TRUE LOVE
oleh :erin rismaya
“Berlari menuju laut lepas, panorama alam yang seakan memberikan kebebasan untuk teriakan semua
yang menjadi beban. Laut, laut, laut, ombaknya yang terus bergulung saling
mengejar satu sama lain, mengisyaratkan sebuah kebebasan, mengajarkan untuk
selalu berlari tanpa mengenal lelah demi mengejar impian sampai menepi di tepi
tujuan lalu menghirup udara hasil perjuangan kala meraih cita-cita dan impian. Dan aku ingin seperti ombak itu yang
seakan selalu bersemangat berlomba dengan ombak yang lainnya tuk sampai ke
tepian dalam meraih mimpi, tapi aku terlalu lemah untuk menjadi seorang yang
seperti itu. Aku terlalu rapuh dengan semua keadaan, aku terlalu menyerah
dengan semua yang terjadi dan aku terlalu pasrah dengan semuanya. Andai aku
seperti ombak-ombak itu.” ucap Berliana seorang gadis perempuan yang sangat
cantik.
Mendengar setiap kata yang terangkai dalam kalimat yang diucapkan
Berliana membuat hati Gingga terenyuh “Kamu seharusnya jangan mengucapkan
kata-kata seperti itu, Berliana. Aku yakin kamu pasti kuat, aku yakin kamu
pasti bisa untuk hadapi semuanya, aku yakin itu, Berliana.” Gingga menghapus
air mata Berliana yang keluar. “Tapi buktinya aku tetap saja seperti ini, rapuh
dan seakan tak berdaya.” Jawab Berliana yang kemudian menundukan kepala dan lalu
menangis. “Kamu pasti kuat Berliana, yakinlah” Gingga mendekap Berliana.
Lama sekali Gingga mendekap Berliana hingga akhirnya Gingga melepaskan
dan menunjukan keindahan mentari yang mulai terbenam. Keduanya terlarut dalam
keindahan pemandangan mentari yang sedang terbenam. Pemandangan lautan lepas
nan indah dengan panorama yang begitu sempurna terlukis, dan mentari yang mulai
menghilang dari pandangan bumi dan hari semakin gelap.
“Kuatkan aku, Gingga” ucap Berliana penuh harapan. “Pasti, aku akan
selalu menguatkan kamu, Berliana” Gingga menjawab dengan penuh keyakinan.
“Jangan lupakan aku”. Ungkap Berliana dengan garis wajah yang terlihat jelas
begitu berat Berliana melepas kepergian Gingga. “Tidak akan Berliana, aku tidak
akan sanggup melupakan kamu dan kenangan indah kita dulu”. Gingga menjawab lagi
dengan penuh keyakinan. “Kamu janji kamu tidak akan lupakan aku !.” Berliana
meyakinkan jawaban Gingga. “Iya, aku berjanji Berliana. Aku tidak akan lupakan
kamu dan saat mentari mulai terbenam saat itulah aku pasti sedang mengingatmu,
ini adalah kenangan termanis kita sebelum aku berangkat. Kepergianku bukan
untuk meninggalkan kamu tapi aku akan kembali memberikanmu kebahagiaan dan
kepergianku ini akan mendewasakan kita nanti, kelak jika aku kembali sambutlah
aku dengan senyummu”. Mendengar kata-kata yang di ucapkan Gingga membuat
Berliana tidak mampu lagi menahan air matanya, ia menangis tanpa henti dan air
matanya terus membasahi kedua pipinya, ia tidak sanggap untuk hadapi kenyataan
bahwa ia akan berpisah dengan Gingga, kekasihnya yang begitu ia sayangi. Begitu
banyak cerita indah dan kenangan manis yang telah mereka lalui hingga akhirnya
mereka harus berpisah karena keadaan. Apa yang terjadi dalam hidup ini memang
tak selalu sama dengan apa yang di angan-angankan dan apa yang dicita-citakan.
Begitu juga dengan angan-angan Gingga dan Berliana ketika keduanya masih
memakai pakaian seragam putih abu. Masa di mana mereka pertama kali saling
mengenal hingga akhirnya saling menyayangi dan mengikatnya dengan sebuah
jalinan kasih hingga akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih yang saling
mencintai dan mulai merajut kenangan dan cerita indah. Namun tak ada keindahan
yang selalu berlangsung abadi. Kedua orang tua Gingga menginginkan Gingga tuk
melanjutkan menuntut ilmu ke perguruan tinggi di luar negeri. Gingga adalah
anak pertama dari tiga bersaudara dan ia adalah anak laki-laki satu-satunya.
Begitu besar harapan dan cita-cita kedua orang tua Gingga untuk melihat anak
laki-lakinya nanti kelak menjadi seorang yang sukses.
“Kamu jangan menangis lagi ya, sayang.
Aku pasti akan kembali untuk kamu” ungkap Gingga sambil mengusap air mata
Berliana. “Aku pasti akan selalu menunggu kamu” Jawab Berliana.
Malam semakin larut dan haripun berganti hari.
---ooOoo---
Siang itu Berliana yang masih duduk di bangku SMA yang baru saja naik
kelas ke kelas tiga sangat tidak sabar untuk pergi ke bandara. Dan saat bel
pulang sekolah berbunyi, ia langsung pergi bergegas menuju bandara. Dan benar
saja, disana Gingga sedang menunggu kedatangan Berliana beserta keluarganya.
Pertemuan pertama Berliana dengan keluarga Gingga dan sekaligus perpisahannya
dengan Gingga untuk sementara itu membuat hari itu sungguh menjadi sesuatu yang
tidak akan pernah terlupakan.
Berlianapun menyapa salam kepada keluarga Gingga dan sambutan yang hangat
dari keluarga Gingga membuat hati Berliana sangat senang karena ternyata Gingga
telah bercerita kalau dirinya adalah kekasih Gingga kepada keluarganya yang
kemudian Gingga langsung memperkenalkan Berliana sebagai kekasihnya kepada
keluarganya. Betapa senangnya hati Berliana namun disamping itu, ia juga merasa
sedih karena ia harus berpisah walau hanya untuk sementara dengan kekasihnya
yang sangat ia sayangi.
“Kamu baik-baik disana ya, jangan lupakan aku” ucap Berliana dengan mata
berkaca-kaca. “Aku akan baik-baik saja, Berliana. Aku tidak akan lupakan kamu
dan aku juga tidak akan lupakan janjiku malam itu, asal kamu tidak berpaling
selama aku tidak bersamamu, tunggu aku sampai aku kembali hanya untuk kamu,
Berliana”. Pesan Gingga untuk Berliana. “Aku tidak akan berpaling dari kamu,
Gingga. Aku menyayangimu lebih dari yang kamu tahu dan aku pasti akan menunggu
kamu, aku menyayangimu.” Ungkap Berliana. “Kamu juga jaga diri kamu baik-baik
ya selama aku tidak bersamamu” Gingga menambahkan. “Aku pasti akan jaga diri
baik-baik”. Jawab Berliana.
Dan Ginggapun pergi berlalu menuju pesawat yang akan membawanya ke
Amerika Serikat. Berliana menyaksikan pesawat itu dan air matanya lagi-lagi
menetes dan membasahi kedua pipinya hingga akhirnya keluarga Gingga mengajaknya
pulang bersama dan saat itulah Berliana mulai akrab dengan keluarga Gingga.
---ooOoo---
Detik demi detik, waktu demi waktu, hingga akhirnya jam berganti jam,
hari berganti hati, minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan. Berliana
lalui hari-harinya tanpa Gingga yang selalu menghiasi setiap harinya disisinya
seperti dulu, kala Gingga masih bersamanya.
Ku ingin dia di sampingku
Ku ingin dia temani ku
Ku sayang dia (sangat)
Ku ingin dia sekarang…
Ku ingin dia ada
menemani ku sekarang
Ku sayang dia
Kenapa dia menghilang?
Saat ku ingin dia….
Begitu isi hati Berliana yang sangat
merindukan Gingga, kekasihnya.
---ooOoo---
Tidak terasa tahun telah berganti tahun dan besok akan menjadi hari yang
sangat mendebarkan bagi Berliana karena besok adalah pembagian kelulusan. Malam
itu Berliana tidak bisa tidur karena ia sangat takut memikirkan jika dirinya
tidak lulus nanti. Ia curahkan semua ketakutannya kepada kekasihnya Gingga
lewat email yang dikirimkannya. Dan Gingga memberikan semangat dan sebuah
keyakinan bahwa Berliana pasti akan lulus. Begitu besar pengaruh yang diberikan
Gingga kepada Berliana hingga Berliana dapat terlelap tidur dengan nyenyak,
menghilangkan semua ketakutannya.
Namun disamping itu ada sebuah perasaan bersalah yang dirasakan Gingga
selama ini setelah hampir setahun ia belum bertemu lagi dengan Berliana. Namun
ia juga tidak kuasa jika mesti berkata jujur kepada Berliana yang ternyata masih tetap setia kepadanya
walau jarak telah memisahkan. Gingga mencoba untuk menutupi dan menyembunyikan
semuanya. Lalu iapun tertidur.
Kriiiiiiiiing. Berlianapun terbangun
dengan suara jam alarm yang telah ia pasang sebelumnya. Ia bersiap-siap
berangkat sekolah namun perasaan berdebar dan rasa takut tidak lulus masih
menghantui perasaan Berliana, namun kata-kata Gingga semalam yang meyakinkan
bahwa Berliana pasti akan lulus melunturkan rasa takut dan mengurangi perasaan
berdebar Berliana dan membuat keyakinan bahwa dirinya pasti akan lulus. Setelah
sarapan dan semuanya telah siap, Berlianapun bergegas berangkat setelah ia
mengucapkan salam kepada kedua orang tuanya.
Berliana berangkat jalan kaki menuju
sekolah karena jarak rumah dengan sekolah tempatnya mencari ilmu tidak begitu
jauh.
Akhirnya Berlianapun tiba di sekolah
lalu ia menuju ruang kelasnya. Berliana bercakap-cakap dengan teman-temannya
dan berdoa agar semuanya lulus dan mendapat hasil yang memuaskan. Hati Berliana
sangat berdebar dan rasa berdebar dan perasaan takut Berliana semakin memuncak
setelah mendengar suara langkah kaki Bu Fijni yang membawa kertas hasil Ujian.
Perasaan berdebar Berliana bertambah memunjak setelah Bu Fijni memasuki ruang
kelas dan duduk di meja guru. Bu Fijnipun bersiap-siap membagikan kertas hasil
ujian dan memberikan pesan bahwa apapun yang terjadi itulah yang terbaik dan
tetaplah raih impian dan cita-cita. Setelah memberikan beberapa pesan yang
membuat hati Berliana dan juga hati murid yang lainnya berdebar, kemudian Bu
Fijni membagikan satu per satu kertas hasil ujian itu, para murid belum ada
yang membuka kertas hasil ujian karena pesan Bu Fijni yang tidak boleh dulu
membuka kertasnya sebelum semuanya terbagi. Berliana sangat berdebar saat ia
memegang kertas hasil ujiannya dan berdoa semoga dirinya lulus.
Akirnya semuanya telah terbagi dan
Bu Fijni mempersilahkan para muridnya untuk membuka hasil ujiannya. Perlahan
tetapi pasti Berliana membuka kertas hasil ujiannya dan betapa terkejutnya
hingga dirinya menangis setelah membaca Berliana Gifiani Sobji dinyatakan LULUS
dan kemudian berjingkrak bahagia dan tangisannya adalah tangisan bahagia.
Lalu ia kirimkan email kepada Gingga
memberitahukan bahwa dirinya lulus dan mencurahkan kebahagiaan dan perasaan
leganya kepada Gingga. Gingga ikut merasakan bahagia mendengar kabar dari
Berliana. Namun lagi-lagi perasaan bersalah Gingga kembali muncul, dalam hati
Gingga seolah ada badai yang membuat hati Gingga begitu bingung apakah dia
jujur atau tidak kepada Berliana.
Gingga membalas email Berliana
dan mengungkapkan bahwa ia merasa ikut senang dengan hasil kelulusan Berliana
dan mengucapkan selamat kepada Berliana. Tanpa sepengetahuan Berliana, ternyata
Gingga sudah kembali ke Indonesia
dan sudah tiba di sekolah Berliana tuk melihat kekasih yang begitu ia cintai
bahagia karena akan segera melepas status remajanya menjadi dewasa. Namun,
Gingga belum keluar dari tempat persembunyiannya ia masih melihat dari kejauhan
tawa bahagia kekasihnya yang telah dinyatakan lulus itu. Hati Gingga sangat
merasa bersalah melihat tawa Berliana walau hanya dari kejauhan, begitu tampak
sebuah tawa dan senyum yang bahagia dari wajah Berliana. Namun Gingga telah
memutuskan bahwa ia akan menjadikan perasaan bersalahnya sebuah rahasia tuk
sementara dan menunggu hingga waktu yang tepat untuk mengatakannya kepada
Berliana, bagi Gingga kebahagiaan Berliana sekarang tidak boleh di rusak dengan
apapun.
Pelan tetapi pasti Gingga
menghampiri Berliana dari belakang hingga Berliana tidak tahu bahwa kekasihnya
Gingga telah berada di belakangnya dan teman-temannya yang telah lebih dulu
melihat Gingga seakan mengerti pesan yang disampaikan lewat telunjuknya yang
didekatkan ke bibirnya. “Hari ini aku senang sekali, semua rasa takut dan khawatir
aku tidak lulus sudah sirna, hah andai ada Gingga pasti rasa bahagiaku sekarang
begitu terasa sempurna”. Ucap Berliana kepada teman-temannya dan teman-temannya
yang telah mengetahui keberadaan Gingga hanya tersenyum. “Aku disini sayang”.
Ucap Gingga yang telah berada dibelakang Berliana tanpa sepengetahuan Berliana
sebelumnya. Sambil membawa hadiah untuk Berliana, Gingga tersenyum kepada
Berliana. “Selamat ya sayang”. Ucap Gingga. Melihat dan mendengar suara Gingga,
Berliana hanya terdiam. Membisu dan seakan menjadi patung. Ia sangat terkejut
dan tidak menyangka bahwa yang berada di hadapannya sekarang adalah Gingga,
kekasih yang begitu masih dia sayangi dan dia rindukan. Tidak ada lagi air mata
kesedihan yang keluar seperti setahun lalu saat melepas kepergian Gingga,
karena air mata yang dikeluarkan Berliana adalah air mata bahagia. Ia merasa
sangat bahagia, perasaan bahagianya begitu sempurna, kado yang terindah untuk
hari kelulusannya adalah kehadiran orang yang disayanginya. Namun Berliana
tidak bisa memeluk Gingga, begitupun sebaliknya walau sebenarnya jauh di lubuk
hati mereka yang paling dalam mereka berdua ingin memeluk satu sama lain
melepas semua rasa rindu yang telah merasuki hati mereka selama ini, karena
mereka mengetahui dan menyadari alangkah tidak pantasnya jika mereka lakukan
itu di sekolah.
“Ko kamu bisa kesini?”
Berliana heran namun juga bahagia. “Apapun bisa aku lakukan untuk kembali
memberikan kamu kebahagiaan, Berliana.” Jawab Gingga tersenyum. Teman-teman
Berliana yang mendengar kata-kata Gingga langsung mendekati Berliana dan
menggoda Berliana dan mereka semua terlarut dalam kebahagiaan Berliana.
Sementara semua terlarut dalam
pesta kelulusan karena ternyata semua murid dinyatakan lulus dan mereka semua
merayakannya. Gingga dan Berliana pergi ke belakang sekolah, tempat mereka dulu
saling mengenal dan mereka mengenang semua kenangan-kenangan indah mereka dulu.
Mereka juga melihat nama mereka masih tertera jelas di batang pohon beringin
yang dulu mereka ukir berdua, Gingga dan Berliana tersenyum mengembang saat
melihat tulisan itu masih terukir jelas. Suasana itu seakan setahun yang lalu
saat mereka masih bersama. Begitu erat Berliana memegang tangan Gingga dan
Gingga membalas dengan sebuah pelukan hangat melepas semua kerinduannya kepada
Berliang. “Aku menyayangimu, Berliana. Semua kenangan manis antara kita tidak
akan mampu aku lupakan, aku menyangimu, Berliana. Aku begitu menyayangimu,
hingga aku tidak mampu jika aku harus menyakitimu”. Ungkap Gingga di dalam
hatinya yang tidak mampu lagi menahan kerinduannya kepada Berliana dan juga
perasaan bersalahnya kepada Berliana. Begitu erat pelukan Gingga kepada
Berliana. Semua beban akan perasaan bersalahnya seakan sirna ketika memeluk
Berliana, kesetiaan Berliana dan ketulusan hatinya menyayangi Gingga begitu
terasa saat Gingga memeluk Berliana. Sungguh sebuah perasaan yang tercipta
karena cinta.
Lama sekali Gingga memeluk
Berliana hingga akhirnya ia melepaskannya. “Aku menyayangimu, Berliana.” Ungkap
Gingga “Aku juga menyayangimu, Gingga. Sungguh kedatanganmu buat aku sangat
terkejut, aku tidak mengira kamu akan datang hari ini” ucap Berliana. “Setelah
kamu kirim email bahwa kamu sedang ujian untuk kelulusan, aku telah berniat aku
akan pulang dan kembali menemuimu saat pembagian kelulusan kamu.” Ungkap Gingga
“Tapi aku takut nanti kalau para guru tahu kamu ada disini mereka akan
memarahimu” Ucap Berliana “Tidak akan, Berliana. Karena sebelumnya aku telah
meminta izin dan kebetulan pamanku bekerja disini sebagai pengajar juga, jadi
kamu tidak usah khawatir”. “pamanmu? Aku tidak tahu kalau kamu punya paman yang
mengajar di sekolah sini”. “Iya, karena beliau baru masuk 6 bulan lalu” “Oh
jadi guru baru itu, paman kamu?” “Iya, Berliana” “pantesan kamu bisa masuk ke
sekolah ini dengan mudah, tinggal pake alasan saja mau bertemu dengan paman
kamu itu “ “betul sekali” “Huh dasar, ada-ada saja idenya” “iya dong selalu ada
cara untuk kembali memberikan kebahagian untuk kamu” “Kamu gak berubah dari
dulu, selalu mengeluarkan kata-kata indah. “itu karena kamu” mereka berdua
larut dalam suasana kenangan dan mereka tidak hentinya melepaskan semua
kerinduannya dengan saling mengutarakan apa yang ingin di ucapkannya dan mereka
saling bercakap-cakap hingga akhirnya suasana hening. Gingga menatap mata
Berliana begitu juga sebaliknya, Berliana menatap mata Gingga. Kedua tangan
Gingga menyentuh pipi Berliana dan Berliana memegang kedua tangan Gingga yang
menyentuh pipinya. Hingga akhirnya bibir Gingga menyentuh bibir Berliana dan
Berliana membalas ciuman Gingga. Kenangan terakhir di sekolah yang terindah
untuk Berliana yang diberikan Gingga untuknya.
---ooOoo---
Detik berganti detik, jam
berganti jam dan hari berganti hari. Esoknya Gingga harus kembali lagi ke
Amerika Serikat. Kepulangannya tuk menemui Berliana hanya satu hari dan ia
harus kembali lagi ke tempatnya mencari ilmu yang telah dipilihkan kedua orang
tuanya.
Namun kali ini Berliana mampu
menahan perasaan beratnya melepas Gingga pergi untuk sementara dari hidupnya.
Hari saat setahun lalu seakan terulang kembali. Berliana kembali bertemu dengan
keluarga Gingga dan menyapa salam kepada keluarga Gingga dan Gingga pergi
berlalu menuju pesawat, pemandangan itu adalah pemandangan setahun yang lalu,
tapi kali ini tidak ada lagi air mata yang menetes. Tampak sebuah senyuman
ikhlas dalam wajah Berliana dan saat pesawat Gingga melandas, Berliana
menyaksikan pesawat itu terbang secara perlahan. Lagi-lagi hari setahun lalu
seakan terulang, karena keluarga Gingga mengajaknya pulang bersama membuat
Berliana semakin akrab dengan keluarga Gingga.
Malamnya Berliana masih
teringat dengan kejadian di belakang sekolah, sebuah ciuman pertamanya yang
membuatnya selalu mengenang hari itu. Begitu besar rasa sayang Berliana kepada
Gingga hingga setiap detik dan setiap menit selalu mengingat Gingga. Namun
keadaan yang sama juga dirasakan oleh Gingga, setiap detik dan setiap menit ia selalu mengingat Berliana
namun lagi-lagi perasaan bersalahnya muncul lagi. Kapan ia akan katakan semuanya
kepada Berliana? Sampai kapan harus dihantui perasaan bersalahnya kepada
Berliana? Pertanyaan itu selalu muncul ketika mengingat Berliana. “Ah sekarang
bukan waktu yang tepat aku katakan kepada Berliana, lebih baik nanti saja,
hingga saat waktu yang tepat” Gingga bercakap-cakap sendiri hingga akhirnya dia
tidur menyusul Berliana yang juga tidur setelah mengingat dan mengenang ciuman
pertamanya.
--ooOoo---
“Liana, mama dan Papa sudah
pilihkan universitas yang bagus untuk kamu” tiba-tiba di pagi hari mama
Berliana mengajak ngobrol putrinya yang sangat cantik itu. “Dimana, Ma? Tanya
Berliana kepada mamanya. “di Jakarta, nanti mama tunjukan universitasnya dan
kalau soal fakultas kamu nanti pilih sendiri ya” Jawab mama Berliana.
Berliana mengikuti saran kedua
orang tuanya karena sebelumnya dia belum memikirkan ia akan masuk universitas
mana. Pilihan kedua orang tuanya akhirnya menjadi pilihannya juga dan siang itu
juga Berliana dan keluarganya pergi ke universitas yang akan dipilih Berliana
dan ternyata Berliana menyukai tempat dan fasilitas yang diberikan universitas
itu. Hingga akhirnya dia mendaftar.
Tiba saatnya Berliana
mengikuti test untuk masuk ke universitas itu setelah menunggu beberapa hari,
dan Gingga memberikan semangat untuk Berliana setelah sebelumnya Berliana
memberikannya kabar bahwa ia akan mengikuti test.
Hingga akhirnya tiba
pengumuman penerimaan mahasiswa baru, perasaan berdebar dan takut dirasakan
kembali oleh Berliana setelah sebelumnya ia merasakan berdebar menanti
pelulusan sekolah namun lagi-lagi Gingga membuatnya yakin bahwa ia pasti akan
diterima. Benar saja Berliana diterima menjadi mahasiswa baru di universitas
itu dan perasaan bahagianya itu disampaikan kepada Gingga lewat email yang
dikirimkannya dan Gingga ikut bahagia mendengar kabar bahagia itu walau
perasaan bersalah masih menghantuinya.
Hari-hari Berliana dilalui
dengan kesendirianya dan dalam kesendiriannya ia melihat hampir semua
teman-temannya ditemani dengan kekasihnya tapi tidak untuk dirinya. Berliana
ingin sekali Gingga ada di dekatnya sekarang, menemaninya, agar dia sama
seperti teman-temannya yang lain, ditemani seseorang yang disayangi.
Tiba-tiba ada seseorang menghampiri
Berliana membangunkan dari lamunannya. “Jangan melamun terus nanti kesamber
petir loh”. Berliana tersenyum walau sebenarnya hatinya sangat terkejut karena
laki-laki itu datang secara tiba-tiba. “Sedang mikirin apa? serius banget.
Kenalin namaku Putra. Nama kamu siapa? Tanya seorang laki-laki yang sudah sejak
lama memperhatikan Berliana. “Namaku Berliana” Jawab Berliana singkat “Aku perhatikan
dari tadi kamu murung terus, lagi ada
masalah ya? “ Tanya laki-laki yang ingin dekat dengan Berliana. Berliana hanya
tersenyum seraya mengarahkan pandangannya ke temannya yang sedang mengobrol
dengan kekasihnya. Laki-laki itu lalu mengikuti arah pandangan Berliana. “Lagi
kangen ya sama pacarnya? Maaf ya aku sudah lancang, aku hanya ingin berteman
dengan kamu.” Ungkap laki-laki itu. “Iya, gak apa-apa kok, salam kenal.” Berliana selalu menjawab dengan
singkat.
Pertemuan Berliana dengan
seseorang yang bernama Putra berlanjut hingga akhirnya mereka berdua dekat dan
saling mengenal satu sama lain. Kahadiran Putra mampu menghapus kesedihan dan
kesendirian Berliana selama ini. Hari-hari Berliana lalui dengan kebersamaannya
dengan Putra yang begitu indah karena hanya ada tawa dan senyum saat mereka
bersama dan membuat semua yang melihat keakraban mereka beranggapan bahwa
mereka adalah sepasang kekasih. Putra
mampu mengubah Berliana hingga menjadi seorang perempuan yang tidak murung
lagi. Kebersamaan Berliana dengan Putra membuat cerita baru dalam hidup
Berliana karena sudah hampir satu tahun mereka selalu bersama walau hanya dalam
ikatan pertemanan.
--ooOoo---
Entah apa yang ku rasa
Tapi hari-hari aku lalui dengan rasa senang
aku sangat senang sekali
Aku senang sekali
Dia (Putra) ada untuk ku
Saat ku ingin dia (Gingga)
Saat ku mengingat dia (Gingga)
Saat ku ingin dia (Gingga)
Dia (Putra) ada dalam hidupku
dia (Putra) hadir, datang dalam hidupku
Aku tidak mengerti perasaan ini
Tapi satu hal yang pasti aku senang
bersamanya (Putra)
Walau sebelumnya kita tidak begitu mengenal
dan saling akrab sebelumnya
Tapi aku menyukainya (Putra)
Aku senang bersamanya (Putra)
Dia (Putra) hadir menghapus kesendirianku
Begitulah isi hati Berliana setelah mengenal Putra. Dan malam itu
Berliana sedang mengingat betapa bermaknanya kebersamaannya dengan Putra yang
mampu menghapus kesendiriannya, yang mampu melupakan Gingga walau hanya
sejenak. Tiba-tiba ketika Berliana sedang mengingat Putra, ada pesan masuk ke
emailnya Lau Berliana membacanya. Ia teteskan kembali air mata saat tahu bahwa
pesan itu dari Gingga. Lama sekali Gingga tidak memberikan kabar kepada
Berliana hingga akhirnya setahun sudah Berliana terlarut dalam kebersamaannya
dengan Putra dalam penantiannya menunggu Gingga kembali. Sayang, apa kabar? Maaf selama ini aku tidak menghubungimu, aku
disibukan dengan begitu banyak tugas-tugas tapi aku tidak bisa membohongi
perasaan sendiri bahwa aku merindukanmu dan ingin bertemu denganmu, besok aku
pulang. Aku harap kamu akan menyambutku di bandara, aku menyayangi dan merindukanmu.
Begitulah pesan yang disampaikan Gingga kepada Berliana. Perasaan
Berliana seakan tercampur aduk. Kini dalam hatinya bersemayam Gingga dan Putra.
Putra mampu membuatnya bahagia dalam kesendiriannya dan itu membuat hati
Berliana menyukai dan tidak ingin kehilangan sosok Putra dalam hidupnya namun
di sisi lain Gingga adalah kekasihnya yang juga dia sayangi. Putra adalah teman
terbaik untuk Berliana saat ini yang mampu membuatnya bahagia dan Gingga adalah
kekasih yang telah memberikan kenangan terindah dalam hidupnya.
“Kabarku baik-baik saja, sayang.
Semoga kabar kamu juga baik disana. Aku tidak sabar menunggu hari esok. Aku
pasti akan menyambutmu di bandara. Aku juga menyayangi dan merindukanmu. Dan
asal kamu tahu aku selalu menunggumu hingga aku hanya milikmu sampai saat ini,
aku akan menunggu kamu kembali hingga kamu memberikan kebahagiaan seperti yang
pernah kamu janjikan dulu.”
Begitulah jawaban Berliana untuk pesan yang dikirimkan oleh Gingga. Malam
itu perasaan Berliana benar-benar tidak karuan. Ada perasaan bahagia karena
hadirnya Putra, ada perasaan kecewa karena Gingga baru menghubunginya namun
juga ada perasaan rindu karena sudah lama tidak bertemu dengan Gingga dan
setelah membaca pesan dari Gingga, Berliana pun mendapat pesan dari Putra yang
mengucapkan selamat tidur, hati Berliana kembali bahagia dan air mata Berliana
yang menetes karena teringat kembali kepada Gingga kini sudah tidak lagi
menetes karena telah berubah menjadi sebuah senyum bahagia. Tetapi Berliana
coba untuk tenang dan tidak terlalu memikirkan berbagai perasaan yang
dirasakannya malam itu dan dia mencoba untuk memenjamkan kedua matanya berharap
hari esok yang cerah akan segera menyambutnya. Dan Berlianapun terlelap tidur
setelah sekian lama tidak mampu untuk tidur. Disisi lain perasaan Gingga juga
sangat tidak karuan saat dia tahu betapa setianya Berliana kepadanya, begitu
tulus cintanya hingga ia berikan hanya untuknya walau kini jarak telah
memisahkan. Gingga tidak mampu jika harus menyakiti Berliana namun ternyata
Gingga telah menyakiti Berliana, menusuk Berliana dari belakang. “Honey, you
not yet sleep, ?” (Sayang, kamu belum
tidur? ) Ucap seorang perempuan Amerika Serikat yang telah menjadi kekasih
Gingga setahun lalu. “I will, honey” (Aku akan segera tidur, sayang) dan Gingga
mengecup bibir kekasihnya hingga akhirnya mereka berdua terlelap tidur dalam
kasur yang sama di apartemen tempat Gingga tinggal.
---ooOoo---
Siang itu, Berliana bercerita kepada Putra bahwa dia akan pergi ke
bandara menjemput kekasihnya yang akan pulang dari Amerika Serikat, mendengar
itu hati Putra sangat sakit karena ternyata jauh dalam lubuk hatinya ia sangat
menyayangi Berliana dan berharap Berliana akan menjadi miliknya suatu saat
nanti, namun Putra tutupi semua perasaan sakitnya itu dengan sebuah senyuman
dan menawarkan diri untuk mengantarkan Berliana menuju bandara dan Berliana
sangat senang Putra mau mengantarkannya ke bandara.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Berliana tiba di
bandara ditemani oleh Putra. Berliana telah mengetahui bahwa siang ini Gingga
tiba di bandara setelah paginya Gingga mengirim email dan memberi tahu jadwal
tiba dia di bandara.
Namun entah kenapa hati dan
perasaan Berliana terasa tawar tidak seperti perasaannya ketika dulu yang amat
menanti Gingga kembali. Sikapnya seakan-akan biasa saja dalam menunggu Gingga
kembali. Setelah menunggu beberapa saat, Gingga muncul, ia hadir, ia ada, ia
kembali di hadapan Berliana. Namun Berliana seolah mati rasa, dia tidak tahu
harus bagaimana dia tidak bahagia namun juga tidak merasa sedih , entah apa
yang dirasakan Berliana. Perasaannya mati rasa dan dia hanya berdiri mematung
melihat Gingga yang perlahan datang menghampirinya. Namun perasaannya berubah
menjadi perasaan berdebar, sedih, sayang, juga rindu. Berliana memeluk Gingga
dan menangis betapa ia merindukan Gingga. Sementara Putra yang menyaksikan
semua itu tidak mampu lagi menahan rasa sakitnya, orang yang sangat
disayanginya ternyata adalah milik orang lain. Namun buru-buru ia menghapus air
matanya hingga tidak ada seorangpun kecuali Tuhan yang melihat bahwa ia
teteskan air mata.
“Gingga, aku kangen dan aku gak bisa lupain kamu” ungkap Berliana kepada
Gingga. Namun Gingga tidak mampu mengucapkan sepatah katapun, begitu besar
perasaan bersalahnya kepada Berliana dan pelukannya kepada Berliana tidak
seerat waktu dulu ia memeluk Berliana saat hari pelulusan Berliana, ia seolah
melemah tidak berdaya dengan ketulusan hati Berliana kepadanya, sekujur tubuh
seakan hilang tenaga saat ia merasakan begitu besarnya rasa sayang Berliana
untuknya hingga sampai sekarang dia masih menunggunya kembali. Menanti janji
itu. Janji di saat mentari terbenam. Sebuah janji manis yang selalu dinanti
Berliana. Sebuah janji manis di hari yang begitu indah yang meyakinkan Berliana
bahwa hatinya hanya untuk Gingga. Janji manis di bawah mentari terbenam yang
selalu dinanti Berliana.
Setelah lama mereka saling
berpelukan, Berlianapun mengenalkan Putra kepada Gingga. dan setelah mereka
saling berkenalan keluarga Gingga datang menjemput dan akhirnya mereka semua
pulang dan Berliana juga Putra di ajak untuk ke rumah Gingga dan merayakan
kepulangan Gingga karena mungkin Gingga tidak akan lama karena beberapa hari
lagi ia akan kembali ke Amerika Serikat.
Suasana hangat di dalam rumah Gingga
begitu terasa dan betapa senang sekali Berliana dapat diterima di keluarga
Gingga, suasana itu membuat Berliana semakin akrab dan semakin mengenal
keluarga Gingga yang begitu ramah dan baik namun disisi lain hati Putra sangat
sakit lagi namun lagi-lagi ia tutupi semua dengan sebuah senyuman.
Hingga saatnya Berliana harus pulang
karena hari sudah mulai larut malam dan di saat mentari mulai terbenam Berliana
dan Gingga menyaksikan kembali dan mengenang saat dulu pertama kali Gingga akan
meninggalkan Berliana untuk sementara. Berliana mengingatkan Gingga akan sebuah
janjinya bahwa ia tidak akan melupakannya dan ia akan mengingat Berliana saat
mentari mulai terbenam dan akan kembali memberikan kebahagiaan. Begitu Berliana
masih mengingat semua janji Gingga membuat perasaan bersalah Gingga kembali
muncul. Tetapi dia tidak mungkin menyakiti Berliana dan berniat untuk
menjadikan semua rahasia karena kejujurannya pasti akan menyakiti Berliana. Dan
saat itu kedua tangan Gingga menyentuh kedua pipi Berliana dan kedua tangan
Berliana memegang kedua tangan Gingga yang menyentuh pipinya. Gingga mencium
bibir Berliana dan Berliana membalas ciuman Gingga. Sementara itu nampak dari
belakang Putra menyaksikan semua itu, ia tidak sanggup lagi menahan rasa
sakitnya hingga ia kembali meneteskan air mata kemudian ia lekas menghapusnya
kembali dan kembali tersenyum untuk menutupi semua rasa sakitnya dan kembali ke
dalam rumah dan menunggu Berliana sampai mengajaknya untuk pulang.
Begitu lama Gingga mencium Berliana
hingga akhirnya mereka berpelukan dan menyaksikan mentari yang mulai terbenam.
Berliana bersandar di bahu Gingga dan mengungkapkan betapa ia sangat mencintai
dan menyayanginya dan berharap apa yang dia rasakan juga dirasakan oleh Gingga,
begitu besar dan begitu tulus rasa sayang Berliana yang dia ungkapkan kepada
Gingga yang membuat perasaan bersalahnya semakin memuncak namun tidak mungkin
juga Gingga berkata jujur bahwa ia telah menduakan cintanya.
Mentari telah terbenam dan senja
telah berganti malam. Berlianapun harus segera pulang karena keluarganya pasti
akan mengkhawatirkannya jika pulang terlarut malam. Dan nampak Putra yang
ketiduran menunggui Berliana. “Putra?” ucap Berliana. Dan sontak saja Putra
terbangun dari tidurnya. “Maaf ketiduran, pulang sekarang?” Tanya Putra yang
kelihatan masih mengantuk. “Putra, maafkan aku ya, kamu menunggu terlalu lama”
ungkap Berliana sesal “Tidak apa-apa kok, lagian dari tadi aku ketiduran” Ucap
Putra yang seakan tidak ingin Berliana merasa bersalah “terima kasih ya, Putra
kamu adalah seseorang yang mampu mengerti aku, ayo kita pulang” ajak Berliana
kepada Putra. Gingga yang melihat ketulusan Putra dalam kesediaanya untuk
Berliana membuat Gingga mengetahui bahwa Putra memiliki perasaan lebih dari
sekadar teman, itu terlihat jelas dari kesediaannya mengantarkan Berliana
sampai ke Bandara hingga menungguinya pulang hingga larut malam. Sungguh sebuah
ketulusan yang sama dengan ketulusan Berliana untuk Gingga. Namun lamunan
Gingga terpecahkan oleh ucapan pamit dari Berliana. Berliana pun pulang bersama
Putra setelah sebelumnya mereka juga pamit kepada keluarga Gingga.
Malam itu setelah Gingga menyaksikan
Berliana pulang bersama dengan Putra entah kenapa hatinya sangat sakit, ia
tidak rela jika Berliana dimiliki oleh orang lain, dia tidak rela jika suatu
saat Putra memilikinya atau siapapun yang memilikinya. Karena ia tahu pasti
tidak akan ada lagi ketulusan hati seperti ketulusan hati Berliana. Berliana
adalah berlian untuk Gingga, sesuai dengan namanya Berliana. Namun lagi-lagi
perasaan bersalah bercampur rasa sesal muncul kembali saat ia menyadari bahwa
ia telah menyakiti Berliana dengan mempunyai kekasih lagi namun di sisi lain ia
tidak rela jika Berliana suatu saat di miliki oleh orang lain jika ia
melepasnya. Dan ia tidak tahu harus bagaimana.
Akhirnya Berliana tiba di depan
rumahnya. Namun sebelum ia masuk ke dalam rumahnya. Berliana masih ingin
memeluk Putra dan tidak ingin beranjak dari motor besarnya. Walau bagaimanapun
juga Putra adalah seseorang yang telah membuatnya menjadi berarti setelah ia
seakan terhempas dalam sebuah penantiannya untuk Gingga. Berliana merasa bahwa
janji manis yang telah terucap oleh Gingga tidak berarti lagi setelah ia
merasakan sebuah kepastian kasih sayang yang sesungguhnya yang telah Putra
berikan kepadanya. Semua rasa bahagia yang selalu diberikan Putra seakan
mengalahkan semua kenangan manisnya bersama Gingga dan seakan menghentikan
langkahnya dalam penantian panjangnya untuk Gingga. Entah apa yang Berliana
rasakan, namun saat itu Berliana tidak mau kehilangan sosok Putra yang telah
memberikannya sebuah kepastian kasih sayang walau tidak terucap dari bibir
Putra tetapi Berliana merasakan ketulusan kasih sayang Putra untuk dirinya.
Begitu erat pelukan Berliana hingga membuat Putra terdiam dan memegang kedua
tangan Berliana namun ia tidak mungkin menyatakan kalau sebenarnya ia
menyayangi Berliana karena ia menyadari ia telah dimiliki orang lain.
Akhirnya Berliana melepaskan
pelukannya seraya mengucapkan terima kasih dan mengajaknya mampir dulu ke
rumahnya namun hari telah larut malam dan Putra harus segera pulang. Berliana
pun mengerti dan pergi beranjak menuju rumahnya sendiri, dan Putra memandangi
Berliana yang pergi berlalu hingga ia masuk dan Putra menghidupkan suara
motornya dan pulang.
Sesampainya dirumah, betapa Putra
tidak bisa membohongi perasaannya bahwa ia sangat menyayangi Berliana dan
pelukan erat Berliana membuat Putra tidak bisa lagi membendung perasaannya, ia
terlalu sayang kepada Berliana namun ia tidak bisa apa-apa karena ia menyadari
bahwa Berliana adalah milik orang lain. Lalu ia coba untuk tidur agar tidak
memikirkan Berliana lagi. Lama sekali tidak bisa memenjamkan matanya hingga
akhirnya Putra tertidur.
Disisi lain, setelah Putra
mengantarkannya pulang. Berliana teringat akan ketulusan Putra untuknya. Ia
tulus melakukan apa saja demi dirinya, walau semua tidak pernah terucap tetapi
ketulusan itu dapat dirasakan Berliana. Tanpa Berliana sadari kini hatinya
setengah milik Putra. Tak ingin terlalu memikirkan Putra ataupun Gingga,
Berliana mencoba untuk memenjamkan kedua matanya karena hari sudah terlarut
malam dan berharap hari esok yang cerah akan menyambutnya. Lama sekali Berliana
tidak mampu memenjamkan kedua matanya hingga akhirnya ia tertidur juga.
---ooOoo---
Beberapa hari telah berlalu
tiba saatnya Gingga kembali ke Amerika Serikat untuk menyelesaikan belajarnya
namun tidak seperti biasanya Berliana tidak nampak hari ini, kemana dia? Itulah
yang ada dalam benak Gingga.
Sebentar lagi jadwal
keberangkatan pesawat Gingga namun belum juga ada Berliana menemuinya untuk
sekedar mengucapkan salam perpisahan walau
hanya untuk sementara seperti yang pernah dilakukan sebelumnya. Berliana
belum juga datang padahal sebelumnya Gingga telah memberitahukan kapan ia akan
kembali lagi ke Amerika. Kemana Berliana? Begitulah yang terus-menerus muncul
dalam benak Gingga.
Tiba-tiba hujan turun, membuat
Gingga semakin khawatir. Kemana Berliana? Pertanyaan itu terus-menerus muncul
dalam benak Gingga. Gingga nampak cemas dan khawatir apalagi hujan di luar
sangat lebat. Namun ia mencoba untuk menenangkan diri dan kembali duduk.
Detik telah berganti menjadi
menit akhirnya Berliana datang bersama Putra dengan keadaan tangan Berliana
yang sedikit terluka dan badan yang basah kuyup. “Berliana?” Ucap Gingga kaget.
“Maaf Ga, tadi karena terburu-buru dan juga hujan jadi jalanan agak licin dan
kami terjatuh” Putra menjelaskan. Mendengar penjelasan Putra, perasaan bersalah
Gingga muncul kembali betapa tulus dan besarnya rasa sayang Berliana untuk
dirinya hingga ia rela hujan-hujanan hingga akhirnya ia terjatuh dan tangannya
terluka hanya agar bertemu dirinya sekedar untuk ucapkan salam perpisahan walau
hanya untuk sementara namun ia juga melihat ketulusan Putra yang selalu ada
untuk Berliana dan ia juga rela dirinya kehujanan hanya untuk mengantarkan
Berliana.
Keluarga Gingga yang juga
mendengar penjelasan Putra langsung membantu Berliana dan juga Putra untuk
mengeringkan badannya. Untungnya luka Berliana tidak parah hanya lecet sedikit
jadi tidak memerlukan perawatan medis yang berarti.
Akhirnya jadwal keberangkatan
Gingga sudah tiba. “Kamu hati-hati disana ya, jangan lupakan aku dan jangan
pernah lupakan janji kamu. Aku menunggu kamu kembali” Ucap Berliana sedih “Aku
tidak akan melupakan kamu Liana, dan aku akan tepati janjiku, kamu juga
hati-hati dan jaga diri baik-baik ya, aku akan selalu merindukanmu”. Ungkap
Gingga yang kemudian pergi berlalu menuju pesawat yang akan membawanya ke
Amerika. Dan Berliana memandang Gingga hingga akhirnya berlalu. Berlianapun
berlari dan menyaksikan pesawat yang membawa Gingga melaju ke atas hingga
akhirnya berlalu. Sungguh suasana yang seakan terus menerus terulang.
Keluarga Gingga mengajak
pulang bersama namun Berliana menyampaikan bahwa ia akan pulang bersama Putra.
Keluarga Gingga pulang lebih awal sementara Berliana dan Putra menunggu hujan
reda terlebih dahulu. Mereka berdua duduk bersebelahan dan memandangi setiap
rintik hujan yang turun. “Berliana? Tanganmu masih sakit?” Tanya Putra memulai
pembicaraan “Cuma sedikit perih saja, mungkin karena lecet. Tapi gak apa-apa
kok” Jawab Berliana tersenyum karena Putra begitu memperhatikannya. “Putra, aku
masih mengingat kejadian tadi.” Ungkap Berliana “Kejadian itu sungguh tidak
terduga tetapi jika boleh jujur aku merasa senang kalau mengingat kejadian itu”
Ungkap Putra. Mendengar pengakuan itu Berliana tersipu malu. “Aku tidak bisa
menyembunyikan lagi semuanya dari kamu, Berliana. Mungkin jika aku jujur itu
akan membuat aku merasa lega dan rasa sakit yang sempat aku rasakan waktu aku
mengetahui kamu milik Gingga akan berkurang, aku menyayangimu, Berliana. Aku
tahu ini salah karena kamu telah menjadi milik Gingga dan begitu besar rasa
sayang dan cintamu kepada Gingga. Tapi aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku
menyukai dan menyayangimu.” Ungkap Putra. Entah mengapa mendengar pengakuan itu
membuat hati Berliana sangat senang karena tanpa ia sadari dia juga merasakan
hal yang sama terhadap Putra. Putra yang selama ini selalu ada mengisi harinya
dengan sebuah kasih sayang yang nyata dan menghapus kesendiriannya dalam
penantian tidak pastinya kepada Gingga. Berliana yang masih mengenang saat
bibirnya tersentuh bibir Putra secara tidak sengaja saat mereka terjatuh dari
motor dan saat hujan turun.
Berliana bersandar di bahu
Putra dan mengungkapkan bahwa dirinya juga sebenarnya menyayangi Putra dan
sangat senang jika bersamanya. Putra merangkul Berliana dan keduanya
menyaksikan air hujan yang seakan menjadi saksi bahwa mereka saling menyayangi.
---ooOoo---
“Honey, nice to meet you, I
miss you, how are you? “ kekasih Gingga menyambut kedatangan Gingga. “Nice to
meet you too, honey, I very miss you but I so tired now. I’m sorry I must be
sleeping” ungkap Gingga kepada kekasihnya itu. “Oh I’m understand, honey. Jawab
kekasih Gingga dengan wajah kecewa karena sikap Gingga yang dingin, namun
kekasih Gingga itu mencoba untuk mengerti dan kemudian ia membantu Gingga
membereskan barang bawaan Gingga dan lalu ia tidur bersama Gingga.
Gingga tinggal sendiri di
apartemen yang dipilihkan kedua orang tuanya untuknya, dan semenjak ia
mempunyai kekasih lagi di Amerika Serikat, Gingga selalu di temani kekasihnya
itu hampir setiap hari dan setiap malam.
---ooOoo---
Sore itu cuaca sangat mendung
akan tetapi tidak turun hujan. Langit terlukis begitu indah dengan pemandangan
sekitar yang begitu indah. Duduk dibawah pohon besar yang berada di dekat
kampus tempat Putra dan Berliana menuntut ilmu sungguh sangat menyenangkan dan
disana hanya ada mereka berdua dan suasana begitu hening namun mereka sangat
menikmati suasana itu. Sungguh menenangkan hati. Dan Putra merangkul Berliana
sementara Berlina bersandar di bahu Putra. Berliana yang begitu merasakan
indahnya sebuah kasih sayang yang nyata dari Putra yang seakan menghentikan
langkahnya untuk berhenti menunggu sesuatu yang belum pasti dari Gingga dan
menanti sebuah jawaban yang semu dari Gingga. Sementara Putra yang begitu tulus
menyayangi Berliana sangat senang bersama Berliana menikmati keindahan hari
yang mulai senja. Putra menyadari bahwa
kini Berliana adalah milik Gingga namun bagi dia tidak salah jika ia menyayangi
Berliana dan memberikan kasih sayang itu kepada Berliana karena tidak ada yang
salah dengan perasaannya karena bagi Putra, Berliana pantas untuk dia sayangi.
Mentari mulai terbenam,
kenangan termanis yang pernah Berliana rasakan bersama Gingga kini ia rasakan
bersama Putra. Ia menyaksikan mentari yang mulai terbenam bersama Putra dan
Putra masih belum melepaskan rangkulannya kepada Berliana. Sungguh besar sayang
Putra untuk Berliana hingga ia tidak ingin melepaskan rangkulannya dan berharap
keindahan yang ia rasakan akan terus berlangsung selamanya. Namun waktu terus
berjalan. Mentaripun perlahan kembali ke pangkuannya. Dan di saat mentari mulai
menghilang Putra mengecup kening Berliana. Betapa ia sangat menyayangi
Berliana. Berliana menoleh kearah Putra dan memandang Putra. Betapa iapun
menyayangi Putra. Berlianapun tersenyum.
---ooOoo---
Hari-hari telah Berliana lalui
namun lagi-lagi Gingga tidak menghubunginya lagi. Dan pesan emailnya dipenuhi
dengan pesan dari Putra. Berliana sangat bingung apa yang harus ia lakukan.
Kasih sayang Putra begitu nyata dan sangat nyata dirasakan Berliana, Putra selalu ada untuk Berliana, Putra selalu
mengisi hari-hari berliana. Tetapi ia terikat dengan sebuah janji manis Gingga
bahwa ia akan kembali hanya untuk dirinya dan ia akan kembali dengan membawa
sebuah kebahagiaan. Ia masih menanti janji itu dan ia berharap bahwa Gingga
pasti akan memenuhi janjinya. Tetapi pada kenyataannya Gingga jarang
menghubungi Berliana untuk sekedar menanyakan kabarnya saja. Terakhir ia
menghubunginya hanya memberitahukan kepulangannya. Berliana mulai
bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Gingga. Apa dia sudah
melupakannya? Apa semua janjinya hanyalah sebuah kalimat manis dan semua itu
palsu? Berliana terus menerus mencari jawaban sendiri tentang apa yang
sebenarnya terjadi pada Gingga, namun ia tidak mendapat jawabannya dan dia coba
untuk berfikir positif mungkin Gingga sedang sibuk dengan belajar dan
tugas-tugasnya. Dan Berliana mencoba untuk tidak memikirkan Gingga dan Berliana
saling berbalas pesan dengan Putra di emailnya.
Tanpa terasa enam bulan telah
berlalu kebersamaan Berliana bersama Putra memberikan cerita indah dalam hidup
Berliana. Begitu banyak kenangan manis yang telah terajut bersama Putra
melebihi kenangannya bersama Gingga. Dalam setiap detik dan menit tiada hari
tanpa senyum dan tawa.
Di tempat lain. Gingga
merasakan kerinduan yang begitu hebat kepada Berliana. Namun ia belum bisa
menghubungi Berliana karena hari-harinya juga ia lewati dengan kekasih barunya
yang selalu ada untuk Gingga bahkan setiap malam Gingga selalu tidur bersama
dengan kekasih barunya itu. Jika harus memilih, maka Gingga memilih Berliana
dalam hidupnya namun ia juga sudah terikat dengan jalinan kasihnya bersama
kekasih baru yang tanpa sepengetahuan Berliana itu. Sementara Berliana yang
menjaga perasaan Gingga dengan terus setia dan tidak mengikat dirinya dengan
ikatan apa-apa dengan orang lain kendatipun sebenarnya setengah dari hatinya
telah berpaling, namun begitu bersihnya hati Berliana hingga ia tidak sanggup
jika harus menyakiti Gingga di belakang Gingga.
Malam itu, kekasih Gingga
tidak lagi menginap di apartemen Gingga karena ia harus pulang ke rumahnya
dulu. Dan saat itu, Gingga mencoba mengirimkan email untuk Berliana. Namun tidak ada balasan dari
Berliana.
Di tempat lain, Berliana
sedang menikmati keindahan malam yang bertaburan bintang-bintang di atas bukit,
begitu nyata keindahan yang dirasakan Berliana bersama Putra. Begitu bahagia
hati Berliana melihat keindahan malam bersama Putra. Tiba-tiba entah bagaimana
itu bisa terjadi, ada satu bintang yang jatuh di atas langit. “Putra !!! lihat
ada bintang jatuh !!!” ucap Berliana girang setengah kaget. “Iya, aku
melihatnya”. Putra menjawab. “Kamu percaya dengan permohonan yang akan
dikabulkan jika kita berdoa setelah ada bintang jatuh?” Tanya Berliana “Aku
percaya kalau kita yakin semua itu karena kekuasaan yang maha pencipta.” Jawab
Putra. “Kalau begitu ayo kita ucapkan permohonan kita kepada Tuhan (Allah)”
Ajak Berliana. Mendengar ajakan Berliana, Putra mengangguk dan mereka berdua
berdoa kepada sang pencipta dan berharap doa mereka akan dikabulkanNya.
Wahai Kau sang maha
pencipta
Aku yakin semua ada
karenaMu dan berkatMu
Aku mohon berilah aku
sebuah cinta sejati
Yang akan diberikan
oleh jodoh yang sudah ada ditanganMu
Agar aku memperoleh
kebahagiaan
Amin
Begitulah doa Berliana untuk
sang maha pencinta dan ia berharap doa itu suatu saat akan terkabul.
Kau Tuhanku satu dan
tidak ada yang lain
Hanya padaMu aku
berharap, memohon dan berdoa
Kabulkanlah inginku
Aku berharap suatu saat
Kau memberikanku cinta sejati
Dari jodohku yang sudah
ada ditanganMu
Agar aku memperoleh
kebahagiaan
Amin.
Dan
begitulah doa Putra kepada sang pencipta dan juga berharap semoga suatu saat
sang maha pencipta mengabulkan doanya.
Setelah mereka selesai berdoa.
Putra menatap wajah Berliana begitupun sebaliknya Berliana menatap wajah Putra,
mereka saling memandangi dan saling merasakan bahwa doa mereka seakan telah
dikabulkan olehNya. Mereka saling merasakan bahwa yang berada dihadapan mereka
adalah cinta sejatinya. Namun mereka tidak mengutarakan tentang yang sebenarnya
apa yang sedang mereka rasakan saat mereka saling memandangi.
Hari sudah larut malam tiba
saatnya mereka untuk pulang, dan motor besar Putra telah siap mengantar mereka
pulang. Dalam perjalanan, Berliana memeluk erat Putra dan Putra merasakan
betapa senangnya saat Berliana memeluknya seerat itu dan ia tersenyum dengan
salah satu tangannya memegang tangan Berliana yang sedang memeluknya..
Sesampainya di depan rumah
Berliana, Putra mengecup kening Berliana dan mengungkapkan betapa ia
menyayanginya. Berliana tersenyum dan pergi berlalu menuju ke dalam rumahnya.
Putra memandangi setiap langkah Berliana lalu ia menghidupkan motor besarnya
dan pulang.
Sementara itu di tempat lain
Gingga yang sudah sejak lama merindukan Berliana dan menunggu balasan pesan
dari Berliana hanya terdiam di luar apartemennya dan memandangi keindahan
langit. Betapa ia merasa sangat bersalah telah mengkhianati Berliana yang
begitu tulus menyayanginya tetapi ia menyia-nyiakannya dengan memiliki kekasih
lagi dan hampir tidak pernah menghubungi Berliana sekedar menanyakan kabarnya.
Di tempat lain, Berliana yang
sudah tiba di rumahnya dan masuk ke dalam kamarnya untuk istirahat, membaca
pesan Gingga. Ia menanyakan kabar Berliana dan mengungkapkan betapa ia sangat
merindukan dan menyayangi Berliana dan berpesan untuk tetap menunggu Gingga
kembali. Membaca pesan dari Gingga, membuat hati Berliana tidak karuan. Ia
tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia menyayangi Putra karena selama ini
Putralah yang selalu mengisi hari-harinya dengan kasih sayang yang nyata dan
Putra selalu ada untuk Berliana, namun di sisi lain ia sangat merindukan Gingga
dan masih mengingat Gingga bahkan rasa sayangnya terhadap Gingga masih ia
rasakan begitu besar walau separuh hatinya kini ia sadari juga untuk Putra.
Lagi-lagi kehadiran Gingga walau hanya dari kata-katanya yang keluar membuat
hati Berliana menjadi tidak tenang dan merasa bimbang juga sedih. Hatinya
seakan tidak karuan.
Ketika hati Berliana seakan
tidak karuan, Putra mengirimkan email selamat tidur untuk Berliana. Selamat tidur, Liana. Malam ini sungguh
malam yang terindah. Semoga doa kita dikabulkan sang maha pencipta. Walau aku
tidak tahu apa doa kamu tapi aku yakin kamu pasti meminta yang terbaik
kepadaNya begitupun denganku. Selamat tidur, Liana.
Begitulah
pesan yang dikirimkan Putra untuk Berliana. Entah kenapa setelah membaca pesan
dari Putra, hati Berliana sangat senang dan menghapuskan perasaan tidak
karuannya. Selamat tidur juga, Putra.
Malam ini memang malam yang terindah. Aku senang jika ternyata kamu juga
merasakan hal yang sama denganku. Aku juga berharap semoga doa kita dikabulkan
oleh sang maha pencipta. Selamat tidur juga, Putra. Itulah pesan yang
dikirimkan Berliana kepada Putra. Dan Berlianapun tertidur, larut dalam
keindahan yang dia rasakan bersama Putra dan melupakan pesan Gingga yang telah
dikirim untuknya.
Di tempat lain, Gingga tidak
juga memenjamkan kedua matanya. Ia masih menunggu pesan dari Berliana. Betapa
ia sangat merindukan dan menyayangi Berliana. Lama sekali Gingga menunggu pesan
dari Berliana hingga akhirnya ia tertidur karena tak mendapat balasan dari
Berliana.
---ooOoo---
Pagi hari yang begitu cerah,
dengan udara yang begitu sejuk dan segar. Berlianapun terbangun dan ia hendak
ke teras rumah menghirup udara yang sejuk dan pagi yang indah juga cerah.
Tiba-tiba telah tampak Putra di depan rumah Berliana. Alangkah kagetnya
Berliana melihat Putra dan seakan ia tidak percaya dan mengira bahwa dirinya
masih tertidur dan bermimpi. “Putra?” Tanya Berliana kaget. “Iya, Berliana ini
aku. Ayo cepetan mandi. Sekarang aku mau mengajak kamu jalan-jalan. Aku sudah
meminta izin mama kamu kok dan katanya boleh”. Ungkap Putra tersenyum. Berliana
terdiam heran sekaligus tidak percaya, seakan ia masih bermimpi. Tiba-tiba
Putra mendekati dan menepuk bahu Berliana. Berliana terkejut dan mengangguk
lalu ia pergi untuk mandi. Namun dalam hati Berliana bertanya-tanya ada apa
yang sebenarnya terjadi, kenapa tiba-tiba
Putra datang ke rumahnya dan langsung meminta izin kepada mamanya untuk
bisa mengajaknya keluar namun tepukan
Putra seolah telah menghipnotisnya karena Berliana langsung saja pergi untuk
mandi.
Cukup lama Putra menunggu
Berliana namun tiba-tiba pandangannya tertuju pada satu arah tanpa mengedipkan
kedua matanya. Di dalam kedua bola matanya tampak jelas sinar kekaguman.
Berliana yang sudah selesai mandi dan juga berpakaian dan telah berdiri di
depan Putra membuat Putra begitu mengagumi Berliana. Hari itu Berliana nampak
sangat cantik dibanding hari sebelumnya. Berliana tersenyum dan menyampaikan
bahwa dirinya telah siap. Putra yang masih tertegun melihat kecantikan Berliana
nampak kaget setelah mendengar suara Berliana. Lalu keduanya berpamitan kepada
kedua orang tua Berliana untuk pergi keluar.
Di dalam perjalanan, Berliana
bertanya-tanya ada apa dengan Putra dan ia akan mengajaknya kemana. Ia datang
begitu saja seolah memberikan sebuah kejutan yang sebenarnya membuat Berliana
senang sekaligus terkejut juga. Yang ada dalam benak Berliana, sungguh Putra
adalah seorang yang kedatangannya selalu mengejutkan akan tetapi memberikan
suatu kenangan termanis karena Berliana pasti akan selalu mengenang saat-saat
kedatangan Putra.
“Sudah sampai”. Ucap Putra.
Lagi-lagi Putra mengejutkan Berliana. “Wah pamandangannya indah sekali !”
ungkap Berliana. Putra hanya tersenyum mendengar ungkapan Berliana dan melihat
Berliana yang tengah mengagumi pemandangan sekitar. Ternyata Putra mengajak
Berliana ke sebuah kebun yang banyak ditumbuhi bunga-bunga. Berbagai jenis
bunga langka terdapat disana. Putra bergegas ke suatu tempat menuju salah satu
jenis bunga kemudian memetiknya dan memberikannya kepada Berliana. Sungguh
romantis Putra saat itu dan Berliana tersenyum bahagia melihat sosok Putra.
Bunga yang diberikan Putra adalah bunga mawar berwarna merah yang begitu indah
dan cantik serta harum membuat Berliana menyukai bunga itu. Setelah itu, Putra
mengajak Berliana ke suatu tempat yang mengarah ke dalam sebuah rumah. Rumah
itu nampak kosong namun juga megah dan bagus serta halaman yang begitu asri dan
bersih. Berliana bertanya-tanya tentang kejutan apa lagi yang akan ditunjukan
oleh Putra. Namun kenapa ia membawanya ke sebuah rumah yang nampak kosong? Apa
yang akan ditunjukan Putra dari rumah itu?. Begitulah yang muncul dalam benak
Berliana, namun Berliana berharap itu adalah sebuah kejutan lagi untuk dirinya.
“Putra, ini rumah siapa?”.
Tanya Berliana heran. Mendengar pertanyaan Berliana, Putra hanya tersenyum
manis dan menariknya pelan agar ia mau masuk ke dalam rumah itu. “Putra, ini
rumah siapa? Kamu mau bawa aku kemana?” Tanya Berliana lagi. Namun pertanyaan
Berliana tidak juga dijawab oleh Putra. Rumah siapa itu sebenarnya dan apa yang
akan Putra tunjukan? Apakah akan ada sebuah kejutan lagi untuk Berliana?.
Di tempat lain, Gingga yang
sudah semalaman menunggu pesan Berliana hanya terdiam melihat langit yang
terlukis indah, betapa ia menyayangi dan merindukan Berliana. Sebuah tawa dan
senyuman yang pernah terlukis ketika pelulusan sekolahnya dua tahun silam masih
terbayang Gingga, begitu indah kecantikan yang terpancar dalam wajah Berliana
dan begitu lembut bibir Berliana yang pernah ia kecup, begitu hangat tubuh
Berliana saat ia memeluknya erat. Begitu indah kasih sayang Berliana yang
selalu senantiasa ada saat-saat kepergian dan kepulangan Gingga. Oh Berliana
kau sungguh membuat aku menjadi gila, oh Berliana kau membuatku tidak ingin
kehilanganmu, aku begitu menyayangimu” Ungkap Gingga dalam hati yang begitu
sangat merindukan Berliana.
Sementara di tempat lain,
Putra masih belum menjawab pertanyaan Berliana masih menariknya pelan masuk ke
dalam rumah itu. Tiba-tiba muncul seorang perempuan dengan sebuah senyuman yang
hangat, perempuan itu nampak ramah dengan senyumannya yang mengembang. “Putra,
kenapa gak di ajak masuk Berliananya?” Tanya perempuan itu ramah. Berliana
sangat heran, siapakah perempuan itu? Kenapa ia tahu namanya? namun Berliana
hanya terdiam.
“Iya, Ma. Putra juga mengajak
Berliana masuk kok”. Jawab Putra sambil menarik pelan Berliana. Mendengar
ucapan Putra, kini Berliana tahu bahwa perempuan ramah itu adalah mamanya
Putra. Mengetahui hal itu, Berliana langsung menyapa salam kepada mamanya Putra
dan mamanya Putra menyambut hangat kedatangan Berliana. Berlianapun
dipersilahkan masuk oleh mamanya, dan Putra mengenalkan mamanya kepada Berliana
dan ia juga memperkenalkan Berliana kepada mamanya. Sesampainya di ruang tamu,
mamanya Putra pergi meninggalkan mereka berdua. Dan di ruang tamu itu Berliana
duduk berdua bersama Putra. Berliana mencubit tangan Putra. “Kamu kok gak
bilang-bilang sih kalau kamu bakal ngajak aku ke rumah kamu” Tanya Berliana
kesal namun juga bahagia. “Aku kan sudah tahu rumah kamu, tapi kamu belum tahu
rumah aku. Jadi aku sengaja mengajak kamu kesini dan aku buat semuanya menjadi
sebuah kejutan untuk kamu”. Jawab Putra tersenyum. “Kok mama kamu tahu namaku?”
Tanya Berliana lagi. “Oh itu, iya karena sebelumnya aku sudah cerita, kalau
siang ini akan ada bidadari cantik yang bernama Berliana datang ke rumah ini”
Jawab Putra menggoda sambil memencet hidung Berliana. Lalu Berlianapun
membalasnya dengan memencetnya juga hidung Putra. Dan mereka saling bercanda
bahagia di rumah Putra. Mamanya Putra yang melihat semua itu hanya tersenyum
dan pergi berlalu.
“Duh haus banget dari tadi
kita tertawa melulu”. Ucap Berliana seraya mengusap lehernya. “Oh iya, aku lupa
minumannya, tunggu sebentar ya bidadariku yang manis”. Ucap Putra sambil pergi
berlalu. Setelah beberapa saat, Putrapun kembali dengan membawa minuman segar
untuk Berliana kemudian Putra mengajaknya kembali ke kebun bunga milik orang
tuanya yang begitu indah. Sesampainya di kebun, Berliana dikejutkan kembali
dengan rangkaian bunga yang yang indah dan membentuk kata “I Love you” yang
ternyata sudah dipersiapkan oleh Putra sebelumnya. Berliana tertegun
melihatnya, sungguh hari yang penuh kejutan. Hari yang begitu membahagiakan. Sebuah
kebahagiaan yang tercipta karena rasa sayang begitu terasa sangat nyata dari
Putra.
Putrapun memegang kedua tangan
Berliana, “Aku tahu kamu bukan milikku tapi hatiku adalah milikmu dan aku ingin
kamu mengetahuinya, lewat bunga yang aku rangkai semoga kamu tahu bahwa aku
begitu menyayangimu”. Ungkap Putra dengan begitu romantis. Mendengar itu,
Berliana terdiam, tertegun dan memandangi wajah Putra yang nampak terlihat
bersinar dengan keromantisannya. Berliana bahagia, begitu nyata rasa sayang
Putra untuknya, Berliana tersenyum haru kemudian memeluk Putra erat. “Aku tahu,
kamu menyayangiku karena aku merasakan semua itu, aku bahagia hari ini,
melebihi hari-hari sebelumnya yang pernah kita lewatkan, aku juga menyayangimu
Putra. Rasa sayangmu begitu nyata untukku”. Ungkap Berliana.
Dan mereka berpelukan,
mengungkapkan semua rasa sayangnya. Dengan pemandangan kebun bunga yang sangat
indah yang diantara semua itu terdapat rangkaian bunga membentuk kata “I Love
You” membuat suasana yang sangat romantis dan hari mulai senja saat semua itu
terjadi, begitu lama mereka saling berpelukan hingga akhirnya mentari yang akan
mulai terbenam membuat mereka saling melepaskan pelukan mereka dan menyaksikan
peristiwa yang tiap senja terjadi. Mentari terbenam. Sungguh indah hari itu,
begitu romantis. Dan keindahan serta keromantisan itu berakhir dengan mentari
yang sudah dijemput malam.
Di tempat lain, Gingga yang
masih mengenang Berliana memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan dia bergegas dan
bersiap-siap untuk pulang. Dan Gingga sengaja tidak memberitahukan Berliana
akan kepulangannya karena ingin menjadikan kepulangannya adalah sebuah kejutan
untuk Berliana sekaligus mempertanyakan kenapa emailnya tidak dibalas. Setelah semuanya
beres, Gingga memesan tiket online untuk kepulangannya dan besok adalah jadwal
keberangkatanya menuju Indonesia.
Hari berlalu begitu cepat,
tiba saatnya Gingga untuk segera berangkat menuju kampung halamannya untuk
menemui Berliana, kekasihnya yang begitu ia sayangi yang tidak ingin jika
Gingga mesti kehilangannya.
Beberapa jam perjalanan telah
Gingga tempuh hingga akhirnya ia tiba di bandara. Gingga terkenang lagi
Berliana, terbayang Berliana yang setiap keberangkatan dan kepulangannya menuju
Indonesia-Amerika dan sebaliknya selalu ada hanya untuk menemuinya. Namun kali
ini terasa berbeda karena tidak ada Berliana yang menyambutnya. Gingga merasa
sangat bersalah dan menyesal telah menduakan cintanya dan hampir tidak pernah
menghubunginya kala ia berada di Amerika.
Gingga berlari memanggil taxi
dan seakan tidak sabar ingin segera bertemu dengan Berliana. Gingga berniat
untuk ke rumah Berliana namun sebelum ia ke rumah Berliana ia terlebih dulu
pulang ke rumahnya untuk memberitahukan keluarganya bahwa ia telah pulang.
Keluarga Gingga sangat kaget dengan kepulangan Gingga yang tanpa pemberitahuan
sebelumnya itu, namun ia buru-buru keluar lagi untuk menemui Berliana,
keluarganya hanya terdiam, kaget dan tidak percaya melihat kedatangan Gingga,
namun Gingga tidak begitu mempedulikannya karena yang ada dalam benak ia
sekarang adalah Berliana.
Ia langsung mengendarai sepeda
motor milik ayahnya yang sebelumnya ia telah meminta izin untuk memakainya dan
ayahnya memberikan kuncinya. Cepat sekali Gingga mengendarainya hingga akhirnya
ia tidak dapat mengendalikan sepeda motornya dan sebuah truk yang berada
didepannya tidak disadari keberadaanya dan terjadilah sebuah kecelakaan. Tubuh
Gingga terpental begitupun dengan motornya. Gingga tidak sadarkan diri lalu banyak
orang yang berkerumun setelah menyaksikan kecelakaan itu.
Ibunda Gingga yang tiba-tiba
merasa khawatir kepada Gingga yang seakan telah merasakan ada firasat buruk
menimpa anaknya menelp Gingga. Beberapa kali ibunda Gingga menelp Gingga namun
tidak juga ada yang mengangkat. Rasa khawatir ibunda Gingga semakin bertambah
hingga akhirnya ada yang mengangkatnya namun bukan suara Gingga yang
mengangkatnya melainkan orang lain yang menolong Gingga. Dan orang itu
memberitahukan bahwa telah terjadi kecelakaan dan akan dibawa ke sebuah rumah
sakit terdekat. Setelah orang yang menolong Gingga memberitahukan alamat rumah
sakit yang akan merawat Gingga nanti, kemudian keluarga Ginggapun langsung
pergi ke rumah sakit itu. Kekhawatiran ibunda Gingga seakan terjawab.
Sebelum Gingga dibawa masuk ke
dalam ambulan, Putra dan Berliana yang baru sampai di depan rumah Berliana
karena memang hampir setiap hari Putra mengantarkan Berliana pulang dari kampus
melihat kerumunan dan keramaian itu. Karena ternyata kecelakaan itu tidak
begitu jauh dari rumah Berliana. Berliana yang penasaran mengajak Putra untuk
melihatnya, namun entah kenapa Berliana merasa sangat sedih seolah ia tahu
sesuatu yang buruk yang ada hubungannya dengan dirinya telah terjadi. Ia tidak
sabar untuk melihatnya ia berlari sekencang-kencangnya menuju kerumunan itu dan
benar saja Gingga sedang tergolek tidak berdaya dan tidak sadarkan diri.
Berliana yang menyadari bahwa ada kecelakaan dan yang mengalami kecelakaan itu
adalah Gingga, Berliana histeris dan meneriakan nama Gingga, tidak
henti-hentinya Berliana menangis. Berliana memegang wajah Gingga tidak ingin
Gingga meninggalkannya untuk selamanya karena Berliana menagih janji itu, bahwa
ia akan datang membawa kebahagiaan.
Namun Gingga harus segera
dibawa oleh ambulan dan Berliana yang histeris disarankan untuk tidak ikut
karena takut terjadi sesuatu nanti, Putra yang sebelumnya menyusul Berliana
dari belakang saat ia lari yang akhirnya melihat Gingga juga yang tergolek
tidak berdaya dan tidak sadarkan diri hanya bisa terdiam dan menghampiri
Berliana memeluknya dari belakang setelah ambulan telah berlalu. Putra
menenangkan Berliana. Dan saat itu hujan
gerimispun turun. Orang-orang yang telah menyaksikan kecelakaan itu pergi
berlalu namun Putra dan Berliana masih berada di tempat itu, tidak mempedulikan
air hujan yang terus membasahi mereka. Berliana tanpa henti menangis dan terus
menerus memanggil nama Gingga, namun Putra hanya bisa terdiam dan tidak
melepaskan pelukannya.
Akhirnya Berliana mengajak
Putra untuk mengikuti ambulan itu. Mereka berlari menuju motor besar Putra dan
setelah mereka menaiki motor besar itu, Putra menyusul ambulan itu. Kecepatan
motor Putra membuat mereka tidak kehilangan jejak mobil ambulan itu.
Sesampainya di rumah sakit,
Berliana langsung mengikuti arah kemana Putra akan dibawa oleh para perawat
namun para perawat itu tidak mengizinkan siapapun masuk ke dalam ruangan UGD.
Luka Gingga begitu parah hingga ia tidak juga sadarkan diri lalu dilarikan ke
dalam UGD. Berliana yang sangat khawatir, sedih dan takut itu hanya bisa
menangis dalam pelukan Putra, dan Putra lagi-lagi hanya terdiam dan mendekap
Berliana.
Tiba-tiba keluarga Gingga
datang dan mereka melihat Berliana. Mamanya Gingga langsung menanyakan kabar
Gingga kepada Berliana dan Berliana menjawab bahwa Gingga telah berada di dalam
UGD. Setelah itu mereka menunggu dokter yang memeriksa Gingga keluar dengan
penuh kecemasan. Lama sekali mereka menunggu hingga akhirnya dokter itupun
keluar dan memberitahukan bahwa keadaan Gingga sangat kritis. Mendengar itu
Berliana dan keluarga Berliana memasuki ruang UGD. Nampak Gingga yang masih
tertidur tidak sadarkan diri. Semua keluarga Gingga sangat sedih dan mamanya
Gingga menangis melihat keadaan Gingga. semuanya menemani Gingga di dalam rumah
sakit, lama sekali mereka menemani dan berdoa untuk Gingga. Namun tidak terasa hari sudah larut malam dan
keluarga Gingga harus pulang karena adik-adik Gingga mesti sekolah.
Keluarga Gingga menyampaikan
bahwa mereka akan segera pulang dan Berliana mengangguk. Kini yang ada dalam
ruangan itu hanya ada Berliana, Putra dan Gingga. Lagi-lagi Putra hanya terdiam
dan masih terdiam, ia hanya memandangi Berliana dan sesekali juga memandangi
Gingga yang masih tertidur dan tidak sadarkan diri.
Berliana tidak ingin pulang
dan ia hanya ingin menemani Gingga, namun Putra mengingatkan bahwa hari sudah
larut malam dan jika Berliana tidak pulang pasti akan membuat cemas dan
khawatir keluarganya. Berliana mengerti dengan penjelasan Putra lalu Berliana
pulang dengan di antarkan oleh Putra. Dan salah satu perawat menunggui di
ruangan tempat Gingga dirawat.
Keesokan harinya pada siang
hari sepulang kuliah, Berliana meminta Putra mengantarkannya menemui Gingga dan
Putra memenuhi permintaan Berliana. Entah bagaimana perasaan Putra waktu itu
namun ia begitu menyayangi Berliana dan apapun itu keinginan Berliana, Putra
selalu ingin memenuhinya.
Sesampainya di rumah sakit,
Berliana tidak sabar ingin melihat keadaan Gingga, Putra yang terlihat tenang
sedang memarkirkan motor besarnya sementara Berliana menunggui Putra dengan
tidak sabar. Setelah selesai memarkirkan motornya, mereka pergi menuju tempat
Gingga dirawat. Sesampainya disana, Berliana memandangi Gingga dan memeluk
Gingga yang ternyata telah sadar. Berliana menangis, begitu ia sangat
mengkhawatirkan Gingga. Gingga yang sebenarnya tengah kritis memegang kedua
tangan Berliana dan menyampaikan betapa ia sangat mencintai dan menyayanginya,
kerinduan yang amat luar biasa yang dirasakannya kepada Berliana membuatnya
ingin kembali pulang dan menemui Berliana hingga akhirnya kecelakaan itu
terjadi. Namun ia juga mengungkapkan bahwa ia sangat merasa bersalah karena
saat ia berada di Amerika hampir tidak pernah menghubunginya dan sebuah
pengakuan Ginggapun terucap. Bahwa ia telah menduakan cintanya dengan orang
lain dan ia meminta maaf dan kepulangannya sekarang adalah untuk Berliana
karena ia berniat untuk pindah universitas yang sama dengan Berliana karena ia
menyadari bahwa rasa sayangnya untuk Berliana tidak dapat digantikan. Ia meminta
maaf atas semua kesalahannya namun ia juga mengutarakan semua rasa sayangnya
yang telah ia sadari hanya untuk Berliana.
Mendengar semua itu Berliana
hanya menangis dan menyampaikan bahwa ia juga menyayangi Gingga, dia juga
meminta maaf karena separuh dari hatinya
pernah menjadi milik Putra, tetapi ia sadar bahwa sosok Gingga selalu memiliki
satu dari hatinya yang hanya satu.
Begitu sebuah pengakuan dan
kejujuran yang membuat sangat lega. Kejujuran itu terkadang menyakitkan tetapi
kejujuran itu juga indah. Pelan tetapi pasti tangan Gingga yang tengah memegang
tangan Berliana terlepas. Matanya perlahan memenjamkan kedua matanya namun
sempat tersenyum ketika melihat Berliana dan mendengar semua kejujuran Berliana
dan kejujuran yang diungkapkan dirinya kepada Berliana yang selalu membuatnya
merasa bersalah dan menyesal, membuat Gingga
merasa sangat lega. Kini semua yang menjadi penyebab rasa bersalahnya
telah di ungkapkan kepada Berliana dan Ginggapun menghembuskan nafas
terakhirnya.
“Ginggaaaaaaaaaa !!!”. Teriak
Berliana histeris. Berliana menangis sejadi-jadinya. Ia tidak ingin kehilangan
Gingga untuk selama-lamanya. Ia tidak ingin kehilangan senyum Gingga yang
pernah diberikan untuk dirinya, ia masih ingin ada Gingga, Ia
tidak ingin kehilangan sosok Gingga dalam hidupnya. Gingga, seseorang yang pernah mengisi hidupnya,
seseorang yang telah memberikan kenangan termanis untuk dirinya, Gingga
seseorang yang pernah mendekapnya erat ketika di belakang sekolah, Gingga yang
memberikan kejutan ketika pelulusan sekolah itu, Gingga yang membuatnya yakin
bahwa ia akan lulus saat pelulusan itu, Gingga seseorang yang pernah berjanji
kepadanya bahwa ia akan pulang membawa sebuah kebahagiaan tetapi kini ia pulang
untuk selama-lamanya. Berliana tidak henti-hentinya menangis dan memeluk Gingga
yang sudah terbaring untuk selama-lamanya. “Mana janji kamu, Ga ? mana janji
kamu yang akan pulang memberikan kebahagiaan hanya untukku? Mana janji kamu,
Ga? Kenapa kamu pergi untuk selama-lamanya setelah sekian lama aku menanti kamu
untuk menunggu janji kamu.” Ungkap Berliana sambil menangis.
Putra yang melihat semua itu
kemudian menghampiri Berliana dan Gingga yang sudah terbaring untuk
selama-lamanya. “Semoga kamu tenang ya Ga di alam sana” Doa Putra untuk Gingga.
---ooOoo---
Ginggapun dimakamkan, nampak
semua keluarga Gingga yang menghampiri makam Gingga dan Berliana yang masih
menangis mengetahui kini Gingga bukan pergi untuk sementara tetapi kini ia
pergi untuk selama-lamanya dan itu adalah perpisahan terakhirnya dengan Gingga.
Tidak ada lagi suara Gingga yang mengatakan bahwa ia akan kembali terdengar
oleh Berliana seperti saat perpisahannya ketika di bandara dulu. Namun kini ia
sadar kebahagiaan yang mungkin dijanjikan Gingga untuk dirinya adalah ketika ia
kembali dengan sebuah kejujurannya disaat terakhir dia akan meninggalkannya
untuk selamanya dan kebahagiaan yang paling membahagiakan adalah saat Berliana
adalah yang terakhir yang terlihat Gingga saat ia menghembuskan nafas
terakhirnya. Gingga adalah cinta sejatinya yang akan selalu tersimpan di dalam
hati Berliana untuk selama-lamanya dan jika suatu saat merindukan Gingga,
Berliana akan membuka pintu tempat cinta sejatinya bersemayam di dalam hatinya.
Namun cinta sejati Putra akan terus berkembang dan tumbuh di dalam hati
Berliana. Cinta sejati Putra untuk Berliana. True Love.
The end.
---ooOoo---
ayo donk berikan aku infirasi
BalasHapus