kesejahteraan.
·        Tujuan Strategis (Jangka Panjang)
Mencapai pemberdayaan masyarakat dan perubahan sosial melalui pengembangan masyarakat dengan menggunakan pendekatan pembelajaran.  Yang  dimaksud pemberdayaan (empowerment) adalah menguatkan masyarakat, dengan cara memberikan dorongan kepada masyarakat agar menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya. Caranya melalui pembelajaran yang terus menerus selama kita mengembangkan program.
Sedangkan yang dimaksud dengan Perubahan Sosial (social change) adalah Perubahan cara-cara hidup dalam masyarakat, baik karena sebab-sebab dari dalam masyarakatnya sendiri maupun sebab-sebab dari luar. Perubahan sosial merupakan tujuan mendasar metode PRA. Tanpa tujuan peruhaban sosial, berarti bukan metode PRA. Perubahan yang diharapkan adalah: kehidupan masyarakat yang lebih baik yang dilakukan oleh masyarakat sendiri. Melalui proses penyadaran dan pembelajaran, diharapkan masyarakat mampu merubah hidupnya sendiri.

BAGAIMANA MELAKUKAN PENGKAJIAN

DESA SECARA PARTISIPATIF ?



Dalam melakukan kajian pedesaan secara partisipatif, ada tahapan-tahapan yang semsetinya dilalui. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

 

Persiapan Desa

Persiapan desa adalah tahap yang sangat penting untuk kelancaran proses pelaksanaan kajian. Persiapan sebenarnya sudah diawali dengan proses sosialisasi. Dengan persiapan ini diharapkan bahwa masyarakat dapat memahami maksud dan tujuan pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat (melalui PRA). Selain itu, persiapan dapat juga melahirkan suatu kepercayaan (trust), keterbukaan dan suasana akrab di antara masyarakat dan Tim PRA.
Oval Callout: Di sawahnya mbak…Rounded Rectangular Callout: Kalau siang… dimana biasanya petani berada?Salah satu tahap dalam sosialisasi adalah penyusunan rencana kegiatan PRA. Dalam rencana tersebut menyangkut tentang  kesepakatan mengenai:
·        Tempat
Biasanya masyarakat sendiri mengatur penyediaan tempat tersebut. Yang perlu diperhatikan meliputi:
a.       Luasnya tempat (cukup luas untuk semua peserta)
b.      Tempat sesuai kondisi cuaca
c.       Tempat mudah dicapai untuk seluruh masyarakat serta fasilitator
d.      Tempat cocok untuk teknik PRA yang mau dipakai.
·        Waktu
Waktu pelaksanaan Kajian Keadaan Pedesaan disepakati bersama masyarakat. Biasanya masyarakat tidak dapat mengikuti kegiatan sepanjang hari karena harus kerja kebun atau kerja lain.
Pelaksanaan PRA makan cukup banyak waktu dan perlu kesabaran masyarakat dan fasilitator. Kajian Keadaan Pedesaan terdiri dari lebih dari pada satu kegiatan dan perlu beberapa pertemuan dengan masyarakat. Waktu pelaksanaan disesuaikan dengan keadaan setempat dan keinginan masyarakat.
·        Pengumuman / Undangan
Rencana pelaksanaan perlu diingatkan kepada masyarakat supaya masyarakat, termasuk  yang tidak sempat hadir pada saat sosialisasi, akan mengikuti kegiatan PRA. Perlu diingatkan bahwa perempuan juga perlu terlibat dalam kegiatan kajian. Sering kali masalah-masalah yang diangkat kurang peka terhadap kebutuhan perempuan dan terlalu memperhatikan pria. Ingat bahwa dalam pengembangan masyarakat perempuan punya peran penting!
Line Callout 2: Ayo kita mengenal PRA…..Oval Callout: Apa ndak ada tempat yang luas seehCloud Callout: Sumpek mas !!!

 

Persiapan Dalam Tim PRA

Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif seringkali difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang dibentuk oleh agen pembangunan atau agen perubahan (agent of change). Anggota Tim Fasilitator dapat terdiri dari orang luar (dari agen pembangunan) maupun orang dalam (wakil-wakil masyarakat), pria dan wanita dan dari macam-macam disiplin/sektor. Tim Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif terdiri dari beberapa orang, dianjurkan minimal terdiri dari 3 orang. Yang penting di sini adalah kekompakan Tim yang merupakan penentu dari kelancaran proses kajian.
Persiapan tim tersebut sangat penting untuk kelancaran pelaksanaan di Pedesaan. Persiapan yang baik diharapkan dapat mencegah munculnya kebosanan masyarakat, konflik di antara fasilitator dan kebingungan masyarakat. Isu-isu penting yang dibahas pada persiapan tim meliputi:
·        Menentukan informasi yang akan dikaji
Informasi yang akan dikaji tergantung tujuan PRA. Tujuan bisa sangat umum (pemberdayaan masyarakat) atau bisa terkait dengan suatu isu, misalnya pengembangan agama atau perlindungan lahan kritis. Sesuai tujuan tersebut, yang telah disepakati dengan masyarakat, diputuskan informasi apa akan dikaji. Tim PRA harus memperhatikan bahwa informasi yang akan dikumpulkan harus memiliki relevansi dan tidak terlalu banyak ; yang penting kualitasnya!
·        Menentukan teknik PRA yang ingin dipakai
Berdasarkan informasi yang perlu dikaji, diputuskan teknik apa akan dipakai. Dari pengalaman dalam pelaksanaan PRA, teknik yang seringkali digunakan untuk mulai proses kajian meliputi pemetaan desa, kalender musim dan alur sejarah desa.
·        Menentukan dan menyediakan bahan pendukung dan media;
Media dan bahan pendukung ini sangat tergantung teknik PRA yang dipilih. Bahan pendukung yang bisa dimanfaatkan terdiri dari ‘bahan dari luar’ seperti kertas, spidol, kapur tulis dan lain-lain. Bahan lokal yang sering dipakai merupakan batu-batuan, daun-daunan, biji-bijian dan lain-lain. Pilihan bahan dan media yang cocok dan bervariasi sangat penting untuk mengatasi kebosanan masyarakat dan fasilitator.
·        Pembagian Tugas dalam tim kajian kedaan pedesaan partisipatif
Untuk menerapkan PRA  perlu diadakan pembagian tugas dalam tim untuk masing-masing anggota. Tugas yang biasanya ada dalam TIM PRA meliputi:
a.       Pemandu diskusi / fasilitator utama.  Peran bertugas membangun proses diskusi, mendorong masyarakat untuk berdiskusi di antara mereka sendiri serta berbagi pengalaman;
b.      Pemerhati proses. Peran ini bertugas untuk mendampingi dan membantu fasilitator utama dalam memperlancar kegiatan serta menjaga proses agar tujuan akan tercapai. Dia melibatkan peserta pasif dan mengatasi peserta yang terlalu dominan (dengan cara yang halus!!)
c.       Pencatat proses. Peran ini bertugas melakukan pencatatan sebagai dokumentasi proses dan hasil diskusi secara lengkap dan obyektif;
d.      Penerjemah.  Penterjamah diperlukan untuk membantu anggota tim yang tidak menguasai bahasa daerah setempat.


MENGENAL TEKNIK
PENGKAJIAN DESA SECARA PARTISIPATIF

PRA  atau pengkajian desa secara partisipatif mempunyai sejumlah teknik untuk mengumpulkan dan membahas data.  Tehnik ini berguna untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat.  Tehnik-tehnik PRA antara lain:

1.    Secondary Data Review (SDR)
SDR merupakan cara mengumpulkan sumber-sumber informasi yang telah diterbitkan maupun yang belum disebarkan. Tujuan dari usaha ini adalah untuk mengetahui data manakah yang telah ada sehingga tidak perlu lagi dikumpulkan. Manfaat dari secondary data adalah untuk memperjelas topik-topik yang dibahas dalam PRA.
2.   Direct Observation
Direct Observation adalah kegiatan observasi langsung pada obyek-obyek tertentu, kejadian, proses, hubungan-hubungan masyarakat dan mencatatnya. Tujuan dari teknik ini adalah untuk melakukan cross-check terhadap jawaban-jawaban masyarakat.
3.    Semi-Structured Interviewing (SSI)
Teknik ini adalah wawancara yang mempergunakan panduan pertanyaan sistematis yang hanya merupakan panduan terbuka dan masih mungkin untuk berkembang selama interview dilaksanakan.  SSI dapat dilakukan bersama individu yang dianggap mewakili informasi, misalnya wanita, pria, anak-anak, pemuda, petani, pejabat lokal.  Dapat juga oleh informan kunci, misalnya orang-orang yang dianggap mempunyai pengetahuan tertentu dimana pengetahuan itu tidak dimiliki oleh orang lain, misalnya petani, petugas kesehatan. Dapat juga dilakukan oleh kelompok, dalam rangka memperoleh informasi dari semua level masyarakat.  Tetapi dapat juga kelompok yang terfokus, yakni mendiskusikan topik-topik khusus secara mendetil.  Tujuan untuk mengumpulkan informasi kuantitatif maupun kualitatif yang berhubungan dengan tema/topik yang dibahas, misalnya profil keluarga, daftar kegiatan sehari-hari.
4.   Focus Group Discussion
Teknik ini berupa diskusi antara beberapa orang untuk membicarakan hal-hal yang bersifat khusus secara lebih mendalam.  Tujuannya untuk memperoleh gambaran terhadap suatu masalah tertentu dengan lebih rinci.
5.   Preference Ranking and Scoring
Adalah teknik untuk menentukan secara cepat problem-problem utama dan pilihan-pilihan masyarakat. Tujuan dari teknik ini adalah untuk memahami prioritas-prioritas kehidupan masyarakat sehingga mudah untuk diperbandingkan. Bentuk-bentuk voting juga termasuk preference ranking yang dilakukan dalam kelompok.
6.   Pairwise Ranking
Teknik ini upaya membuat ranking dari semua yang berkaitan dengan hidup masyarakat secara individual. Tentu saja disesuaikan dengan tema-tema tertentu, misalnya penggunaan waktu, pekerjaan, peranan anggota masyarakat dsb. Tujuannya adalah untuk memahami masalah utama dan pilihan individual dari anggota masyarakat dan mengetahui kriteria-kriteria yang dipergunakan mereka.
7.   Direct Matrix Ranking
Direct Matrix Ranking adalah sebuah bentuk ranking yang mengidentifikasi daftar kriteria obyek tertentu. Tujuannya untuk memahami alasan terhadap pilihan-pilihan masyarakat, misalnya mengapa mereka lebih suka menanam pohon rambutan dibvanding dengan pohon yang lain. Kriteria ini mungkin berbeda dari satu orang dengan orang lain, misalnya menurut wanita dan pria tentang tanaman sayur.
8.   Wealth Ranking
Wealth ranking atau rangking kesejahteraan masyarakat di suatu tempat tertentu.  Tujuannya untuk memperoleh gambaran profile kondisi sosio-ekonomis dengan cara menggali persepsi perbedaan-perbedaan kesejahteraan antara satu keluarga dan keluarga yang lainnya dan ketidak seimbangan dimasyarakt, menemukan indikator-indikator lokal mengenai kesejahteraan.  Wealth ranking berasumsi bahwa masyarakat punya pandangan dan ukuran-ukuran sendiri mengenai kesejahteraannya serta mereka sangat mengenali kondisinya.
9.   Mobility Mapping
Mobility mapping adalah sebuah alat untuk menggambarkan hubungan masyarakat dengan pihak luar.  Tujuan dari tehnik ini adalah untuk mencatat, membandingkan dan menganalisa mobilitas dari berbagai kelompok masyarakat dalam sebuah komunitas masyarakat tertentu.  Disamping itu tehnik ini akan menggambarkan indikator-indikator bahwa anggota masyarakat telah melakukan kontak dalam hal kebebasan, pendidikan, perdagangan, dan layanan-layanan lainnya.
10.  Social Mapping
Tehnik ini adalah sebuah berupa cara untuk membuat gambar kondisi sosial ekonomi masyarakat, misalnya gambar posisi permukiman, sumber-sumber mata pencaharian, peternakan, jalan, puskesmas, dan sarana-sarana umum, serta jumlah anggota keluarga, pekerjaan.  Hasil gambaran ini merupakan peta umum sebuah lokasi yang menggambarkan keadaan masyarakat maupun lingkungan fisik.  Tujuannya untuk menganalisa dan mendalami bersama keadaan masyarakat pada umumnya, sehingga muncul topik-topik atau tema-tema tertentu.
11.  Transect
Transect merupakan teknik penggalian informasi dan media pemahaman daerah melalui penelusuran dengan berjalan mengikuti garis yang membujur dari suatu sudud ke sudud lain di wilayah tertentu. Teknik ini bisa dipergunakan untuk gambaran sekarang, masa lalu (historical transect), atau yang akan datang. Tujuannya untuk memahami bersama tentang karakteristik dan keadaan dari tempat-tempat tertentu misalnya keadaan lahan, jenis tanaman, permukiman, sumber mata pencaharian, sumber air, gambaran peran laki-laki perempuan, cara-cara yang pernah ditempuh untuk mengatasi masalah.
12.  Seasonal Calendar
Seasonal Calendar adalah penelusuran kegiatan musiman  tentang keadaan-keadaan dan permasalahan yang berulang-ulang dalam kurun waktu tertentu (musiman) di masyarakat. Tujuan teknik  untuk mefasilitasi kegiatan penggalian informasi dalam memahami pola kehidupan masyarakat, kegiatan, masalah-masalah, fokus masyarakat terhadap suatu tema tertentu, mengkaji pola pemanfaatan waktu, sehingga diketahui kapan saat-saat sibuk dan saat-saat waktu luang. Kemudian juga sebagai upaya untuk mendiskusikan tawaran perubahan kalender dalam kegiatan masyarakat.
13.  Time Line (Trends and Historical profile)
Time line adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui kejadian-kejadian dari suatu waktu sampai keadaan sekarang dengan persepsi orang setempat. Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai topik-topik penting di masyarakat. Topik-topik yang berulang ini dapat dijadikan topik penting untuk dibahas dengan lebih mendalam. Kearah mana kecenderungan-kecenderungan masyarakat dari waktu ke waktu.
14.  Livelihood Analysis
Teknik ini adalah alat analisa mata pencaharian masyarakat. Masayarakat akan terpandu untuk mendiskusikan kehidupan mereka dari aspek mata pencaharian. Tujuan dari teknik yaitu memfasisilitasi pengenalan dan analisa terhadap jenis pekerjaan, pembagian kerja pria-wanita, potensi dan kesempatan, hambatan, gambaran siapa lebih kaya dan siapa lebih miskin, kebutuhan masyarakat.
15.  Flow/Causal Diagram
Tehnik ini digunakan untuk menggambarkan adanya hubungan antara berbagai masalah satu dengan yang lain berupa kaitan sebab dan akibat dari masalah yang lainnya.  Tujuan tehnik ini adalah sebagai media untuk mendiskusikan hubungan satu tema dengan tema yang lain, sehingga diketahui masalah satu disebabkan oleh masalah yang lain.
16.  Venn Diagram
Teknik ini adalah untuk mengetahui hubungan institusional dengan masyarakat. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh masing-masing institusi dalam kehidupan masyarakat serta untuk mengetahui harapan-harapan apa dari masyarakat terhadap institusi-institusi tersebut.
17.  Farm Sketch
Teknik ini adalah sebuah cara untuk memperoleh gambaran mengenai bentuk tipikal pengelolaan sebuah lingkungan kebun yang menggambarkan model pengelolaan tata ruang yang dimiliki oleh salah satu anggota masyarakat. Tujuan teknik ini adalah sebagi upaya untuk memberikan rujukan contoh nyata sebagai bahan analisis terhadap pengelolaan lingkungan.
18.  Trends and Changes
Trends and change adalah teknik untuk mengungkapkan kecenderungan dan perubahan yang terjadi di masyarakat dan daerahnya dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya untuk memahami perkembangan bidang-bidang tertentu dan perubahan-perubahan apa yang terjadi dimasyarakat dan daerahnya.
19.  Daily Routine Diagram
Tehnik ini berupa usaha bersama membuat diagram yang menggambarkan kegiatan sehari-hari dari anggota masyarakat.  Tujuan tehnik yaitu untuk mendapatkan gambaran pola kegiatan harian anggota masyarakat.  Pola-pola kegiatan ini dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya atau pada masing-masing sub-group, seperti wanita, pria, orang tua, orang muda, pekerja, pengangguran, orang yang berpendidikan dan tidak, dsb.
20.  Historical Profile
Merupakan tehnik untuk mengumpulkan kejadian-kejadian penting masa lalu di masyarakat yang sampai sekarang masih ada bekas-bekasnya.  Tujuannya untuk memahami kondisi sekarang berdasarkan hubungan kausal dan sekarang masih menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat.  Yang dapat digali misalnya, pengenalan pupuk baru, penggunaan bibit-bibit baru, epidemi, peristiwa politik, bangunan infrastruktur dsb.

TEKNIK-TEKNIK INI TIDAK  BAKU,
SILAKAN MENAMBAH TEKNIK LAIN.

 Teknik 1
PEMETAAN
(MAPPING)


Pengertian
Pemetaan desa  adalah menggambar kondisi wilayah (desa, dusun, RT, atau wilayah yang lebih luas) bersama masyarakat.  .

Tujuan
Teknik  PRA ini digunakan untuk memfasilitasi masyarakat dalam mengungkapkan keadaan wilayah desa tersebut beserta lingkungannya sendiri. Hasilnya adalah peta atau sketsa keadaan sumberdaya umum desa atau peta dengan topik tertentu (peta topikal), sesuai kesepakatan dan tujuannya, misalnya ‘peta pemeluk agama Islam’,   'peta penyebaran Islam’.
Teknik ini banyak digunakan dan mengarah kepada teknik-teknik lain

Bagaimana Melakukan Pemetaan?
Pemetaan dapat dilakukan di atas tanah atau di atas kertas. Sering kali dipakai simbol-simbol dan peralatan yang sederhana seperti tongkat, batu-batuan dan biji-bijian. Keuntungan pemetaan dibuat di atas tanah adalah  luasnya peta yang tidak terbatas dan banyak orang dapat berperan aktif dalam pelaksanaannya. Tetapi, kalau digambar di tanah, hasilnya harus digambar kembali atas kertas agar hasilnya tidak hilang.






Rounded Rectangular Callout: Nah, disitu letak Masjidnya

Oval Callout: Mana letak sumber airnya?














Langkah-langkah melakukan Pemetaan:
1.        Sepakatilah tentang topik peta (umum atau topikal) serta wilayah yang akan digambar. Misalnya, topic tentang “peta agama Islam di desa Karang Gotheng”.
2.        Sepakatilah tentang simbol-simbol yang akan digunakan. Misalnya, rumah menggunakan daun, sungai menggunakan garis tebal, dsb.
3.        Menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan.
4.        Gambarlah (bersama masyarakat!!) batasan-batasan wilayah dan beberapa titik tertentu (misalnya jalan, sungai, rumah ibadah, sekolah, pasar, kantor desa).
5.        Ajaklah masyarakat untuk melengkapi peta dengan detail-detail sesuai topik peta (umum atau topikal).
6.        Diskusikan lebih lanjut bersama masyarakat tentang keadaan, masalah-masalah, sebabnya serta akibatnya
7.        Ajaklah masyarakat untuk menyimpulkan hasil-hasil yang dibahas dalam diskusi.
8.        Tim yang bertugas sebagai pencatat proses, bertugas mendokumentasi semua hasil diskusi dan kalau pembuatan peta dan diskusi sudah selesai, peta digambar kembali atas kertas (secara lengkap dan sesuai peta masyarakat).

Contoh hasil pemetaan:








Peta Kesejahteraan Masyarakat Desa “XXX”
 

 


Teknik 2

 


KALENDER MUSIM

(SEASONAL CALENDAR)


Kehidupan masyarakat sedikit banyak dipengaruhi oleh pola atau daur kegiatan yang sama dan berulang dalam siklus waktu tertentu.  Misalnya pada masyarakat pedesaan kehidupan sosial ekonomi sangat dipengaruhi oleh musim-musim yang berkaitan dengan aktivitas pertanian seperti musim tanam, musim panen, musim hujan dan musim kemarau.  Pada masyarakat perkotaan jenis musim yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat mungkin agak berbeda misalnya musim buah, musim hari besar, musim tahun ajaran baru dan sebagainya.  Selain itu ada juga daur kegiatan yang bisa dikatakan sellau berulang dalam kedua macam masyarakat baik di desa maupun di kota misalnya musim penyakit tertentu, musim perkawinan dan sebagainya.
Dengan mengenali dan mengkaji pola-pola ini maka kita akan dapat memperoleh gambaran yang cukup memadai untuk penyusunan suatu program bagi masyarakat.  Upaya menggali informasi yang berhubungan dengan siklus musim ini dalam tehnik PRA disebut analisa Seasonal Calender (analisa kalender musim).

Pengertian
Seasonal calender adalah dua kata dalam bahasa Inggris yang masing-masing artinya sebagai berikut:  seasonal adalah jadwal permusim, sedangkan arti calendar adalah penanggalan.  Sebagai terminologi dalam tekhnik PRA arti seasonal calendar adalah suatu tekhnik PRA yang dipergunakan untuk mengetahui kegiatan utama, masalah, dan kesempatan dalam siklus tahunan yang dituangkan dalam bentuk diagram. Hasilnya, yang digambar dalam suatu ‘kalender’ dengan bentuk matriks, merupakan informasi penting sebagai dasar pengembangan rencana program.

Tujuan
Tujuan dipergunakannya analisa seasonal calender dalam tekhnik PRA adalah sebagai berikut:
1.        Mengetahui pola kehidupan masyarakat pada siklus musim tertentu.
2.        Mengidentifikasi siklus waktu sibuk dan  waktu luang masyarakat.
3.        Mengetahui siklus masalahan yang dihadapi masyarakat pada musim-musim tertentu.
4.        Mengetahui siklus peluang dan potensi yang ada pada musim-musim tertentu


Bagaimana Pembuatan Kalender Musim?
Kalender musim dapat dibuat di atas kertas atau di tanah. Sering kali dipakai simbol-simbol. Untuk simbol tersebut dapat dimanfaatkan biji-bijian, daun-daunan, batu-batuan dan lain-lain. Kalau digambar di tanah, hasilnya harus digambar kembali di atas kertas.
Contoh kalender musim:


 













Langkah-langkah Pembuatan Kalender Musim:
1.        Ajaklah masyarakat untuk menggambar sebuah kalender dengan 12 bulan (atau 18 bulan) sesuai kebutuhan. Tidak perlu mengikuti kalender tahunan, bisa mulai pada bulan lain, misalnya sesuai musim tanam.
2.        Diskusikan secara  umum tentang jenis-jenis kegiatan serta keadaan apa yang paling sering terjadi pada bulan-bulan tertentu dan apakah kegiatan itu selalu terulang dari tahun ke tahun. Misalnya, pada bulan keberapa masyarakat melakukan upacara bersih desa.
3.        Sepakati bersama masyarakat tentang symbol-simbol yang akan digunakan.
4.        Ajaklah masyarakat menggambarkan kegiatan-kegiatan utama serta keadaan-keadaan kritis yang berakibat besar bagi masyarakat dalam kalender.
5.        Diskusikan lebih lanjut (lebih mendalam) bersama masyarakat tentang keadaan, masalah-masalah, sebabnya serta akibatnya
6.        Sesuaikan gambaran dengan hasil diskusi.
7.        Ajaklah masyarakat untuk menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi
8.        Tim yang bertugas sebagai pencatat proses, bertugas mendokumentasi semua hasil diskusi. Kalau  pembuatan bagan dan diskusi sudah selesai, bagan digambar kembali atas kertas (secara lengkap dan sesuai gambar masyarakat).

Teknik 3

PENELUSURAN DESA

(Transek)


Pengertian dan Tujuan
Transek (Penelusuran Desa) merupakan teknik untuk memfasilitasi masyarakat dalam pengamatan langsung lingkungan dan keadaan sumberdaya dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati. Dengan teknik transek, diperoleh gambaran keadaan sumber daya alam masyarakat beserta masalah-masalah, perubahan-perubahan keadaan dan potensi-potensi yang ada. Hasilnya digambar dalam diagram transek atau ‘gambaran irisan muka bumi’.
Jenis-jenis transek meliputi ‘Transek sumber daya desa umum’, Transek sumber daya alam’, Transek Topik Tertentu’, misalnya “transek mengamati kesehatan lingkungan masyarakat” atau “transek perkembangan agama”.
 











Bagaimana melakukan Transek?
Transek biasanya terdiri dari dua tahapan utama yaitu:
·        perjalanan dan observasi
·        pembuatan gambar transek
Hasilnya biasanya langsung digambar atas flipchart (kertas lebar). Sebelum melakukan Transek perlu disiapkan bahan dan alat seperti kertas flipchart, kartu warna-warni, spidol, makanan dan minuman. Kegiatan transek biasanya makan waktu yang cukup lama.
Perjalanan
·        sepakatilah tentang lokasi-lokasi penting yang akan dikunjungi serta topik-topik kajian yang akan dilakukan (misalnya penggunaan lahan, jenis tanah, pengairan, ketersediaan pakan ternak, masalah, potensi dan lain-lain)
·        sepakatilah lintasan penelusuran serta titik awal dan titik akhir (bisa memanfaatkan hasil Pemetaan Desa)
·        lakukan perjalanan dan mengamati keadaan, sesuai topik-topik yang disepakati
·        buatlah catatan-catatan hasil diskusi di setiap lokasi (tugas pencatat)

Pembuatan gambaran transek
·        sepakatilah simbol yang akan dipergunakan dan mencatat simbol dan artinya
·        gambarlah bagan transek berdasarkan hasil lintasan (buatlah dengan bahan yang mudah diperbaiki / dihapus agar masih dapat dibuat perbaikan)
·        untuk memfasilitasi penggambaran, masyarakat diarahkan untuk menganalisa mengenai:
*     perkiraan ketinggian
*     perkiraan jarak antara satu lokasi dengan lokasi lain
*     mengisi hasil diskusi  tentang topik-topik dalam bentuk bagan / matriks (lihat contoh)
·        kalau gambar sudah selesai, mendiskusikan kembali hasil dan buat perbaikan jika diperlukan
·        mendiskusikan permasalahan dan potensi di masing-masing lokasi.
·        menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi.
·        pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi.

Teknik 4

 

BAGAN HUBUNGAN KELEMBAGAAN

(DIAGRAM VENN)



Pengertian
Diagram Venn merupakan teknik yang bermanfaat untuk melihat hubungan masyarakat dengan berbagai lembaga yang terdapat di desa (dan lingkungannya). Diagram venn memfasilitasi diskusi masyarakat untuk mengidentifikasi pihak-pihak apa berada di desa, serta menganalisa dan mengkaji perannya, kepentingannya untuk masyarakat dan manfaat untuk masyarakat. Lembaga yang dikaji meliputi lembaga-lembaga lokal, lembaga-lembaga pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga-lembaga swasta (termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat). Diagram Venn bisa sangat umum atau topikal; mengenai lembaga-lembaga tertentu saja, misalnya yang kegiatannya berhubungan dengan penyuluhan pertanian saja, kesehatan saja atau pengairan saja.

Tujuan
Teknik ini bertujuan memperoleh data tentang:
1.        Pengaruh lembaga/ tokoh masyarakat yang ada di wilayah terhadap kehidupan dan persoalan warga masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan.
2.        Tingkat kepedulian dan frekwensi lembaga/tokoh masyarakat dalam membantu memecahkan persoalan yang dihadapi oleh warga masyarakat

Bagaimana membuat Diagram Venn?
Diagram Venn dapat dibuat di atas kertas atau di tanah. Sering kali dipakai kertas (yang digunting dalam bentuk lingkaran) dan spidol.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan Diagram Venn meliputi:
1.        Mintalah kepada peserta pertemuan baik laki‑laki dan perempuan untuk membentuk beberapa kelompok dengan anggota 5‑10 orang. Jika perlu minta kelompok yang dibentuk menurut jenis kelamin.
2.        Bahaslah dengan masyarakat lembaga-lembaga yang terdapat di desa (lembaga-lembaga yang terkait dengan topik yang akan dibahas)
3.        Catatlah daftar lembaga-lembaga pada flipchart (kertas potongan)
4.        Guntinglah sebuah lingkaran kertas yang menunjukkan masyarakat
5.        Sepakatilah mengenai simbol-simbol yang dipergunakan, misalnya:
®      besarnya lingkaran: menunjukkan pentingnya lembaga-lembaga tersebut menurut pemahaman masyarakat. Semakin penting suatu lembaga maka semakin besar lingkaran
®      jarak dari tingkatan masyarakat:  menunjukkan pengaruh lembaga tersebut menurut pemahaman masyarakat. Semakin dekat dengan lingkaran masyarakat maka lembaga tersebut semakin berpengaruh.
6.      Tulislah kesepakatan simbol-simbol tersebut pada flipchart agar mudah diingat oleh masyarakat
7.      Bahaslah apakah lembaga-lembaga tersebut ‘penting’  menurut pemahaman masyarakat dan menyepakati besarnya lingkaran yang mewakili lembaga tersebut
8.      Guntinglah kertas-kertas yang berbentuk lingkaran yang besarnya sesuai dengan kesepakatan, tulislah nama lembaga tersebut pada lingkaran itu
9.      Letakkanlah lingkaran masyarakat di atas lantai
10.  Bahaslah bagaimana manfaat lembaga tersebut terhadap masyarakat yang ditunjukkan oleh jaraknya dari lingkaran masyarakat
11.  kalau semua lembaga telah ditempatkan, periksalah kembali dan diskusikan kebenaran informasi tersebut
12.  Buatlah perubahan kalau memang diperlukan.
13.  Diskusikan bersama masayarakat permasalahan dan potensi masing-masing lembaga.
14.  Simpulkan bersama masyarakat apa yang dibahas dalam diskusi.
15.  Tim yang bertugas sebagai pencatat proses, bertugas mendokumentasi semua hasil diskusi dan kalau pembuatan diagram dan diskusi sudah selesai, diagram digambar kembali atas kertas (secara lengkap dan sesuai gambar masyarakat).

Yang perlu diperhatikan pentingnya suatu lembaga terhadap masyarakat (yang ditunjukkan oleh besarnya lingkaran) belum tentu dirasakan manfaatnya oleh masyarakat (yang ditunjukkan oleh jarak dari lingkaran masyarakat)

Teknik 5
ALUR SEJARAH
( TIMELINE )

Pengertian
Timeline adalah teknik penelusuran alur sejarah suatu masyarakat dengan menggali kejadian penting yang pernah dialami pada alur waktu tertentu.
Alasan melakukan timeline adalah :
1.   Teknik ini dapat menggali perubahan-perubahan yang terjadi, masalah-masalah dan cara menyelesaikannya, dalam masyarakat secara kronologis,  .
2.   Teknik ini dapat memberikan informasi awal yang bisa digunakan untuk memperdalam teknik-teknik lain.
3.   Sebagai langkah awal untuk teknik trend and change
4.   Dapat menimbulkan kebanggaan masyarakat dimasa lalu
5.   Dengan teknik ini masyarakat merasa lebih dihargai sehingga hubungan menjadi lebih akrab.
6.   Dapat untuk menganalisa hubungan sebab akibat antara berbagai kejadian dalam sejarah kehidupan masyarakat, seperti; perkembangan desa, peran wanita, kondisi lingkungan, perekonomian, kesehatan atau perkembangan penduduk.


Tujuan
Tujuan time line adalah
1.      Mengungkap kembali alur sejarah masyarakat suatu wilayah yang meliputi; Topik-topik penting yang terjadi pada tahun-tahun tertentu. 
2.      Mengetahui kejadian-kejadian yang ada di dalam masyarakat secara kronologis.
3.      Mengetahui kejadian penting masa lalu yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.
4.      Masyarakat memahami kembali keadaan mereka pada masa kini dengan mengetahui latar belakang masa lalu melalui peristiwa penting dalam kehidupan mereka dimasa lalu.

Langkah-langkah Pembuatan Timeline
Langkah-langkah yang dilakukan selama proses timeline adalah sebagai berikut;
1.   Memilih Nara Sumber Lokal (masyarakat asli) yang sudah lama tinggal di daerah tersebut dan benar-benar memahami sejarah wilayahnya.
2.  Tim dan Nara Sumber Lokal yang terpilih menentukan waktu dan tempat pertemuan
3.   Setelah semua peserta berkumpul, ketua tim memperkenalkan diri kepada seluruh peserta yang hadir.
4.   Selanjutnya menjelaskan pengertian timeline (penelusuran alur sejarah desa), tujuan serta manfaat kegiatan ini.
5.   Diteruskan dengan menjelaskan hal-hal yang akan digali dalam pembuatan timeline.
6.   Setelah semua Nara Sumber Lokal paham, peserta & tim bisa memulai proses penggalian data melalui sumbang saran, tanya jawab dan diskusi. Untuk memulai dialog bisa dibuka dengan bagaimana asal usul nama daerah tersebut. Catatan : Kalender sosial didesa akan membantu mengingat peristiwa dimasa lalu.
Dalam menggali informasi bisa dengan memberikan stimulasi (mengingatkan kembali) topik-topik seperti misalnya;
Catatan khusus: point-point yang dapat dipakai untuk memulai penggalian informasi.
o   Dimulai dengan mengetengahkan sejarah terbentuknya pemukiman, asal-usul penduduk atau perkembangan jumlah penduduk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar