Kamis, 22 Desember 2011

TRUE LOVE


TRUE LOVE
 oleh :erin rismaya
“Berlari menuju laut lepas, panorama alam yang seakan  memberikan kebebasan untuk teriakan semua yang menjadi beban. Laut, laut, laut, ombaknya yang terus bergulung saling mengejar satu sama lain, mengisyaratkan sebuah kebebasan, mengajarkan untuk selalu berlari tanpa mengenal lelah demi mengejar impian sampai menepi di tepi tujuan lalu menghirup udara hasil perjuangan kala meraih cita-cita dan  impian. Dan aku ingin seperti ombak itu yang seakan selalu bersemangat berlomba dengan ombak yang lainnya tuk sampai ke tepian dalam meraih mimpi, tapi aku terlalu lemah untuk menjadi seorang yang seperti itu. Aku terlalu rapuh dengan semua keadaan, aku terlalu menyerah dengan semua yang terjadi dan aku terlalu pasrah dengan semuanya. Andai aku seperti ombak-ombak itu.” ucap Berliana seorang gadis perempuan yang sangat cantik.
Mendengar setiap kata yang terangkai dalam kalimat yang diucapkan Berliana membuat hati Gingga terenyuh “Kamu seharusnya jangan mengucapkan kata-kata seperti itu, Berliana. Aku yakin kamu pasti kuat, aku yakin kamu pasti bisa untuk hadapi semuanya, aku yakin itu, Berliana.” Gingga menghapus air mata Berliana yang keluar. “Tapi buktinya aku tetap saja seperti ini, rapuh dan seakan tak berdaya.” Jawab Berliana yang kemudian menundukan kepala dan lalu menangis. “Kamu pasti kuat Berliana, yakinlah” Gingga mendekap Berliana.
Lama sekali Gingga mendekap Berliana hingga akhirnya Gingga melepaskan dan menunjukan keindahan mentari yang mulai terbenam. Keduanya terlarut dalam keindahan pemandangan mentari yang sedang terbenam. Pemandangan lautan lepas nan indah dengan panorama yang begitu sempurna terlukis, dan mentari yang mulai menghilang dari pandangan bumi dan hari semakin gelap.
“Kuatkan aku, Gingga” ucap Berliana penuh harapan. “Pasti, aku akan selalu menguatkan kamu, Berliana” Gingga menjawab dengan penuh keyakinan. “Jangan lupakan aku”. Ungkap Berliana dengan garis wajah yang terlihat jelas begitu berat Berliana melepas kepergian Gingga. “Tidak akan Berliana, aku tidak akan sanggup melupakan kamu dan kenangan indah kita dulu”. Gingga menjawab lagi dengan penuh keyakinan. “Kamu janji kamu tidak akan lupakan aku !.” Berliana meyakinkan jawaban Gingga. “Iya, aku berjanji Berliana. Aku tidak akan lupakan kamu dan saat mentari mulai terbenam saat itulah aku pasti sedang mengingatmu, ini adalah kenangan termanis kita sebelum aku berangkat. Kepergianku bukan untuk meninggalkan kamu tapi aku akan kembali memberikanmu kebahagiaan dan kepergianku ini akan mendewasakan kita nanti, kelak jika aku kembali sambutlah aku dengan senyummu”. Mendengar kata-kata yang di ucapkan Gingga membuat Berliana tidak mampu lagi menahan air matanya, ia menangis tanpa henti dan air matanya terus membasahi kedua pipinya, ia tidak sanggap untuk hadapi kenyataan bahwa ia akan berpisah dengan Gingga, kekasihnya yang begitu ia sayangi. Begitu banyak cerita indah dan kenangan manis yang telah mereka lalui hingga akhirnya mereka harus berpisah karena keadaan. Apa yang terjadi dalam hidup ini memang tak selalu sama dengan apa yang di angan-angankan dan apa yang dicita-citakan. Begitu juga dengan angan-angan Gingga dan Berliana ketika keduanya masih memakai pakaian seragam putih abu. Masa di mana mereka pertama kali saling mengenal hingga akhirnya saling menyayangi dan mengikatnya dengan sebuah jalinan kasih hingga akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai dan mulai merajut kenangan dan cerita indah. Namun tak ada keindahan yang selalu berlangsung abadi. Kedua orang tua Gingga menginginkan Gingga tuk melanjutkan menuntut ilmu ke perguruan tinggi di luar negeri. Gingga adalah anak pertama dari tiga bersaudara dan ia adalah anak laki-laki satu-satunya. Begitu besar harapan dan cita-cita kedua orang tua Gingga untuk melihat anak laki-lakinya nanti kelak menjadi seorang yang sukses.
      “Kamu jangan menangis lagi ya, sayang. Aku pasti akan kembali untuk kamu” ungkap Gingga sambil mengusap air mata Berliana. “Aku pasti akan selalu menunggu kamu” Jawab Berliana.
Malam semakin larut dan haripun berganti hari.

---ooOoo---

Siang itu Berliana yang masih duduk di bangku SMA yang baru saja naik kelas ke kelas tiga sangat tidak sabar untuk pergi ke bandara. Dan saat bel pulang sekolah berbunyi, ia langsung pergi bergegas menuju bandara. Dan benar saja, disana Gingga sedang menunggu kedatangan Berliana beserta keluarganya. Pertemuan pertama Berliana dengan keluarga Gingga dan sekaligus perpisahannya dengan Gingga untuk sementara itu membuat hari itu sungguh menjadi sesuatu yang tidak akan pernah terlupakan.
Berlianapun menyapa salam kepada keluarga Gingga dan sambutan yang hangat dari keluarga Gingga membuat hati Berliana sangat senang karena ternyata Gingga telah bercerita kalau dirinya adalah kekasih Gingga kepada keluarganya yang kemudian Gingga langsung memperkenalkan Berliana sebagai kekasihnya kepada keluarganya. Betapa senangnya hati Berliana namun disamping itu, ia juga merasa sedih karena ia harus berpisah walau hanya untuk sementara dengan kekasihnya yang sangat ia sayangi.
“Kamu baik-baik disana ya, jangan lupakan aku” ucap Berliana dengan mata berkaca-kaca. “Aku akan baik-baik saja, Berliana. Aku tidak akan lupakan kamu dan aku juga tidak akan lupakan janjiku malam itu, asal kamu tidak berpaling selama aku tidak bersamamu, tunggu aku sampai aku kembali hanya untuk kamu, Berliana”. Pesan Gingga untuk Berliana. “Aku tidak akan berpaling dari kamu, Gingga. Aku menyayangimu lebih dari yang kamu tahu dan aku pasti akan menunggu kamu, aku menyayangimu.” Ungkap Berliana. “Kamu juga jaga diri kamu baik-baik ya selama aku tidak bersamamu” Gingga menambahkan. “Aku pasti akan jaga diri baik-baik”. Jawab Berliana.
Dan Ginggapun pergi berlalu menuju pesawat yang akan membawanya ke Amerika Serikat. Berliana menyaksikan pesawat itu dan air matanya lagi-lagi menetes dan membasahi kedua pipinya hingga akhirnya keluarga Gingga mengajaknya pulang bersama dan saat itulah Berliana mulai akrab dengan keluarga Gingga.

---ooOoo---
Detik demi detik, waktu demi waktu, hingga akhirnya jam berganti jam, hari berganti hati, minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan. Berliana lalui hari-harinya tanpa Gingga yang selalu menghiasi setiap harinya disisinya seperti dulu, kala Gingga masih bersamanya.
Ku ingin dia di sampingku
Ku ingin dia temani ku
Ku sayang dia (sangat)
Ku ingin dia sekarang…
Ku ingin dia ada
 menemani ku sekarang
Ku sayang dia
Kenapa dia menghilang?
Saat ku ingin dia….
            Begitu isi hati Berliana yang sangat merindukan Gingga, kekasihnya.

---ooOoo---

Tidak terasa tahun telah berganti tahun dan besok akan menjadi hari yang sangat mendebarkan bagi Berliana karena besok adalah pembagian kelulusan. Malam itu Berliana tidak bisa tidur karena ia sangat takut memikirkan jika dirinya tidak lulus nanti. Ia curahkan semua ketakutannya kepada kekasihnya Gingga lewat email yang dikirimkannya. Dan Gingga memberikan semangat dan sebuah keyakinan bahwa Berliana pasti akan lulus. Begitu besar pengaruh yang diberikan Gingga kepada Berliana hingga Berliana dapat terlelap tidur dengan nyenyak, menghilangkan semua ketakutannya.
Namun disamping itu ada sebuah perasaan bersalah yang dirasakan Gingga selama ini setelah hampir setahun ia belum bertemu lagi dengan Berliana. Namun ia juga tidak kuasa jika mesti berkata jujur kepada Berliana  yang ternyata masih tetap setia kepadanya walau jarak telah memisahkan. Gingga mencoba untuk menutupi dan menyembunyikan semuanya. Lalu iapun tertidur.
            Kriiiiiiiiing. Berlianapun terbangun dengan suara jam alarm yang telah ia pasang sebelumnya. Ia bersiap-siap berangkat sekolah namun perasaan berdebar dan rasa takut tidak lulus masih menghantui perasaan Berliana, namun kata-kata Gingga semalam yang meyakinkan bahwa Berliana pasti akan lulus melunturkan rasa takut dan mengurangi perasaan berdebar Berliana dan membuat keyakinan bahwa dirinya pasti akan lulus. Setelah sarapan dan semuanya telah siap, Berlianapun bergegas berangkat setelah ia mengucapkan salam kepada kedua orang tuanya.
            Berliana berangkat jalan kaki menuju sekolah karena jarak rumah dengan sekolah tempatnya mencari ilmu tidak begitu jauh.
            Akhirnya Berlianapun tiba di sekolah lalu ia menuju ruang kelasnya. Berliana bercakap-cakap dengan teman-temannya dan berdoa agar semuanya lulus dan mendapat hasil yang memuaskan. Hati Berliana sangat berdebar dan rasa berdebar dan perasaan takut Berliana semakin memuncak setelah mendengar suara langkah kaki Bu Fijni yang membawa kertas hasil Ujian. Perasaan berdebar Berliana bertambah memunjak setelah Bu Fijni memasuki ruang kelas dan duduk di meja guru. Bu Fijnipun bersiap-siap membagikan kertas hasil ujian dan memberikan pesan bahwa apapun yang terjadi itulah yang terbaik dan tetaplah raih impian dan cita-cita. Setelah memberikan beberapa pesan yang membuat hati Berliana dan juga hati murid yang lainnya berdebar, kemudian Bu Fijni membagikan satu per satu kertas hasil ujian itu, para murid belum ada yang membuka kertas hasil ujian karena pesan Bu Fijni yang tidak boleh dulu membuka kertasnya sebelum semuanya terbagi. Berliana sangat berdebar saat ia memegang kertas hasil ujiannya dan berdoa semoga dirinya lulus.
            Akirnya semuanya telah terbagi dan Bu Fijni mempersilahkan para muridnya untuk membuka hasil ujiannya. Perlahan tetapi pasti Berliana membuka kertas hasil ujiannya dan betapa terkejutnya hingga dirinya menangis setelah membaca Berliana Gifiani Sobji dinyatakan LULUS dan kemudian berjingkrak bahagia dan tangisannya adalah tangisan bahagia.
            Lalu ia kirimkan email kepada Gingga memberitahukan bahwa dirinya lulus dan mencurahkan kebahagiaan dan perasaan leganya kepada Gingga. Gingga ikut merasakan bahagia mendengar kabar dari Berliana. Namun lagi-lagi perasaan bersalah Gingga kembali muncul, dalam hati Gingga seolah ada badai yang membuat hati Gingga begitu bingung apakah dia jujur atau tidak kepada Berliana.
                  Gingga membalas email Berliana dan mengungkapkan bahwa ia merasa ikut senang dengan hasil kelulusan Berliana dan mengucapkan selamat kepada Berliana. Tanpa sepengetahuan Berliana, ternyata Gingga sudah kembali ke Indonesia dan sudah tiba di sekolah Berliana tuk melihat kekasih yang begitu ia cintai bahagia karena akan segera melepas status remajanya menjadi dewasa. Namun, Gingga belum keluar dari tempat persembunyiannya ia masih melihat dari kejauhan tawa bahagia kekasihnya yang telah dinyatakan lulus itu. Hati Gingga sangat merasa bersalah melihat tawa Berliana walau hanya dari kejauhan, begitu tampak sebuah tawa dan senyum yang bahagia dari wajah Berliana. Namun Gingga telah memutuskan bahwa ia akan menjadikan perasaan bersalahnya sebuah rahasia tuk sementara dan menunggu hingga waktu yang tepat untuk mengatakannya kepada Berliana, bagi Gingga kebahagiaan Berliana sekarang tidak boleh di rusak dengan apapun.
                  Pelan tetapi pasti Gingga menghampiri Berliana dari belakang hingga Berliana tidak tahu bahwa kekasihnya Gingga telah berada di belakangnya dan teman-temannya yang telah lebih dulu melihat Gingga seakan mengerti pesan yang disampaikan lewat telunjuknya yang didekatkan ke bibirnya. “Hari ini aku senang sekali, semua rasa takut dan khawatir aku tidak lulus sudah sirna, hah andai ada Gingga pasti rasa bahagiaku sekarang begitu terasa sempurna”. Ucap Berliana kepada teman-temannya dan teman-temannya yang telah mengetahui keberadaan Gingga hanya tersenyum. “Aku disini sayang”. Ucap Gingga yang telah berada dibelakang Berliana tanpa sepengetahuan Berliana sebelumnya. Sambil membawa hadiah untuk Berliana, Gingga tersenyum kepada Berliana. “Selamat ya sayang”. Ucap Gingga. Melihat dan mendengar suara Gingga, Berliana hanya terdiam. Membisu dan seakan menjadi patung. Ia sangat terkejut dan tidak menyangka bahwa yang berada di hadapannya sekarang adalah Gingga, kekasih yang begitu masih dia sayangi dan dia rindukan. Tidak ada lagi air mata kesedihan yang keluar seperti setahun lalu saat melepas kepergian Gingga, karena air mata yang dikeluarkan Berliana adalah air mata bahagia. Ia merasa sangat bahagia, perasaan bahagianya begitu sempurna, kado yang terindah untuk hari kelulusannya adalah kehadiran orang yang disayanginya. Namun Berliana tidak bisa memeluk Gingga, begitupun sebaliknya walau sebenarnya jauh di lubuk hati mereka yang paling dalam mereka berdua ingin memeluk satu sama lain melepas semua rasa rindu yang telah merasuki hati mereka selama ini, karena mereka mengetahui dan menyadari alangkah tidak pantasnya jika mereka lakukan itu di sekolah.
                  “Ko kamu bisa kesini?” Berliana heran namun juga bahagia. “Apapun bisa aku lakukan untuk kembali memberikan kamu kebahagiaan, Berliana.” Jawab Gingga tersenyum. Teman-teman Berliana yang mendengar kata-kata Gingga langsung mendekati Berliana dan menggoda Berliana dan mereka semua terlarut dalam kebahagiaan Berliana.
                  Sementara semua terlarut dalam pesta kelulusan karena ternyata semua murid dinyatakan lulus dan mereka semua merayakannya. Gingga dan Berliana pergi ke belakang sekolah, tempat mereka dulu saling mengenal dan mereka mengenang semua kenangan-kenangan indah mereka dulu. Mereka juga melihat nama mereka masih tertera jelas di batang pohon beringin yang dulu mereka ukir berdua, Gingga dan Berliana tersenyum mengembang saat melihat tulisan itu masih terukir jelas. Suasana itu seakan setahun yang lalu saat mereka masih bersama. Begitu erat Berliana memegang tangan Gingga dan Gingga membalas dengan sebuah pelukan hangat melepas semua kerinduannya kepada Berliang. “Aku menyayangimu, Berliana. Semua kenangan manis antara kita tidak akan mampu aku lupakan, aku menyangimu, Berliana. Aku begitu menyayangimu, hingga aku tidak mampu jika aku harus menyakitimu”. Ungkap Gingga di dalam hatinya yang tidak mampu lagi menahan kerinduannya kepada Berliana dan juga perasaan bersalahnya kepada Berliana. Begitu erat pelukan Gingga kepada Berliana. Semua beban akan perasaan bersalahnya seakan sirna ketika memeluk Berliana, kesetiaan Berliana dan ketulusan hatinya menyayangi Gingga begitu terasa saat Gingga memeluk Berliana. Sungguh sebuah perasaan yang tercipta karena cinta.
                  Lama sekali Gingga memeluk Berliana hingga akhirnya ia melepaskannya. “Aku menyayangimu, Berliana.” Ungkap Gingga “Aku juga menyayangimu, Gingga. Sungguh kedatanganmu buat aku sangat terkejut, aku tidak mengira kamu akan datang hari ini” ucap Berliana. “Setelah kamu kirim email bahwa kamu sedang ujian untuk kelulusan, aku telah berniat aku akan pulang dan kembali menemuimu saat pembagian kelulusan kamu.” Ungkap Gingga “Tapi aku takut nanti kalau para guru tahu kamu ada disini mereka akan memarahimu” Ucap Berliana “Tidak akan, Berliana. Karena sebelumnya aku telah meminta izin dan kebetulan pamanku bekerja disini sebagai pengajar juga, jadi kamu tidak usah khawatir”. “pamanmu? Aku tidak tahu kalau kamu punya paman yang mengajar di sekolah sini”. “Iya, karena beliau baru masuk 6 bulan lalu” “Oh jadi guru baru itu, paman kamu?” “Iya, Berliana” “pantesan kamu bisa masuk ke sekolah ini dengan mudah, tinggal pake alasan saja mau bertemu dengan paman kamu itu “ “betul sekali” “Huh dasar, ada-ada saja idenya” “iya dong selalu ada cara untuk kembali memberikan kebahagian untuk kamu” “Kamu gak berubah dari dulu, selalu mengeluarkan kata-kata indah. “itu karena kamu” mereka berdua larut dalam suasana kenangan dan mereka tidak hentinya melepaskan semua kerinduannya dengan saling mengutarakan apa yang ingin di ucapkannya dan mereka saling bercakap-cakap hingga akhirnya suasana hening. Gingga menatap mata Berliana begitu juga sebaliknya, Berliana menatap mata Gingga. Kedua tangan Gingga menyentuh pipi Berliana dan Berliana memegang kedua tangan Gingga yang menyentuh pipinya. Hingga akhirnya bibir Gingga menyentuh bibir Berliana dan Berliana membalas ciuman Gingga. Kenangan terakhir di sekolah yang terindah untuk Berliana yang diberikan Gingga untuknya.
                 
---ooOoo---
                 
                  Detik berganti detik, jam berganti jam dan hari berganti hari. Esoknya Gingga harus kembali lagi ke Amerika Serikat. Kepulangannya tuk menemui Berliana hanya satu hari dan ia harus kembali lagi ke tempatnya mencari ilmu yang telah dipilihkan kedua orang tuanya.
                  Namun kali ini Berliana mampu menahan perasaan beratnya melepas Gingga pergi untuk sementara dari hidupnya. Hari saat setahun lalu seakan terulang kembali. Berliana kembali bertemu dengan keluarga Gingga dan menyapa salam kepada keluarga Gingga dan Gingga pergi berlalu menuju pesawat, pemandangan itu adalah pemandangan setahun yang lalu, tapi kali ini tidak ada lagi air mata yang menetes. Tampak sebuah senyuman ikhlas dalam wajah Berliana dan saat pesawat Gingga melandas, Berliana menyaksikan pesawat itu terbang secara perlahan. Lagi-lagi hari setahun lalu seakan terulang, karena keluarga Gingga mengajaknya pulang bersama membuat Berliana semakin akrab dengan keluarga Gingga.
                  Malamnya Berliana masih teringat dengan kejadian di belakang sekolah, sebuah ciuman pertamanya yang membuatnya selalu mengenang hari itu. Begitu besar rasa sayang Berliana kepada Gingga hingga setiap detik dan setiap menit selalu mengingat Gingga. Namun keadaan yang sama juga dirasakan oleh Gingga, setiap detik dan  setiap menit ia selalu mengingat Berliana namun lagi-lagi perasaan bersalahnya muncul lagi. Kapan ia akan katakan semuanya kepada Berliana? Sampai kapan harus dihantui perasaan bersalahnya kepada Berliana? Pertanyaan itu selalu muncul ketika mengingat Berliana. “Ah sekarang bukan waktu yang tepat aku katakan kepada Berliana, lebih baik nanti saja, hingga saat waktu yang tepat” Gingga bercakap-cakap sendiri hingga akhirnya dia tidur menyusul Berliana yang juga tidur setelah mengingat dan mengenang ciuman pertamanya.

--ooOoo---

                  “Liana, mama dan Papa sudah pilihkan universitas yang bagus untuk kamu” tiba-tiba di pagi hari mama Berliana mengajak ngobrol putrinya yang sangat cantik itu. “Dimana, Ma? Tanya Berliana kepada mamanya. “di Jakarta, nanti mama tunjukan universitasnya dan kalau soal fakultas kamu nanti pilih sendiri ya” Jawab mama Berliana.
                  Berliana mengikuti saran kedua orang tuanya karena sebelumnya dia belum memikirkan ia akan masuk universitas mana. Pilihan kedua orang tuanya akhirnya menjadi pilihannya juga dan siang itu juga Berliana dan keluarganya pergi ke universitas yang akan dipilih Berliana dan ternyata Berliana menyukai tempat dan fasilitas yang diberikan universitas itu. Hingga akhirnya dia mendaftar.
                  Tiba saatnya Berliana mengikuti test untuk masuk ke universitas itu setelah menunggu beberapa hari, dan Gingga memberikan semangat untuk Berliana setelah sebelumnya Berliana memberikannya kabar bahwa ia akan mengikuti test.
                  Hingga akhirnya tiba pengumuman penerimaan mahasiswa baru, perasaan berdebar dan takut dirasakan kembali oleh Berliana setelah sebelumnya ia merasakan berdebar menanti pelulusan sekolah namun lagi-lagi Gingga membuatnya yakin bahwa ia pasti akan diterima. Benar saja Berliana diterima menjadi mahasiswa baru di universitas itu dan perasaan bahagianya itu disampaikan kepada Gingga lewat email yang dikirimkannya dan Gingga ikut bahagia mendengar kabar bahagia itu walau perasaan bersalah masih menghantuinya.
                  Hari-hari Berliana dilalui dengan kesendirianya dan dalam kesendiriannya ia melihat hampir semua teman-temannya ditemani dengan kekasihnya tapi tidak untuk dirinya. Berliana ingin sekali Gingga ada di dekatnya sekarang, menemaninya, agar dia sama seperti teman-temannya yang lain, ditemani seseorang yang disayangi.
            Tiba-tiba ada seseorang menghampiri Berliana membangunkan dari lamunannya. “Jangan melamun terus nanti kesamber petir loh”. Berliana tersenyum walau sebenarnya hatinya sangat terkejut karena laki-laki itu datang secara tiba-tiba. “Sedang mikirin apa? serius banget. Kenalin namaku Putra. Nama kamu siapa? Tanya seorang laki-laki yang sudah sejak lama memperhatikan Berliana. “Namaku Berliana” Jawab Berliana singkat “Aku perhatikan dari tadi kamu  murung terus, lagi ada masalah ya? “ Tanya laki-laki yang ingin dekat dengan Berliana. Berliana hanya tersenyum seraya mengarahkan pandangannya ke temannya yang sedang mengobrol dengan kekasihnya. Laki-laki itu lalu mengikuti arah pandangan Berliana. “Lagi kangen ya sama pacarnya? Maaf ya aku sudah lancang, aku hanya ingin berteman dengan kamu.” Ungkap laki-laki itu. “Iya, gak apa-apa kok, salam  kenal.” Berliana selalu menjawab dengan singkat.
                  Pertemuan Berliana dengan seseorang yang bernama Putra berlanjut hingga akhirnya mereka berdua dekat dan saling mengenal satu sama lain. Kahadiran Putra mampu menghapus kesedihan dan kesendirian Berliana selama ini. Hari-hari Berliana lalui dengan kebersamaannya dengan Putra yang begitu indah karena hanya ada tawa dan senyum saat mereka bersama dan membuat semua yang melihat keakraban mereka beranggapan bahwa mereka adalah sepasang kekasih.   Putra mampu mengubah Berliana hingga menjadi seorang perempuan yang tidak murung lagi. Kebersamaan Berliana dengan Putra membuat cerita baru dalam hidup Berliana karena sudah hampir satu tahun mereka selalu bersama walau hanya dalam ikatan pertemanan.
--ooOoo---

Entah apa yang ku rasa
Tapi hari-hari aku lalui dengan rasa senang
aku sangat senang sekali
Aku senang sekali
Dia (Putra) ada untuk ku
Saat ku ingin dia (Gingga)
Saat ku mengingat dia (Gingga)
Saat ku ingin dia (Gingga)
Dia (Putra) ada dalam hidupku
dia (Putra) hadir, datang dalam hidupku
Aku tidak mengerti perasaan ini
Tapi satu hal yang pasti aku senang bersamanya (Putra)
Walau sebelumnya kita tidak begitu mengenal dan saling akrab sebelumnya
Tapi aku menyukainya (Putra)
Aku senang bersamanya (Putra)
Dia (Putra) hadir menghapus kesendirianku

Begitulah isi hati Berliana setelah mengenal Putra. Dan malam itu Berliana sedang mengingat betapa bermaknanya kebersamaannya dengan Putra yang mampu menghapus kesendiriannya, yang mampu melupakan Gingga walau hanya sejenak. Tiba-tiba ketika Berliana sedang mengingat Putra, ada pesan masuk ke emailnya Lau Berliana membacanya. Ia teteskan kembali air mata saat tahu bahwa pesan itu dari Gingga. Lama sekali Gingga tidak memberikan kabar kepada Berliana hingga akhirnya setahun sudah Berliana terlarut dalam kebersamaannya dengan Putra dalam penantiannya menunggu Gingga kembali. Sayang, apa kabar? Maaf selama ini aku tidak menghubungimu, aku disibukan dengan begitu banyak tugas-tugas tapi aku tidak bisa membohongi perasaan sendiri bahwa aku merindukanmu dan ingin bertemu denganmu, besok aku pulang. Aku harap kamu akan menyambutku di bandara, aku menyayangi dan merindukanmu.
Begitulah pesan yang disampaikan Gingga kepada Berliana. Perasaan Berliana seakan tercampur aduk. Kini dalam hatinya bersemayam Gingga dan Putra. Putra mampu membuatnya bahagia dalam kesendiriannya dan itu membuat hati Berliana menyukai dan tidak ingin kehilangan sosok Putra dalam hidupnya namun di sisi lain Gingga adalah kekasihnya yang juga dia sayangi. Putra adalah teman terbaik untuk Berliana saat ini yang mampu membuatnya bahagia dan Gingga adalah kekasih yang telah memberikan kenangan terindah dalam hidupnya.
“Kabarku baik-baik saja, sayang. Semoga kabar kamu juga baik disana. Aku tidak sabar menunggu hari esok. Aku pasti akan menyambutmu di bandara. Aku juga menyayangi dan merindukanmu. Dan asal kamu tahu aku selalu menunggumu hingga aku hanya milikmu sampai saat ini, aku akan menunggu kamu kembali hingga kamu memberikan kebahagiaan seperti yang pernah kamu janjikan dulu.”
Begitulah jawaban Berliana untuk pesan yang dikirimkan oleh Gingga. Malam itu perasaan Berliana benar-benar tidak karuan. Ada perasaan bahagia karena hadirnya Putra, ada perasaan kecewa karena Gingga baru menghubunginya namun juga ada perasaan rindu karena sudah lama tidak bertemu dengan Gingga dan setelah membaca pesan dari Gingga, Berliana pun mendapat pesan dari Putra yang mengucapkan selamat tidur, hati Berliana kembali bahagia dan air mata Berliana yang menetes karena teringat kembali kepada Gingga kini sudah tidak lagi menetes karena telah berubah menjadi sebuah senyum bahagia. Tetapi Berliana coba untuk tenang dan tidak terlalu memikirkan berbagai perasaan yang dirasakannya malam itu dan dia mencoba untuk memenjamkan kedua matanya berharap hari esok yang cerah akan segera menyambutnya. Dan Berlianapun terlelap tidur setelah sekian lama tidak mampu untuk tidur. Disisi lain perasaan Gingga juga sangat tidak karuan saat dia tahu betapa setianya Berliana kepadanya, begitu tulus cintanya hingga ia berikan hanya untuknya walau kini jarak telah memisahkan. Gingga tidak mampu jika harus menyakiti Berliana namun ternyata Gingga telah menyakiti Berliana, menusuk Berliana dari belakang. “Honey, you not yet sleep,  ?” (Sayang, kamu belum tidur? ) Ucap seorang perempuan Amerika Serikat yang telah menjadi kekasih Gingga setahun lalu. “I will, honey” (Aku akan segera tidur, sayang) dan Gingga mengecup bibir kekasihnya hingga akhirnya mereka berdua terlelap tidur dalam kasur yang sama di apartemen tempat Gingga tinggal.

---ooOoo---

Siang itu, Berliana bercerita kepada Putra bahwa dia akan pergi ke bandara menjemput kekasihnya yang akan pulang dari Amerika Serikat, mendengar itu hati Putra sangat sakit karena ternyata jauh dalam lubuk hatinya ia sangat menyayangi Berliana dan berharap Berliana akan menjadi miliknya suatu saat nanti, namun Putra tutupi semua perasaan sakitnya itu dengan sebuah senyuman dan menawarkan diri untuk mengantarkan Berliana menuju bandara dan Berliana sangat senang Putra mau mengantarkannya ke bandara.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Berliana tiba di bandara ditemani oleh Putra. Berliana telah mengetahui bahwa siang ini Gingga tiba di bandara setelah paginya Gingga mengirim email dan memberi tahu jadwal tiba dia di bandara.
 Namun entah kenapa hati dan perasaan Berliana terasa tawar tidak seperti perasaannya ketika dulu yang amat menanti Gingga kembali. Sikapnya seakan-akan biasa saja dalam menunggu Gingga kembali. Setelah menunggu beberapa saat, Gingga muncul, ia hadir, ia ada, ia kembali di hadapan Berliana. Namun Berliana seolah mati rasa, dia tidak tahu harus bagaimana dia tidak bahagia namun juga tidak merasa sedih , entah apa yang dirasakan Berliana. Perasaannya mati rasa dan dia hanya berdiri mematung melihat Gingga yang perlahan datang menghampirinya. Namun perasaannya berubah menjadi perasaan berdebar, sedih, sayang, juga rindu. Berliana memeluk Gingga dan menangis betapa ia merindukan Gingga. Sementara Putra yang menyaksikan semua itu tidak mampu lagi menahan rasa sakitnya, orang yang sangat disayanginya ternyata adalah milik orang lain. Namun buru-buru ia menghapus air matanya hingga tidak ada seorangpun kecuali Tuhan yang melihat bahwa ia teteskan air mata.
“Gingga, aku kangen dan aku gak bisa lupain kamu” ungkap Berliana kepada Gingga. Namun Gingga tidak mampu mengucapkan sepatah katapun, begitu besar perasaan bersalahnya kepada Berliana dan pelukannya kepada Berliana tidak seerat waktu dulu ia memeluk Berliana saat hari pelulusan Berliana, ia seolah melemah tidak berdaya dengan ketulusan hati Berliana kepadanya, sekujur tubuh seakan hilang tenaga saat ia merasakan begitu besarnya rasa sayang Berliana untuknya hingga sampai sekarang dia masih menunggunya kembali. Menanti janji itu. Janji di saat mentari terbenam. Sebuah janji manis yang selalu dinanti Berliana. Sebuah janji manis di hari yang begitu indah yang meyakinkan Berliana bahwa hatinya hanya untuk Gingga. Janji manis di bawah mentari terbenam yang selalu dinanti Berliana.
            Setelah lama mereka saling berpelukan, Berlianapun mengenalkan Putra kepada Gingga. dan setelah mereka saling berkenalan keluarga Gingga datang menjemput dan akhirnya mereka semua pulang dan Berliana juga Putra di ajak untuk ke rumah Gingga dan merayakan kepulangan Gingga karena mungkin Gingga tidak akan lama karena beberapa hari lagi ia akan kembali ke Amerika Serikat.
            Suasana hangat di dalam rumah Gingga begitu terasa dan betapa senang sekali Berliana dapat diterima di keluarga Gingga, suasana itu membuat Berliana semakin akrab dan semakin mengenal keluarga Gingga yang begitu ramah dan baik namun disisi lain hati Putra sangat sakit lagi namun lagi-lagi ia tutupi semua dengan sebuah senyuman.
            Hingga saatnya Berliana harus pulang karena hari sudah mulai larut malam dan di saat mentari mulai terbenam Berliana dan Gingga menyaksikan kembali dan mengenang saat dulu pertama kali Gingga akan meninggalkan Berliana untuk sementara. Berliana mengingatkan Gingga akan sebuah janjinya bahwa ia tidak akan melupakannya dan ia akan mengingat Berliana saat mentari mulai terbenam dan akan kembali memberikan kebahagiaan. Begitu Berliana masih mengingat semua janji Gingga membuat perasaan bersalah Gingga kembali muncul. Tetapi dia tidak mungkin menyakiti Berliana dan berniat untuk menjadikan semua rahasia karena kejujurannya pasti akan menyakiti Berliana. Dan saat itu kedua tangan Gingga menyentuh kedua pipi Berliana dan kedua tangan Berliana memegang kedua tangan Gingga yang menyentuh pipinya. Gingga mencium bibir Berliana dan Berliana membalas ciuman Gingga. Sementara itu nampak dari belakang Putra menyaksikan semua itu, ia tidak sanggup lagi menahan rasa sakitnya hingga ia kembali meneteskan air mata kemudian ia lekas menghapusnya kembali dan kembali tersenyum untuk menutupi semua rasa sakitnya dan kembali ke dalam rumah dan menunggu Berliana sampai mengajaknya untuk pulang.
            Begitu lama Gingga mencium Berliana hingga akhirnya mereka berpelukan dan menyaksikan mentari yang mulai terbenam. Berliana bersandar di bahu Gingga dan mengungkapkan betapa ia sangat mencintai dan menyayanginya dan berharap apa yang dia rasakan juga dirasakan oleh Gingga, begitu besar dan begitu tulus rasa sayang Berliana yang dia ungkapkan kepada Gingga yang membuat perasaan bersalahnya semakin memuncak namun tidak mungkin juga Gingga berkata jujur bahwa ia telah menduakan cintanya.
            Mentari telah terbenam dan senja telah berganti malam. Berlianapun harus segera pulang karena keluarganya pasti akan mengkhawatirkannya jika pulang terlarut malam. Dan nampak Putra yang ketiduran menunggui Berliana. “Putra?” ucap Berliana. Dan sontak saja Putra terbangun dari tidurnya. “Maaf ketiduran, pulang sekarang?” Tanya Putra yang kelihatan masih mengantuk. “Putra, maafkan aku ya, kamu menunggu terlalu lama” ungkap Berliana sesal “Tidak apa-apa kok, lagian dari tadi aku ketiduran” Ucap Putra yang seakan tidak ingin Berliana merasa bersalah “terima kasih ya, Putra kamu adalah seseorang yang mampu mengerti aku, ayo kita pulang” ajak Berliana kepada Putra. Gingga yang melihat ketulusan Putra dalam kesediaanya untuk Berliana membuat Gingga mengetahui bahwa Putra memiliki perasaan lebih dari sekadar teman, itu terlihat jelas dari kesediaannya mengantarkan Berliana sampai ke Bandara hingga menungguinya pulang hingga larut malam. Sungguh sebuah ketulusan yang sama dengan ketulusan Berliana untuk Gingga. Namun lamunan Gingga terpecahkan oleh ucapan pamit dari Berliana. Berliana pun pulang bersama Putra setelah sebelumnya mereka juga pamit kepada keluarga Gingga.
            Malam itu setelah Gingga menyaksikan Berliana pulang bersama dengan Putra entah kenapa hatinya sangat sakit, ia tidak rela jika Berliana dimiliki oleh orang lain, dia tidak rela jika suatu saat Putra memilikinya atau siapapun yang memilikinya. Karena ia tahu pasti tidak akan ada lagi ketulusan hati seperti ketulusan hati Berliana. Berliana adalah berlian untuk Gingga, sesuai dengan namanya Berliana. Namun lagi-lagi perasaan bersalah bercampur rasa sesal muncul kembali saat ia menyadari bahwa ia telah menyakiti Berliana dengan mempunyai kekasih lagi namun di sisi lain ia tidak rela jika Berliana suatu saat di miliki oleh orang lain jika ia melepasnya. Dan ia tidak tahu harus bagaimana.
            Akhirnya Berliana tiba di depan rumahnya. Namun sebelum ia masuk ke dalam rumahnya. Berliana masih ingin memeluk Putra dan tidak ingin beranjak dari motor besarnya. Walau bagaimanapun juga Putra adalah seseorang yang telah membuatnya menjadi berarti setelah ia seakan terhempas dalam sebuah penantiannya untuk Gingga. Berliana merasa bahwa janji manis yang telah terucap oleh Gingga tidak berarti lagi setelah ia merasakan sebuah kepastian kasih sayang yang sesungguhnya yang telah Putra berikan kepadanya. Semua rasa bahagia yang selalu diberikan Putra seakan mengalahkan semua kenangan manisnya bersama Gingga dan seakan menghentikan langkahnya dalam penantian panjangnya untuk Gingga. Entah apa yang Berliana rasakan, namun saat itu Berliana tidak mau kehilangan sosok Putra yang telah memberikannya sebuah kepastian kasih sayang walau tidak terucap dari bibir Putra tetapi Berliana merasakan ketulusan kasih sayang Putra untuk dirinya. Begitu erat pelukan Berliana hingga membuat Putra terdiam dan memegang kedua tangan Berliana namun ia tidak mungkin menyatakan kalau sebenarnya ia menyayangi Berliana karena ia menyadari ia telah dimiliki orang lain.
            Akhirnya Berliana melepaskan pelukannya seraya mengucapkan terima kasih dan mengajaknya mampir dulu ke rumahnya namun hari telah larut malam dan Putra harus segera pulang. Berliana pun mengerti dan pergi beranjak menuju rumahnya sendiri, dan Putra memandangi Berliana yang pergi berlalu hingga ia masuk dan Putra menghidupkan suara motornya dan pulang.
            Sesampainya dirumah, betapa Putra tidak bisa membohongi perasaannya bahwa ia sangat menyayangi Berliana dan pelukan erat Berliana membuat Putra tidak bisa lagi membendung perasaannya, ia terlalu sayang kepada Berliana namun ia tidak bisa apa-apa karena ia menyadari bahwa Berliana adalah milik orang lain. Lalu ia coba untuk tidur agar tidak memikirkan Berliana lagi. Lama sekali tidak bisa memenjamkan matanya hingga akhirnya Putra tertidur.
            Disisi lain, setelah Putra mengantarkannya pulang. Berliana teringat akan ketulusan Putra untuknya. Ia tulus melakukan apa saja demi dirinya, walau semua tidak pernah terucap tetapi ketulusan itu dapat dirasakan Berliana. Tanpa Berliana sadari kini hatinya setengah milik Putra. Tak ingin terlalu memikirkan Putra ataupun Gingga, Berliana mencoba untuk memenjamkan kedua matanya karena hari sudah terlarut malam dan berharap hari esok yang cerah akan menyambutnya. Lama sekali Berliana tidak mampu memenjamkan kedua matanya hingga akhirnya ia tertidur juga.

---ooOoo---

                  Beberapa hari telah berlalu tiba saatnya Gingga kembali ke Amerika Serikat untuk menyelesaikan belajarnya namun tidak seperti biasanya Berliana tidak nampak hari ini, kemana dia? Itulah yang ada dalam benak Gingga.
                  Sebentar lagi jadwal keberangkatan pesawat Gingga namun belum juga ada Berliana menemuinya untuk sekedar mengucapkan salam perpisahan walau  hanya untuk sementara seperti yang pernah dilakukan sebelumnya. Berliana belum juga datang padahal sebelumnya Gingga telah memberitahukan kapan ia akan kembali lagi ke Amerika. Kemana Berliana? Begitulah yang terus-menerus muncul dalam benak Gingga.
                  Tiba-tiba hujan turun, membuat Gingga semakin khawatir. Kemana Berliana? Pertanyaan itu terus-menerus muncul dalam benak Gingga. Gingga nampak cemas dan khawatir apalagi hujan di luar sangat lebat. Namun ia mencoba untuk menenangkan diri dan kembali duduk.
                  Detik telah berganti menjadi menit akhirnya Berliana datang bersama Putra dengan keadaan tangan Berliana yang sedikit terluka dan badan yang basah kuyup. “Berliana?” Ucap Gingga kaget. “Maaf Ga, tadi karena terburu-buru dan juga hujan jadi jalanan agak licin dan kami terjatuh” Putra menjelaskan. Mendengar penjelasan Putra, perasaan bersalah Gingga muncul kembali betapa tulus dan besarnya rasa sayang Berliana untuk dirinya hingga ia rela hujan-hujanan hingga akhirnya ia terjatuh dan tangannya terluka hanya agar bertemu dirinya sekedar untuk ucapkan salam perpisahan walau hanya untuk sementara namun ia juga melihat ketulusan Putra yang selalu ada untuk Berliana dan ia juga rela dirinya kehujanan hanya untuk mengantarkan Berliana.
                  Keluarga Gingga yang juga mendengar penjelasan Putra langsung membantu Berliana dan juga Putra untuk mengeringkan badannya. Untungnya luka Berliana tidak parah hanya lecet sedikit jadi tidak memerlukan perawatan medis yang berarti.
                  Akhirnya jadwal keberangkatan Gingga sudah tiba. “Kamu hati-hati disana ya, jangan lupakan aku dan jangan pernah lupakan janji kamu. Aku menunggu kamu kembali” Ucap Berliana sedih “Aku tidak akan melupakan kamu Liana, dan aku akan tepati janjiku, kamu juga hati-hati dan jaga diri baik-baik ya, aku akan selalu merindukanmu”. Ungkap Gingga yang kemudian pergi berlalu menuju pesawat yang akan membawanya ke Amerika. Dan Berliana memandang Gingga hingga akhirnya berlalu. Berlianapun berlari dan menyaksikan pesawat yang membawa Gingga melaju ke atas hingga akhirnya berlalu. Sungguh suasana yang seakan terus menerus terulang.
                  Keluarga Gingga mengajak pulang bersama namun Berliana menyampaikan bahwa ia akan pulang bersama Putra. Keluarga Gingga pulang lebih awal sementara Berliana dan Putra menunggu hujan reda terlebih dahulu. Mereka berdua duduk bersebelahan dan memandangi setiap rintik hujan yang turun. “Berliana? Tanganmu masih sakit?” Tanya Putra memulai pembicaraan “Cuma sedikit perih saja, mungkin karena lecet. Tapi gak apa-apa kok” Jawab Berliana tersenyum karena Putra begitu memperhatikannya. “Putra, aku masih mengingat kejadian tadi.” Ungkap Berliana “Kejadian itu sungguh tidak terduga tetapi jika boleh jujur aku merasa senang kalau mengingat kejadian itu” Ungkap Putra. Mendengar pengakuan itu Berliana tersipu malu. “Aku tidak bisa menyembunyikan lagi semuanya dari kamu, Berliana. Mungkin jika aku jujur itu akan membuat aku merasa lega dan rasa sakit yang sempat aku rasakan waktu aku mengetahui kamu milik Gingga akan berkurang, aku menyayangimu, Berliana. Aku tahu ini salah karena kamu telah menjadi milik Gingga dan begitu besar rasa sayang dan cintamu kepada Gingga. Tapi aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku menyukai dan menyayangimu.” Ungkap Putra. Entah mengapa mendengar pengakuan itu membuat hati Berliana sangat senang karena tanpa ia sadari dia juga merasakan hal yang sama terhadap Putra. Putra yang selama ini selalu ada mengisi harinya dengan sebuah kasih sayang yang nyata dan menghapus kesendiriannya dalam penantian tidak pastinya kepada Gingga. Berliana yang masih mengenang saat bibirnya tersentuh bibir Putra secara tidak sengaja saat mereka terjatuh dari motor dan saat hujan turun.
                  Berliana bersandar di bahu Putra dan mengungkapkan bahwa dirinya juga sebenarnya menyayangi Putra dan sangat senang jika bersamanya. Putra merangkul Berliana dan keduanya menyaksikan air hujan yang seakan menjadi saksi bahwa mereka saling menyayangi.

---ooOoo---

                  “Honey, nice to meet you, I miss you, how are you? “ kekasih Gingga menyambut kedatangan Gingga. “Nice to meet you too, honey, I very miss you but I so tired now. I’m sorry I must be sleeping” ungkap Gingga kepada kekasihnya itu. “Oh I’m understand, honey. Jawab kekasih Gingga dengan wajah kecewa karena sikap Gingga yang dingin, namun kekasih Gingga itu mencoba untuk mengerti dan kemudian ia membantu Gingga membereskan barang bawaan Gingga dan lalu ia tidur bersama Gingga.
                  Gingga tinggal sendiri di apartemen yang dipilihkan kedua orang tuanya untuknya, dan semenjak ia mempunyai kekasih lagi di Amerika Serikat, Gingga selalu di temani kekasihnya itu hampir setiap hari dan setiap malam.

---ooOoo---

                  Sore itu cuaca sangat mendung akan tetapi tidak turun hujan. Langit terlukis begitu indah dengan pemandangan sekitar yang begitu indah. Duduk dibawah pohon besar yang berada di dekat kampus tempat Putra dan Berliana menuntut ilmu sungguh sangat menyenangkan dan disana hanya ada mereka berdua dan suasana begitu hening namun mereka sangat menikmati suasana itu. Sungguh menenangkan hati. Dan Putra merangkul Berliana sementara Berlina bersandar di bahu Putra. Berliana yang begitu merasakan indahnya sebuah kasih sayang yang nyata dari Putra yang seakan menghentikan langkahnya untuk berhenti menunggu sesuatu yang belum pasti dari Gingga dan menanti sebuah jawaban yang semu dari Gingga. Sementara Putra yang begitu tulus menyayangi Berliana sangat senang bersama Berliana menikmati keindahan hari yang mulai senja.  Putra menyadari bahwa kini Berliana adalah milik Gingga namun bagi dia tidak salah jika ia menyayangi Berliana dan memberikan kasih sayang itu kepada Berliana karena tidak ada yang salah dengan perasaannya karena bagi Putra, Berliana pantas untuk dia sayangi.
                  Mentari mulai terbenam, kenangan termanis yang pernah Berliana rasakan bersama Gingga kini ia rasakan bersama Putra. Ia menyaksikan mentari yang mulai terbenam bersama Putra dan Putra masih belum melepaskan rangkulannya kepada Berliana. Sungguh besar sayang Putra untuk Berliana hingga ia tidak ingin melepaskan rangkulannya dan berharap keindahan yang ia rasakan akan terus berlangsung selamanya. Namun waktu terus berjalan. Mentaripun perlahan kembali ke pangkuannya. Dan di saat mentari mulai menghilang Putra mengecup kening Berliana. Betapa ia sangat menyayangi Berliana. Berliana menoleh kearah Putra dan memandang Putra. Betapa iapun menyayangi Putra. Berlianapun tersenyum.

---ooOoo---

                  Hari-hari telah Berliana lalui namun lagi-lagi Gingga tidak menghubunginya lagi. Dan pesan emailnya dipenuhi dengan pesan dari Putra. Berliana sangat bingung apa yang harus ia lakukan. Kasih sayang Putra begitu nyata dan sangat nyata dirasakan Berliana,  Putra selalu ada untuk Berliana, Putra selalu mengisi hari-hari berliana. Tetapi ia terikat dengan sebuah janji manis Gingga bahwa ia akan kembali hanya untuk dirinya dan ia akan kembali dengan membawa sebuah kebahagiaan. Ia masih menanti janji itu dan ia berharap bahwa Gingga pasti akan memenuhi janjinya. Tetapi pada kenyataannya Gingga jarang menghubungi Berliana untuk sekedar menanyakan kabarnya saja. Terakhir ia menghubunginya hanya memberitahukan kepulangannya. Berliana mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Gingga. Apa dia sudah melupakannya? Apa semua janjinya hanyalah sebuah kalimat manis dan semua itu palsu? Berliana terus menerus mencari jawaban sendiri tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Gingga, namun ia tidak mendapat jawabannya dan dia coba untuk berfikir positif mungkin Gingga sedang sibuk dengan belajar dan tugas-tugasnya. Dan Berliana mencoba untuk tidak memikirkan Gingga dan Berliana saling berbalas pesan dengan Putra di emailnya.
                  Tanpa terasa enam bulan telah berlalu kebersamaan Berliana bersama Putra memberikan cerita indah dalam hidup Berliana. Begitu banyak kenangan manis yang telah terajut bersama Putra melebihi kenangannya bersama Gingga. Dalam setiap detik dan menit tiada hari tanpa senyum dan tawa.
                  Di tempat lain. Gingga merasakan kerinduan yang begitu hebat kepada Berliana. Namun ia belum bisa menghubungi Berliana karena hari-harinya juga ia lewati dengan kekasih barunya yang selalu ada untuk Gingga bahkan setiap malam Gingga selalu tidur bersama dengan kekasih barunya itu. Jika harus memilih, maka Gingga memilih Berliana dalam hidupnya namun ia juga sudah terikat dengan jalinan kasihnya bersama kekasih baru yang tanpa sepengetahuan Berliana itu. Sementara Berliana yang menjaga perasaan Gingga dengan terus setia dan tidak mengikat dirinya dengan ikatan apa-apa dengan orang lain kendatipun sebenarnya setengah dari hatinya telah berpaling, namun begitu bersihnya hati Berliana hingga ia tidak sanggup jika harus menyakiti Gingga di belakang Gingga.
                  Malam itu, kekasih Gingga tidak lagi menginap di apartemen Gingga karena ia harus pulang ke rumahnya dulu. Dan saat itu, Gingga mencoba mengirimkan email untuk  Berliana. Namun tidak ada balasan dari Berliana.
                  Di tempat lain, Berliana sedang menikmati keindahan malam yang bertaburan bintang-bintang di atas bukit, begitu nyata keindahan yang dirasakan Berliana bersama Putra. Begitu bahagia hati Berliana melihat keindahan malam bersama Putra. Tiba-tiba entah bagaimana itu bisa terjadi, ada satu bintang yang jatuh di atas langit. “Putra !!! lihat ada bintang jatuh !!!” ucap Berliana girang setengah kaget. “Iya, aku melihatnya”. Putra menjawab. “Kamu percaya dengan permohonan yang akan dikabulkan jika kita berdoa setelah ada bintang jatuh?” Tanya Berliana “Aku percaya kalau kita yakin semua itu karena kekuasaan yang maha pencipta.” Jawab Putra. “Kalau begitu ayo kita ucapkan permohonan kita kepada Tuhan (Allah)” Ajak Berliana. Mendengar ajakan Berliana, Putra mengangguk dan mereka berdua berdoa kepada sang pencipta dan berharap doa mereka akan dikabulkanNya.
Wahai Kau sang maha pencipta
Aku yakin semua ada karenaMu dan berkatMu
Aku mohon berilah aku sebuah cinta sejati
Yang akan diberikan oleh jodoh yang sudah ada ditanganMu
Agar aku memperoleh kebahagiaan
Amin
                  Begitulah doa Berliana untuk sang maha pencinta dan ia berharap doa itu suatu saat akan terkabul.

Kau Tuhanku satu dan tidak ada yang lain
Hanya padaMu aku berharap, memohon dan berdoa
Kabulkanlah  inginku
Aku berharap suatu saat Kau memberikanku cinta sejati
Dari jodohku yang sudah ada ditanganMu
Agar aku memperoleh kebahagiaan
Amin.

Dan begitulah doa Putra kepada sang pencipta dan juga berharap semoga suatu saat sang maha pencipta mengabulkan doanya.
                  Setelah mereka selesai berdoa. Putra menatap wajah Berliana begitupun sebaliknya Berliana menatap wajah Putra, mereka saling memandangi dan saling merasakan bahwa doa mereka seakan telah dikabulkan olehNya. Mereka saling merasakan bahwa yang berada dihadapan mereka adalah cinta sejatinya. Namun mereka tidak mengutarakan tentang yang sebenarnya apa yang sedang mereka rasakan saat mereka saling memandangi.
                  Hari sudah larut malam tiba saatnya mereka untuk pulang, dan motor besar Putra telah siap mengantar mereka pulang. Dalam perjalanan, Berliana memeluk erat Putra dan Putra merasakan betapa senangnya saat Berliana memeluknya seerat itu dan ia tersenyum dengan salah satu tangannya memegang tangan Berliana yang sedang memeluknya..
                  Sesampainya di depan rumah Berliana, Putra mengecup kening Berliana dan mengungkapkan betapa ia menyayanginya. Berliana tersenyum dan pergi berlalu menuju ke dalam rumahnya. Putra memandangi setiap langkah Berliana lalu ia menghidupkan motor besarnya dan pulang.
                  Sementara itu di tempat lain Gingga yang sudah sejak lama merindukan Berliana dan menunggu balasan pesan dari Berliana hanya terdiam di luar apartemennya dan memandangi keindahan langit. Betapa ia merasa sangat bersalah telah mengkhianati Berliana yang begitu tulus menyayanginya tetapi ia menyia-nyiakannya dengan memiliki kekasih lagi dan hampir tidak pernah menghubungi Berliana sekedar menanyakan kabarnya.
                  Di tempat lain, Berliana yang sudah tiba di rumahnya dan masuk ke dalam kamarnya untuk istirahat, membaca pesan Gingga. Ia menanyakan kabar Berliana dan mengungkapkan betapa ia sangat merindukan dan menyayangi Berliana dan berpesan untuk tetap menunggu Gingga kembali. Membaca pesan dari Gingga, membuat hati Berliana tidak karuan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia menyayangi Putra karena selama ini Putralah yang selalu mengisi hari-harinya dengan kasih sayang yang nyata dan Putra selalu ada untuk Berliana, namun di sisi lain ia sangat merindukan Gingga dan masih mengingat Gingga bahkan rasa sayangnya terhadap Gingga masih ia rasakan begitu besar walau separuh hatinya kini ia sadari juga untuk Putra. Lagi-lagi kehadiran Gingga walau hanya dari kata-katanya yang keluar membuat hati Berliana menjadi tidak tenang dan merasa bimbang juga sedih. Hatinya seakan tidak karuan.
                  Ketika hati Berliana seakan tidak karuan, Putra mengirimkan email selamat tidur untuk Berliana. Selamat tidur, Liana. Malam ini sungguh malam yang terindah. Semoga doa kita dikabulkan sang maha pencipta. Walau aku tidak tahu apa doa kamu tapi aku yakin kamu pasti meminta yang terbaik kepadaNya begitupun denganku. Selamat tidur, Liana.
Begitulah pesan yang dikirimkan Putra untuk Berliana. Entah kenapa setelah membaca pesan dari Putra, hati Berliana sangat senang dan menghapuskan perasaan tidak karuannya. Selamat tidur juga, Putra. Malam ini memang malam yang terindah. Aku senang jika ternyata kamu juga merasakan hal yang sama denganku. Aku juga berharap semoga doa kita dikabulkan oleh sang maha pencipta. Selamat tidur juga, Putra. Itulah pesan yang dikirimkan Berliana kepada Putra. Dan Berlianapun tertidur, larut dalam keindahan yang dia rasakan bersama Putra dan melupakan pesan Gingga yang telah dikirim untuknya.
                  Di tempat lain, Gingga tidak juga memenjamkan kedua matanya. Ia masih menunggu pesan dari Berliana. Betapa ia sangat merindukan dan menyayangi Berliana. Lama sekali Gingga menunggu pesan dari Berliana hingga akhirnya ia tertidur karena tak mendapat balasan dari Berliana.

---ooOoo---

                  Pagi hari yang begitu cerah, dengan udara yang begitu sejuk dan segar. Berlianapun terbangun dan ia hendak ke teras rumah menghirup udara yang sejuk dan pagi yang indah juga cerah. Tiba-tiba telah tampak Putra di depan rumah Berliana. Alangkah kagetnya Berliana melihat Putra dan seakan ia tidak percaya dan mengira bahwa dirinya masih tertidur dan bermimpi. “Putra?” Tanya Berliana kaget. “Iya, Berliana ini aku. Ayo cepetan mandi. Sekarang aku mau mengajak kamu jalan-jalan. Aku sudah meminta izin mama kamu kok dan katanya boleh”. Ungkap Putra tersenyum. Berliana terdiam heran sekaligus tidak percaya, seakan ia masih bermimpi. Tiba-tiba Putra mendekati dan menepuk bahu Berliana. Berliana terkejut dan mengangguk lalu ia pergi untuk mandi. Namun dalam hati Berliana bertanya-tanya ada apa yang sebenarnya terjadi, kenapa tiba-tiba  Putra datang ke rumahnya dan langsung meminta izin kepada mamanya untuk bisa mengajaknya keluar  namun tepukan Putra seolah telah menghipnotisnya karena Berliana langsung saja pergi untuk mandi.
                  Cukup lama Putra menunggu Berliana namun tiba-tiba pandangannya tertuju pada satu arah tanpa mengedipkan kedua matanya. Di dalam kedua bola matanya tampak jelas sinar kekaguman. Berliana yang sudah selesai mandi dan juga berpakaian dan telah berdiri di depan Putra membuat Putra begitu mengagumi Berliana. Hari itu Berliana nampak sangat cantik dibanding hari sebelumnya. Berliana tersenyum dan menyampaikan bahwa dirinya telah siap. Putra yang masih tertegun melihat kecantikan Berliana nampak kaget setelah mendengar suara Berliana. Lalu keduanya berpamitan kepada kedua orang tua Berliana untuk pergi keluar.
                  Di dalam perjalanan, Berliana bertanya-tanya ada apa dengan Putra dan ia akan mengajaknya kemana. Ia datang begitu saja seolah memberikan sebuah kejutan yang sebenarnya membuat Berliana senang sekaligus terkejut juga. Yang ada dalam benak Berliana, sungguh Putra adalah seorang yang kedatangannya selalu mengejutkan akan tetapi memberikan suatu kenangan termanis karena Berliana pasti akan selalu mengenang saat-saat kedatangan Putra.
                  “Sudah sampai”. Ucap Putra. Lagi-lagi Putra mengejutkan Berliana. “Wah pamandangannya indah sekali !” ungkap Berliana. Putra hanya tersenyum mendengar ungkapan Berliana dan melihat Berliana yang tengah mengagumi pemandangan sekitar. Ternyata Putra mengajak Berliana ke sebuah kebun yang banyak ditumbuhi bunga-bunga. Berbagai jenis bunga langka terdapat disana. Putra bergegas ke suatu tempat menuju salah satu jenis bunga kemudian memetiknya dan memberikannya kepada Berliana. Sungguh romantis Putra saat itu dan Berliana tersenyum bahagia melihat sosok Putra. Bunga yang diberikan Putra adalah bunga mawar berwarna merah yang begitu indah dan cantik serta harum membuat Berliana menyukai bunga itu. Setelah itu, Putra mengajak Berliana ke suatu tempat yang mengarah ke dalam sebuah rumah. Rumah itu nampak kosong namun juga megah dan bagus serta halaman yang begitu asri dan bersih. Berliana bertanya-tanya tentang kejutan apa lagi yang akan ditunjukan oleh Putra. Namun kenapa ia membawanya ke sebuah rumah yang nampak kosong? Apa yang akan ditunjukan Putra dari rumah itu?. Begitulah yang muncul dalam benak Berliana, namun Berliana berharap itu adalah sebuah kejutan lagi untuk dirinya.
                  “Putra, ini rumah siapa?”. Tanya Berliana heran. Mendengar pertanyaan Berliana, Putra hanya tersenyum manis dan menariknya pelan agar ia mau masuk ke dalam rumah itu. “Putra, ini rumah siapa? Kamu mau bawa aku kemana?” Tanya Berliana lagi. Namun pertanyaan Berliana tidak juga dijawab oleh Putra. Rumah siapa itu sebenarnya dan apa yang akan Putra tunjukan? Apakah akan ada sebuah kejutan lagi untuk Berliana?.
                  Di tempat lain, Gingga yang sudah semalaman menunggu pesan Berliana hanya terdiam melihat langit yang terlukis indah, betapa ia menyayangi dan merindukan Berliana. Sebuah tawa dan senyuman yang pernah terlukis ketika pelulusan sekolahnya dua tahun silam masih terbayang Gingga, begitu indah kecantikan yang terpancar dalam wajah Berliana dan begitu lembut bibir Berliana yang pernah ia kecup, begitu hangat tubuh Berliana saat ia memeluknya erat. Begitu indah kasih sayang Berliana yang selalu senantiasa ada saat-saat kepergian dan kepulangan Gingga. Oh Berliana kau sungguh membuat aku menjadi gila, oh Berliana kau membuatku tidak ingin kehilanganmu, aku begitu menyayangimu” Ungkap Gingga dalam hati yang begitu sangat merindukan Berliana.
                  Sementara di tempat lain, Putra masih belum menjawab pertanyaan Berliana masih menariknya pelan masuk ke dalam rumah itu. Tiba-tiba muncul seorang perempuan dengan sebuah senyuman yang hangat, perempuan itu nampak ramah dengan senyumannya yang mengembang. “Putra, kenapa gak di ajak masuk Berliananya?” Tanya perempuan itu ramah. Berliana sangat heran, siapakah perempuan itu? Kenapa ia tahu namanya? namun Berliana hanya terdiam.
                  “Iya, Ma. Putra juga mengajak Berliana masuk kok”. Jawab Putra sambil menarik pelan Berliana. Mendengar ucapan Putra, kini Berliana tahu bahwa perempuan ramah itu adalah mamanya Putra. Mengetahui hal itu, Berliana langsung menyapa salam kepada mamanya Putra dan mamanya Putra menyambut hangat kedatangan Berliana. Berlianapun dipersilahkan masuk oleh mamanya, dan Putra mengenalkan mamanya kepada Berliana dan ia juga memperkenalkan Berliana kepada mamanya. Sesampainya di ruang tamu, mamanya Putra pergi meninggalkan mereka berdua. Dan di ruang tamu itu Berliana duduk berdua bersama Putra. Berliana mencubit tangan Putra. “Kamu kok gak bilang-bilang sih kalau kamu bakal ngajak aku ke rumah kamu” Tanya Berliana kesal namun juga bahagia. “Aku kan sudah tahu rumah kamu, tapi kamu belum tahu rumah aku. Jadi aku sengaja mengajak kamu kesini dan aku buat semuanya menjadi sebuah kejutan untuk kamu”. Jawab Putra tersenyum. “Kok mama kamu tahu namaku?” Tanya Berliana lagi. “Oh itu, iya karena sebelumnya aku sudah cerita, kalau siang ini akan ada bidadari cantik yang bernama Berliana datang ke rumah ini” Jawab Putra menggoda sambil memencet hidung Berliana. Lalu Berlianapun membalasnya dengan memencetnya juga hidung Putra. Dan mereka saling bercanda bahagia di rumah Putra. Mamanya Putra yang melihat semua itu hanya tersenyum dan pergi berlalu.
                  “Duh haus banget dari tadi kita tertawa melulu”. Ucap Berliana seraya mengusap lehernya. “Oh iya, aku lupa minumannya, tunggu sebentar ya bidadariku yang manis”. Ucap Putra sambil pergi berlalu. Setelah beberapa saat, Putrapun kembali dengan membawa minuman segar untuk Berliana kemudian Putra mengajaknya kembali ke kebun bunga milik orang tuanya yang begitu indah. Sesampainya di kebun, Berliana dikejutkan kembali dengan rangkaian bunga yang yang indah dan membentuk kata “I Love you” yang ternyata sudah dipersiapkan oleh Putra sebelumnya. Berliana tertegun melihatnya, sungguh hari yang penuh kejutan. Hari yang begitu membahagiakan. Sebuah kebahagiaan yang tercipta karena rasa sayang begitu terasa sangat nyata dari Putra.
                  Putrapun memegang kedua tangan Berliana, “Aku tahu kamu bukan milikku tapi hatiku adalah milikmu dan aku ingin kamu mengetahuinya, lewat bunga yang aku rangkai semoga kamu tahu bahwa aku begitu menyayangimu”. Ungkap Putra dengan begitu romantis. Mendengar itu, Berliana terdiam, tertegun dan memandangi wajah Putra yang nampak terlihat bersinar dengan keromantisannya. Berliana bahagia, begitu nyata rasa sayang Putra untuknya, Berliana tersenyum haru kemudian memeluk Putra erat. “Aku tahu, kamu menyayangiku karena aku merasakan semua itu, aku bahagia hari ini, melebihi hari-hari sebelumnya yang pernah kita lewatkan, aku juga menyayangimu Putra. Rasa sayangmu begitu nyata untukku”. Ungkap Berliana.
                  Dan mereka berpelukan, mengungkapkan semua rasa sayangnya. Dengan pemandangan kebun bunga yang sangat indah yang diantara semua itu terdapat rangkaian bunga membentuk kata “I Love You” membuat suasana yang sangat romantis dan hari mulai senja saat semua itu terjadi, begitu lama mereka saling berpelukan hingga akhirnya mentari yang akan mulai terbenam membuat mereka saling melepaskan pelukan mereka dan menyaksikan peristiwa yang tiap senja terjadi. Mentari terbenam. Sungguh indah hari itu, begitu romantis. Dan keindahan serta keromantisan itu berakhir dengan mentari yang sudah dijemput malam.
                  Di tempat lain, Gingga yang masih mengenang Berliana memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan dia bergegas dan bersiap-siap untuk pulang. Dan Gingga sengaja tidak memberitahukan Berliana akan kepulangannya karena ingin menjadikan kepulangannya adalah sebuah kejutan untuk Berliana sekaligus mempertanyakan kenapa emailnya tidak dibalas. Setelah semuanya beres, Gingga memesan tiket online untuk kepulangannya dan besok adalah jadwal keberangkatanya menuju Indonesia.
                  Hari berlalu begitu cepat, tiba saatnya Gingga untuk segera berangkat menuju kampung halamannya untuk menemui Berliana, kekasihnya yang begitu ia sayangi yang tidak ingin jika Gingga mesti kehilangannya.
                  Beberapa jam perjalanan telah Gingga tempuh hingga akhirnya ia tiba di bandara. Gingga terkenang lagi Berliana, terbayang Berliana yang setiap keberangkatan dan kepulangannya menuju Indonesia-Amerika dan sebaliknya selalu ada hanya untuk menemuinya. Namun kali ini terasa berbeda karena tidak ada Berliana yang menyambutnya. Gingga merasa sangat bersalah dan menyesal telah menduakan cintanya dan hampir tidak pernah menghubunginya kala ia berada di Amerika.
                  Gingga berlari memanggil taxi dan seakan tidak sabar ingin segera bertemu dengan Berliana. Gingga berniat untuk ke rumah Berliana namun sebelum ia ke rumah Berliana ia terlebih dulu pulang ke rumahnya untuk memberitahukan keluarganya bahwa ia telah pulang. Keluarga Gingga sangat kaget dengan kepulangan Gingga yang tanpa pemberitahuan sebelumnya itu, namun ia buru-buru keluar lagi untuk menemui Berliana, keluarganya hanya terdiam, kaget dan tidak percaya melihat kedatangan Gingga, namun Gingga tidak begitu mempedulikannya karena yang ada dalam benak ia sekarang adalah Berliana.
                  Ia langsung mengendarai sepeda motor milik ayahnya yang sebelumnya ia telah meminta izin untuk memakainya dan ayahnya memberikan kuncinya. Cepat sekali Gingga mengendarainya hingga akhirnya ia tidak dapat mengendalikan sepeda motornya dan sebuah truk yang berada didepannya tidak disadari keberadaanya dan terjadilah sebuah kecelakaan. Tubuh Gingga terpental begitupun dengan motornya. Gingga tidak sadarkan diri lalu banyak orang yang berkerumun setelah menyaksikan kecelakaan itu.
                  Ibunda Gingga yang tiba-tiba merasa khawatir kepada Gingga yang seakan telah merasakan ada firasat buruk menimpa anaknya menelp Gingga. Beberapa kali ibunda Gingga menelp Gingga namun tidak juga ada yang mengangkat. Rasa khawatir ibunda Gingga semakin bertambah hingga akhirnya ada yang mengangkatnya namun bukan suara Gingga yang mengangkatnya melainkan orang lain yang menolong Gingga. Dan orang itu memberitahukan bahwa telah terjadi kecelakaan dan akan dibawa ke sebuah rumah sakit terdekat. Setelah orang yang menolong Gingga memberitahukan alamat rumah sakit yang akan merawat Gingga nanti, kemudian keluarga Ginggapun langsung pergi ke rumah sakit itu. Kekhawatiran ibunda Gingga seakan terjawab.
                  Sebelum Gingga dibawa masuk ke dalam ambulan, Putra dan Berliana yang baru sampai di depan rumah Berliana karena memang hampir setiap hari Putra mengantarkan Berliana pulang dari kampus melihat kerumunan dan keramaian itu. Karena ternyata kecelakaan itu tidak begitu jauh dari rumah Berliana. Berliana yang penasaran mengajak Putra untuk melihatnya, namun entah kenapa Berliana merasa sangat sedih seolah ia tahu sesuatu yang buruk yang ada hubungannya dengan dirinya telah terjadi. Ia tidak sabar untuk melihatnya ia berlari sekencang-kencangnya menuju kerumunan itu dan benar saja Gingga sedang tergolek tidak berdaya dan tidak sadarkan diri. Berliana yang menyadari bahwa ada kecelakaan dan yang mengalami kecelakaan itu adalah Gingga, Berliana histeris dan meneriakan nama Gingga, tidak henti-hentinya Berliana menangis. Berliana memegang wajah Gingga tidak ingin Gingga meninggalkannya untuk selamanya karena Berliana menagih janji itu, bahwa ia akan datang membawa kebahagiaan.
                  Namun Gingga harus segera dibawa oleh ambulan dan Berliana yang histeris disarankan untuk tidak ikut karena takut terjadi sesuatu nanti, Putra yang sebelumnya menyusul Berliana dari belakang saat ia lari yang akhirnya melihat Gingga juga yang tergolek tidak berdaya dan tidak sadarkan diri hanya bisa terdiam dan menghampiri Berliana memeluknya dari belakang setelah ambulan telah berlalu. Putra menenangkan Berliana. Dan saat itu  hujan gerimispun turun. Orang-orang yang telah menyaksikan kecelakaan itu pergi berlalu namun Putra dan Berliana masih berada di tempat itu, tidak mempedulikan air hujan yang terus membasahi mereka. Berliana tanpa henti menangis dan terus menerus memanggil nama Gingga, namun Putra hanya bisa terdiam dan tidak melepaskan pelukannya.
                  Akhirnya Berliana mengajak Putra untuk mengikuti ambulan itu. Mereka berlari menuju motor besar Putra dan setelah mereka menaiki motor besar itu, Putra menyusul ambulan itu. Kecepatan motor Putra membuat mereka tidak kehilangan jejak mobil ambulan itu.
                  Sesampainya di rumah sakit, Berliana langsung mengikuti arah kemana Putra akan dibawa oleh para perawat namun para perawat itu tidak mengizinkan siapapun masuk ke dalam ruangan UGD. Luka Gingga begitu parah hingga ia tidak juga sadarkan diri lalu dilarikan ke dalam UGD. Berliana yang sangat khawatir, sedih dan takut itu hanya bisa menangis dalam pelukan Putra, dan Putra lagi-lagi hanya terdiam dan mendekap Berliana.
                  Tiba-tiba keluarga Gingga datang dan mereka melihat Berliana. Mamanya Gingga langsung menanyakan kabar Gingga kepada Berliana dan Berliana menjawab bahwa Gingga telah berada di dalam UGD. Setelah itu mereka menunggu dokter yang memeriksa Gingga keluar dengan penuh kecemasan. Lama sekali mereka menunggu hingga akhirnya dokter itupun keluar dan memberitahukan bahwa keadaan Gingga sangat kritis. Mendengar itu Berliana dan keluarga Berliana memasuki ruang UGD. Nampak Gingga yang masih tertidur tidak sadarkan diri. Semua keluarga Gingga sangat sedih dan mamanya Gingga menangis melihat keadaan Gingga. semuanya menemani Gingga di dalam rumah sakit, lama sekali mereka menemani dan berdoa untuk Gingga.  Namun tidak terasa hari sudah larut malam dan keluarga Gingga harus pulang karena adik-adik Gingga mesti sekolah.
                  Keluarga Gingga menyampaikan bahwa mereka akan segera pulang dan Berliana mengangguk. Kini yang ada dalam ruangan itu hanya ada Berliana, Putra dan Gingga. Lagi-lagi Putra hanya terdiam dan masih terdiam, ia hanya memandangi Berliana dan sesekali juga memandangi Gingga yang masih tertidur dan tidak sadarkan diri.
                  Berliana tidak ingin pulang dan ia hanya ingin menemani Gingga, namun Putra mengingatkan bahwa hari sudah larut malam dan jika Berliana tidak pulang pasti akan membuat cemas dan khawatir keluarganya. Berliana mengerti dengan penjelasan Putra lalu Berliana pulang dengan di antarkan oleh Putra. Dan salah satu perawat menunggui di ruangan tempat Gingga dirawat.
                  Keesokan harinya pada siang hari sepulang kuliah, Berliana meminta Putra mengantarkannya menemui Gingga dan Putra memenuhi permintaan Berliana. Entah bagaimana perasaan Putra waktu itu namun ia begitu menyayangi Berliana dan apapun itu keinginan Berliana, Putra selalu ingin memenuhinya.
                  Sesampainya di rumah sakit, Berliana tidak sabar ingin melihat keadaan Gingga, Putra yang terlihat tenang sedang memarkirkan motor besarnya sementara Berliana menunggui Putra dengan tidak sabar. Setelah selesai memarkirkan motornya, mereka pergi menuju tempat Gingga dirawat. Sesampainya disana, Berliana memandangi Gingga dan memeluk Gingga yang ternyata telah sadar. Berliana menangis, begitu ia sangat mengkhawatirkan Gingga. Gingga yang sebenarnya tengah kritis memegang kedua tangan Berliana dan menyampaikan betapa ia sangat mencintai dan menyayanginya, kerinduan yang amat luar biasa yang dirasakannya kepada Berliana membuatnya ingin kembali pulang dan menemui Berliana hingga akhirnya kecelakaan itu terjadi. Namun ia juga mengungkapkan bahwa ia sangat merasa bersalah karena saat ia berada di Amerika hampir tidak pernah menghubunginya dan sebuah pengakuan Ginggapun terucap. Bahwa ia telah menduakan cintanya dengan orang lain dan ia meminta maaf dan kepulangannya sekarang adalah untuk Berliana karena ia berniat untuk pindah universitas yang sama dengan Berliana karena ia menyadari bahwa rasa sayangnya untuk Berliana tidak dapat digantikan. Ia meminta maaf atas semua kesalahannya namun ia juga mengutarakan semua rasa sayangnya yang telah ia sadari hanya untuk Berliana.
                  Mendengar semua itu Berliana hanya menangis dan menyampaikan bahwa ia juga menyayangi Gingga, dia juga meminta maaf  karena separuh dari hatinya pernah menjadi milik Putra, tetapi ia sadar bahwa sosok Gingga selalu memiliki satu dari hatinya yang hanya satu.
                  Begitu sebuah pengakuan dan kejujuran yang membuat sangat lega. Kejujuran itu terkadang menyakitkan tetapi kejujuran itu juga indah. Pelan tetapi pasti tangan Gingga yang tengah memegang tangan Berliana terlepas. Matanya perlahan memenjamkan kedua matanya namun sempat tersenyum ketika melihat Berliana dan mendengar semua kejujuran Berliana dan kejujuran yang diungkapkan dirinya kepada Berliana yang selalu membuatnya merasa bersalah dan menyesal, membuat Gingga  merasa sangat lega. Kini semua yang menjadi penyebab rasa bersalahnya telah di ungkapkan kepada Berliana dan Ginggapun menghembuskan nafas terakhirnya.
                  “Ginggaaaaaaaaaa !!!”. Teriak Berliana histeris. Berliana menangis sejadi-jadinya. Ia tidak ingin kehilangan Gingga untuk selama-lamanya. Ia tidak ingin kehilangan senyum Gingga yang pernah diberikan untuk dirinya, ia masih ingin ada Gingga, Ia tidak ingin kehilangan sosok Gingga dalam hidupnya. Gingga,  seseorang yang pernah mengisi hidupnya, seseorang yang telah memberikan kenangan termanis untuk dirinya, Gingga seseorang yang pernah mendekapnya erat ketika di belakang sekolah, Gingga yang memberikan kejutan ketika pelulusan sekolah itu, Gingga yang membuatnya yakin bahwa ia akan lulus saat pelulusan itu, Gingga seseorang yang pernah berjanji kepadanya bahwa ia akan pulang membawa sebuah kebahagiaan tetapi kini ia pulang untuk selama-lamanya. Berliana tidak henti-hentinya menangis dan memeluk Gingga yang sudah terbaring untuk selama-lamanya. “Mana janji kamu, Ga ? mana janji kamu yang akan pulang memberikan kebahagiaan hanya untukku? Mana janji kamu, Ga? Kenapa kamu pergi untuk selama-lamanya setelah sekian lama aku menanti kamu untuk menunggu janji kamu.” Ungkap Berliana sambil menangis.
                  Putra yang melihat semua itu kemudian menghampiri Berliana dan Gingga yang sudah terbaring untuk selama-lamanya. “Semoga kamu tenang ya Ga di alam sana” Doa Putra untuk Gingga.

---ooOoo---

                  Ginggapun dimakamkan, nampak semua keluarga Gingga yang menghampiri makam Gingga dan Berliana yang masih menangis mengetahui kini Gingga bukan pergi untuk sementara tetapi kini ia pergi untuk selama-lamanya dan itu adalah perpisahan terakhirnya dengan Gingga. Tidak ada lagi suara Gingga yang mengatakan bahwa ia akan kembali terdengar oleh Berliana seperti saat perpisahannya ketika di bandara dulu. Namun kini ia sadar kebahagiaan yang mungkin dijanjikan Gingga untuk dirinya adalah ketika ia kembali dengan sebuah kejujurannya disaat terakhir dia akan meninggalkannya untuk selamanya dan kebahagiaan yang paling membahagiakan adalah saat Berliana adalah yang terakhir yang terlihat Gingga saat ia menghembuskan nafas terakhirnya. Gingga adalah cinta sejatinya yang akan selalu tersimpan di dalam hati Berliana untuk selama-lamanya dan jika suatu saat merindukan Gingga, Berliana akan membuka pintu tempat cinta sejatinya bersemayam di dalam hatinya. Namun cinta sejati Putra akan terus berkembang dan tumbuh di dalam hati Berliana. Cinta sejati Putra untuk Berliana. True Love.

The end.
---ooOoo---

1 komentar: